Jika kalian berbuat Baik itu untuk dirimu sendiri, siapa berbuat jahat, kerugian untuk dirimu sendiri.” (QS: Al Isra : 7)

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (Surah al-An’am [6]: 160)

ALLAH Ta’ala memberi karunia nikmat yang begitu melimpah bagi para hamba-Nya. Tentunya ia tidak perlu membayar dan menghabiskan uang banyak untuk udara yang dihirup perdetik setiap hari.

Sungguh, apa yang Allah berikan kepada manusia amatlah istimewa. Anggota tubuh yang manusia miliki memiliki fungsi dan bermanfaat dalam melakukan aktifitas sehari-hari kita. Adakah ia membayar mahal atas apa yang telah Allah karuniakan kepadanya?

Kewajiban manusia sebagai hamba hanyalah bersyukur atas itu semua, atas anugerah yang Allah titipkan padanya, atas fasilitas yang ia gunakan dengan gratis. Lalu dengan cara apa seorang hamba bersyukur? Salah satunya, dengan melakukan dan menyebarkan kebaikan kepada sesama Muslim.

Ayat di atas mengajarkan, kebaikan yang dimaksud adalah amalan yang shaleh. Yaitu perbuatan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Amal shaleh bisa berbentuk apa saja, selama ia berangkat dari keimanan kepada Allah, ikhlas dikerjakan, dan punya teladan dari generasi orang-orang shaleh terdahulu.

Ibarat seorang petani yang menanam buah. Awalnya, tanaman itu berasal dari benih yang ditanam.

Sang petani itu lalu merawatnya, memberi pupuk, dan menyiraminya setiap waktu. Hingga tiba saatnya masa panen dan seluruh manusia ikut merasakan buah dari tanaman tersebut.

Begitulah perbuatan baik seorang Muslim. Kebaikan apapun yang ia lakukan, sejatinya ia sedang menyiapkan tanaman yang kelak berbuah manis suatu saat. Sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Mendengar, maka tak satupun kebaikan hamba-Nya melainkan langusung tercatat dan berbalas kebaikan pula. Bahkan termasuk kebaikan-kebaikan yang disepelekan. Sekecil biji zarrah, misalnya.

Allah berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Surah al-Zalzalah [99]: 7).

Jangan bingung tentang kebaikan apa yang akan bisa dikerjakan. Sebab setiap manusia telah dibekali ragam nikmat.

Ada tangan yang bisa digunakan untuk membantu atau bersedekah, ada mulut dan lidah yang bisa dipakai untuk tilawah al-Qur’an atau berbagi ilmu pengetahuan.

Ada sepasang kaki yang bisa melangkah ke masjid dan majelis ilmu untuk meraih ilmu yang bermanfaat. Ada pena yang bisa digerakkan, menulis yang bermanfaat, mneyeru kepada kebenaran dan mengingkari kemungkaran yang terjadi di tengah masyarakat. Dan banyak lagi hal yang bisa diperbuat oleh setiap Muslim dalam berbuat kebaikan.

Lalu, dengan apalagi kita mengelak bahwa kita sulit melakukan kebaikan?

Ladang kebaikan telah Allah siapkan seluas langit dan bumi. Sarana untuk mengerjakan kebaikan juga melimpah berada di sekitar manusia. Ia tak terhitung jumlahnya dan pastinya waktu 24 jam dalam sehari adalah masa yang cukup untuk menebar kebaikan dalam kehidupan manusia.

Mulai saat ini, mari perkuat tekad dan semangat dalam diri masing-masing untuk senantiasa berbuat baik pada sesama sebagai wujud syukur kepada Allah. Setidaknya niat itu tak pernah pudar dalam jiwa seorang beriman. Bahwa hari ini harus lebih baik daripada kemarin.

Jika kalian berbuat Baik (berarti) kalian berbuat Baik untuk dirimu sendiri,Dan jika kalian berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS: Al Isra : 7).

Semoga momen 1 Muharram yang baru saja berlalu, menjadi awal kebaikan itu tumbuh subur dalam sosok pribadi setiap Muslim. Seorang Muslim hendaknya berkeyakinan bahwa melakukan kebaikan itu mudah dan dan penuh berkah.

Sumber: Arsyis Musyahadah,  https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2021/06/03/80885/tanam-kebaikan-berbuah-kebaikan.html

 

Translate »