Politik dalam pandangan umum sejak dikenal dalam dataran perpustakaan akal manusia merupakan cerita dengan elemen-elemen yang sangat dalam, berkaitan dengan ilham dari Tuhan. Tetapi semakin jelas ketika manusia menjadi semakin berpengetahuan.

Dalam dunia modern, walaupun banyak orang yang tidak mengakui terdapat cerita tersendiri mengenai hal ini, bahwa politik adalah bagian penting bagi manusia sebagai penerus Tuhan di muka bumi. Sehingga posisinya sangat mendalam, sangat tinggi dan strategis merupakan dasar lahirnya filsafat politik. Walaupun dalam porsi tertentu banyak yang menolaknya, dengan hanya mengaitkan politik sebagai urusan dunia, dan tidak memiliki hubungan dengan aspek keTuhanan.

Dalam kajian lebih khusus politik berbeda dengan pengetahuan lainnya dalam setiap praktek hidup dan kehidupan manusia, karena memiliki karakter atau sifat-sifat khusus. Karakter dan sifat khusus tersebut bahwa politik bukanlah lahir dari ambisi manusia, tetapi menyatu bersama manusia yang dimaknai sebagai bentuk kewajiban mahluk yang berakal.

Hal yang demikianlah yang mendasari politik tidak bisa dipisahkan dengan manusia dan kehidupannya. Tujuan yang mendasarinya agar manusia mampu menjangkau objek-objek yang bersifat universal (umum), tidak terpenjara dalam batas dan oleh ruang, tidak terbelenggu oleh waktu tertentu.

Para filsuf berpendapat bahwa kesempurnaan politik ditandai keberadaannya secara menyeluruh, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Mengembangkan segenap kemampuan manusia dalam memahami dan mengamalkan wahyu, serta mengamati sejarah, gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

Kekuatan-kekuatannya tidak hanya terbatas dengan mengetahui keberadaan, memahami susunan dan hukum-hukum universal dari keberadaan alam, tetapi masuk ke dalam bentuk pengamalan hukum-hukum keberadaan tersebut. Dari tinjauan inilah politik memiliki dua eksistensi, yaitu pengembangan manusia sebagai mahluk bersisi individu dan disisi lain sebagai anggota masyarakat.

Disinilah politik menetapkan tindakan manusia ke dalam tiga dimensi, yaitu sebagai sebab aktif (pelaku), sebab ideal (tujuan), dan sebab material (tindakannya). Untuk mencapai kerangka ideal tersebut para filsuf politik telah menetapkan sebuah prinsip bahwa :

1. Politik harus memiliki atau bergantung pada konsep yang jelas, yakni memiliki pandangan dunia sebagai sebuah pondasi pandangan teoritis dalam memaknai hidup dan kehidupan manusia.

2. Politik harus memiliki sebuah ideologi dari pandangan dunia yang jelas untuk menjadi rujukan apa yang mesti, dan tidak mesti dilakukan oleh setiap manusia baik sebagai mahluk individu maupun mahluk masyarakat.

3. Politik harus memiliki memiliki sistem hidup dan kehidupan dengan kekuatan spiritual yang bersumber ajaran yang pasti bukan hasil ciptaan subjektif. Logika hidup dan kehidupan mengatakan bahwa setiap yang subjektif pasti satu sama lainnya berbeda, walapun dalam sisi tertentu mengalami kemiripan.

4. Ia harus berdiri pada satu ajaran yang tidak hanya bersifat siklus pengulangan, tetapi berdiri pada satu ajaran yang mampu menjawab tantangan setiap zaman. Karena logika zaman adalah perubahan yang setiap saatnya mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Olehnya itu, politik tidaklah boleh berdiri pada satu ajaran yang bersifat siklus pengulangan.

5. Politik harus berdiri pada prinsip tata kelembagaan, yang bernilai untuk menjaga kehormatan manusia dengan tidak menyelewangkan atau menggadai kemanusian manusia.

Pada gilirannya politik akan memberikan pondasi dasar bagi manusia secara mendalam dengan cita-cita utama merawat kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat maupun dalam sistem yang lebih besar. Ini merupakan tiang utama semua tujuan politik yang menggerakkannya.

Makin tinggi dan luhur cita-cita politik akan memunculkan masyarakat yang makin layak, dan luas tujuannya atau sebaliknya. Atas dasar pemikiran tersebut, kemudian penulis menemukan sebuah gagasan bahwa sesungguhnya aktifitas politik adalah sebuah fitrawi bagi manusia dalam upaya pembentukan batin masyarakat dalam hubungannya dengan dunia dan seisinya.

