AL-QUR’AN ataupun hadits Nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber hukum dan pedoman disepakati dalam Islam, dibahas pelbagai perkara tentang masalah kehidupan manusia. Lebih dari itu, kedua sumber hukum yang menjadi pedoman tersebut banyak berbincang berkaitan dengan persoalan hidup demi kemaslahatan umat manusia.

Oleh karena itu, kita beruntung boleh memperoleh hidayah memeluk agama Islam. Kita menjadi makin beruntung jika kita mengamalkan ajaran agama Islam yang penuh dengan ajaran kasih sayang dan kebajikan tersebut.

Secara akidah, Islam mengajarkan tentang tauhid, yakni bertuhan dengan satu Tuhan. Ketika agama lain mengajarkan banyak tuhan, Islam hanya mengajarkan tentang satu Tuhan Yang Mahakuasa dan kekuasaan-Nya lebih dari segala Tuhan yang ada. Meski demikian, Islam juga mengajarkan toleransi terhadap agama lain yang bertuhan lebih dari satu Tuhan dengan ketentuan-ketentuan tertentu.

Islam tidak sekadar mengajarkan teologi, tetapi juga mengajarkan cara hidup, baik secara individu  mahupun sosial, baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, jika kita mengamalkan ajaran Islam, kita boleh mengatasi segala permasalahan hidup dan percayakan kepada Allah tentang segala ketentuan dan kehendak-Nya.

Galau? Apalagi sekadar galau, Islam memberikan ajaran-ajaran sebagai penyelesaian kegalauan kita. Move on? Tentunya Islam mengajarkan kita move on yang sesuai dengan syariat demi maslahat. Di dalam al-Qur’an saja terdapat pelbagai ayat motivasi untuk menggugah semangat berkehidupan. Di dalam beberapa riwayat hadis pun demikian, ada banyak riwayat yang matannya menghuraikan motivasi yang mendorong untuk tumbuhnya semangat.

Ketika kita galau kerana sesuatu musibah atau masalah, Islam membawakan ajaran penting untuk move on. Lebih dari sekadar bisa move on, Islam juga menyisipkan sisi keagamaan agar kita juga mendalami keislaman serta sedar diri tentang keberadaan Allah.

Allah menegaskan dalam al-Qur’an: (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh keampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-Baqarah [2] 156-157)

Dari ayat tersebut kita boleh memahami betapa al-Qur’an memberikan kita pedoman ketika kita menghadapi musibah atau masalah yang membuat kita galau. Cara move on yang diajarkan menurut ayat tersebut dengan mengucap lafal tarji’, sebagaimana tertera dalam ayat di atas, yakni:

“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”

Lafal tarji’ tersebut pada dasarnya bukan sekadar diucapkan, melainkan dihayati dan didalami maknanya. Dari pemaknaan lafal tarji’ tersebut, kita sedar bahawa kita memang milik Allah dan hanya kepada Allah pula kita kembali. Dengan demikian, kita menjadi sedar bahawa kita hanyalah kecil dan tidak ada apa-apa dibandingkan Allah Yang Mahabesar. Lebih dari itu, karena kita milik Allah SWT dan segalanya juga milik-Nya, kita akan kembali kepada-Nya ketika diminta.

Islam mengajarkan cara move on dari galau yang demikian. Oleh sebab itu, selain kita boleh move on, kita juga makin sedar diri bahawa kita memang tidak berhak atas segala sesuatu, kecuali hanya karena izin Allah SWT. Ketika kita move on dengan cara yang demikian, kita akan makin meyakini bahawa Allah Mahakuasa dan Mahaada. Untuk itu, kita menjadi bergantung kepada Allah SWT dan memang hanya kepada-Nya kita bergantung.

Selain itu, ayat tersebut juga mengajarkan kita tentang tawakal dan kepasrahan. Maksudnya, jika kita menginginkan sesuatu, kita harus berusaha dan mengiringinya dengan doa. Yang penting, kita telah melakukan usaha dan doa, selebihnya kita pasrahkan kepada Allah SWT. Dengan demikian, hal itu menjadi sangat logik dan masuk akal.

Tetapi Islam tidak mengajarkan kepasrahan belaka tanpa usaha. Misalkan, kita ingin kaya, tetapi kita tidak berusaha (bekerja dengan sungguh-sungguh) untuk menjadi orang kaya dan kita juga enggan berdoa kepada Allah SWT, kecuali hanya pasrah, nah semacam ini penyimpangan nyata. Islam tidak mengajarkan seperti itu. Islam mengajarkan kita agar perlu bekerja dan berdoa serta memasrahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Saat menjalani hidup justeru kita menemui musibah atau masalah yang menyebabkan galau, kita sepenuhnya sedar bahawa Allah memang berada di balik semua hal yang terjadi. Semua pasti ada hikmahnya dan kita tinggal mengucapkan lafal tarji’ yang kita sertai dengan pemaknaan lafal tersebut secara khusyuk. Setelah itu, move on lagi kemudian berusaha dan berdoa.

Selebihnya, kita pasrahkan kepada Allah SWT. Itulah tawakal dan kepasrahan yang diajarkan oleh agama kita, Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Sumber: kutipan dari buku Ali Abdullah, Galau Secukupnya Move On Secepatnya yang disiarkan dalam https://www.hidayatullah.com

 

Translate »