Hubungan ini sebagai bagian mengenali masa depan yang mempunyai rencana tentangnya. Dengan memberikan perhatian dan tanggung jawab untuk memelihara kelangsungan hidup manusia. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah melakukan aktivitas kemanusiaan untuk terciptanya peradaban manusia.

Hanya saja dewasa ini, aktifitas politik telah disalahtafsirkan menjadi perebutan kekuasaan, sehingga agenda politik dimaknai persaingan memperebutkan kekuasaan. Akhirnya aktivitas politik pun menjadi parsial dan temporal, berkenaan peran penguasa dan dominasi penguasa.

Padahal, telah dibahas sebelumnya bahwa politik adalah aktifitas manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupan yang tidak terbatasi oleh waktu dan ruang yang bersifat temporal, tetapi terus maju dan berkembang dalam semua aspek kehidupan manusia.

Politik dan Pembagiannya

Tidak dapat dinafikkan bahwa tidak satupun aktivitas manusia tanpa pengaruh politik. Semuanya tak luput dari tendensi politik yang tentunya berdasarkan intensitas fase ruang dan waktu kehidupan. Mulai dari hal kecil sampai yang besar dengan frekuensi yang berbeda-beda tidak luput dari dominasi politik. Sebab politik adalah cara manusia dalam memenuhi kepentingan. Tentunya kepentingan tersebut berkenaan dengan pemenuhan sisi kemanusiaan yang berbeda-beda setiap orangya.

Dalam perkembangan politik mengimplikasikan sebuah cerita tentang pemahaman dan kesadaran secara kolektif. Mengingat Politik merupakan desain tata kelola kehidupan manusia untuk menciptakan peradaban. Maka harus dimaknai dengan barometer kepentingan yang tidak bersifat parsial semata, tetapi lebih luas berdasarkan kepentingan umum manusia.

Wujud kepentingan tersebut tentunya bukan komoditas yang hanya bersifat materialistik. Skema kepentingan politik tersebut, haruslah menjadi bagian pertumbuhan peradaban manusia yang berkesinambungan, dan memberikan pesan dalam menyingkap pelajaran atau pesan-pesan bimbingan kemajuan manusia.

Dalam ranah pembagian politik pada konteks pendefinisian, ada tiga disiplin definisi yang tidak boleh dilupakan. Pertama, politik dalam definisi tradisional adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan manusia dimasa lampau dalam kaitannya dengan masa kini.

Kedua, politik ilmiah adalah pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melalui pendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau. Ketiga, filsafat politik yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini.

Dari pembagian definisi politik di atas bahwa politik adalah sebagai ilmu yang meneliti dan menyempurnakan kemanusiaan secara sistematis dari keseluruhan perkembangannya, dengan maksud untuk menilai secara kritis dari seluruh bentuk perubahan manusia. Agar tetap berada pada jalan apa adanya dan semestinya bagi kehidupan manusia untuk tercapainya kepentingan kemanusiaan secara bersama.

Dalam hal ini politik berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian, dan seluruh kehidupan manusia. Kemudian bertujuan untuk menguji berbagai sistem bermasyarakat dan bernegara yang layak bagi perkembangan masyarakat.

Dalam kajian-kajian modern, politik menjadi suatu tema yang mengandung dua segi yang berbeda. Segi yang pertama berkenaan dengan kajian mengenai bagaimana manusia diperhadapkan pada konsep negara dan kekuasaannya. Kedua, adalah upaya menemukan komposisi dan intensitas kelangsungan kehidupan manusia sebagai warga negara. Yang demikian menjanjikan bahtera masa depan kehidupan manusia.

Atas dasar pembagian politik di atas, jelas bahwa ke semua pembagian politik mengarahkan pada satu bentuk aktivitas yang bertujuan menetapkan sebuah aktivitas bagi perkembangan manusia dalam dimensi kemanusiaannya. Disinilah ditetapkan sebuah pembeda politik dengan selainnya. Jadi seketika politik tidak memanusiakan manusia, maka seketika itu pula dia tidak bisa dikatakan politik.

Oleh karena itu, politik yang layak dikatakan politik adalah aktivitas yang memiliki agenda memanusiakan manusia. Sehingga penulis menyimpulkan, melekatkan sifat pegiat/aktifis politik (politisi) pada seseorang adalah mereka yang melakukan segala aktivitas kemanusiaan dalam bentuk apapun. Sebagaimana esensi politik adalah fitrawi manusia sebagai mahluk yang berakal atau mahluk yang memiliki akal.

Sumber : qureta.com

Translate »