Teknologi rekayasa genetika telah menarik banyak perhatian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir dengan munculnya pelbagai pemberitaan di media. Umumnya dalam banyak laporan kita menemukan gambaran besar manfaat positif dari rekayasa gentik.

Namun, di sisi lain, sebagian besar masyarakat juga tidak menyadari apa sebenarnya rekayasa gentik itu, atau apa kelebihan dan kekurangan yang ditawarkan oleh teknologi ini, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan manusia (Key, Ma, & Drake, 2008).

Sampai hari ini, dalam perkembangannya proses rekayasa gentik telah menimbulkan perdebatan yang terus menerus di antara para ahli dari pelbagai rumpun keilmuan oleh karena dampak yang ditimbulkan (Yang, & Chen, 2016).

Apa itu gen dan rekayasa gentika?

Dalam buku The Selfish Gene, Dawkins (1976) mengakui bahwa tidak ada definisi ‘gen’ yang disepakati secara universal. Kita sekarang tahu bahwa cetak biru untuk membentuk manusia dikodekan dalam 23 pasang kromosom, satu dari setiap pasangan diwariskan dari masing-masing orang tua.

Kode di dalam kromosom ditulis dalam molekul DNA, ‘Double Helix’ yang oleh Dawkins disebut sebagai ‘Immortal Coil’

Sementara, rekayasa genetika yang sering disebut juga dengan modifikasi genetika adalah tindakan memanipulasi langsung gen suatu organisme dengan menggunakan bioteknologi. Proses ini dilakukan dengan mengubah susunan genetik dari sel, termasuk mentransfer gen-gen yang lebih bagus kualitasnya untuk menghasilkan organisme baru yang lebih sehat, kuat, atau lebih berguna (Dictionary Cambridge)

Untuk mengubah susunan gen, terlebih dahulu dibentuk DNA (deoxyribonucleic acid) sebagai molekul dasar gen dengan mengisolasi dan menyalin materi genetik dari induk menggunakan metode DNA rekombinan atau sintesa DNA buatan. Sebuah vektor biasanya diciptakan dan digunakan untuk menyisipkan DNA ini ke organisme inang.

Molekul DNA rekombinan pertama dibuat oleh Paul Berg pada tahun 1972 dengan menggabungkan DNA virus monyet SV40 dengan virus lambda. Selain memasukkan gen, proses ini dapat digunakan untuk menghapus gen. DNA baru dapat dimasukkan secara acak, atau ditargetkan ke bagian tertentu dari genom (keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme).

Dalam catatan Dawkins (1976), molekul DNA disebut dengan replikator. Mereka berplikasi dan memproduksi protein, bahan pembangun dasar kehidupan seperti yang kita ketahui. Molekul DNA ini ketika mereproduksi atau mereplikasi akan bersaing satu sama lain untuk bertahan hidup. Seleksi alam akan menentukan mana yang bertahan dan mana yang mati.

Rekayasa genatika dan kesehatan

Sudah lama rekayasa genetika dikembangkan untuk mengatasi penyebaran penyakit. Dengan munculnya rekayasa genetika, para ilmuwan dapat mengubah bentuk genom untuk menghentikan penyakit tertentu yang terjadi sebagai akibat dari mutasi genetik (Patra & Andrew, 2015).

Saat ini dalam bidang kesehatan rekayasa genetika digunakan dalam memerangi penyakit seperti cystic fibrosis (Alton et al., 2015), diabetes (Li, 2015), penyakit paru obstruktif (Kim, 2016), kanker (Leisegang, 2016) dan beberapa penyakit lainnya. Penyakit mematikan lainnya yang sekarang sedang dirawat dengan rekayasa genetika adalah penyakit gangguan sistim kekebalan tubuh serius (Severe Combined Immunodeficiency) (Ravin et al., 2016).

Manfaat rekayasa genetik untuk pengobatan pelbagai penyakit tengah menunjukan bahwa rekayasa genetika memiliki potensi dan manfaat penting untuk meningkatkan kualitas dan rentang hidup yang lebih lama dari para penderita.

Dibalik manfaat yang ditunjukan terhadap kesehatan seperti diatas, ternyata tidak sedikit resiko yang juga dihasilkan oleh rekayasa genetik. Ada beberapa dampak bagi kesehatan yang perlu untuk dilihat berkaitan dengan rekayasa gentika

Efek kesehatan lingkungan

Meskipun dampak positif dari bidang rekayasa gentik bisa sangat besar namun, organisme baru yang diciptakan oleh rekayasa genetika diyakini dapat menghadirkan masalah ekologis. Seseorang tidak dapat memprediksi dengan mudah setiap perubahan yang akan terjadi pada spesies yang direkayasa secara genetis terhadap lingkungannya.

Pelepasan spesies baru yang direkayasa secara genetika akan memiliki kemungkinan untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekologi suatu wilayah. Kecelakaan dalam rekayasa genetika virus atau bakteri misalnya dapat menghasilkanvirus atau bakteri jenis baru yang lebih kuat dan dapat menyebabkan masalah epidemi serius (Mercer et al., 1999; Paoletti & Pimentel, 2000)

Efek pada manusia

Fakta bahwa rekayasa genetika menggunakan vektor virus yang membawa gen fungsional di dalam tubuh manusia sampai saat ini dampaknya masih terus diperdebatkan. Tidak ada petunjuk pasti di mana gen fungsional ini mampu menjadi pengganti.

Gen hasil rekayasa dicurigai justru dapat menggantikan gen penting, bukan gen yang bermasalah dalam tubuh manusia. Dengan demikian, hal ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan atau penyakit lain pada manusia. Juga, karena gen yang cacat diganti dengan gen fungsional, maka kemungkinan akan terjadi pengurangan keragaman genetic. Hal ini jelas berbahaya karena, jika manusia memiliki genom yang identik, populasi secara keseluruhan akan rentan terhadap virus atau segala bentuk penyakit (Fleischmann, 1996)

Selain itu, rekayasa genetika juga dapat menciptakan efek samping yang tidak diketahui. Perubahan tertentu pada tanaman atau hewan dapat menyebabkan reaksi alergi dan toksisitas suatu organisme terhadap manusia yang mengkonsumsinya (Pusztai, 2001; Verma et al., 2011)

Resistensi antibiotik

Rekayasa genetika sering menggunakan gen yang resisten antibiotik sebagai penanda yang membantu mengidentifikasi sel hasil rekayasa. Masalahnya, meskipun tidak lagi digunakan, gen yang resisten akan terus berada dalam jaringan tanaman sehingga sebagian besar makanan nabati yang direkayasa secara genetika membawa gen yang resisten terhadap antibiotik.

Kehadiran gen resistensi antibiotik dalam makanan bisa memiliki efek mematikan. Karena makanan ini bisa mengurangi efektivitas antibiotik untuk melawan penyakit, ketika antibiotik dikonsumsi oleh manusia bersamaan dengan makanan yang telah resisten antibiotik.

Lebih dari itu, gen resisten antibiotik dapat ditransfer ke dalam tubuh manusia yang membuat manusia kebal terhadap antibiotik. Jika pemindahan itu terjadi, maka dapat menghasilkan masalah kesehatan yang lebih serius (Mepham, 2000).

Kesimpulan

Terlepas dari semua dampak yang timbul, potensi rekayasa genetika sungguh luar biasa. Namun, pengujian dan penelitian lebih lanjut harus terus dilakukan untuk mendidik masyarakat tentang keuntungan maupun kerugian dari upaya rekaya genetika.

Dalam kolom theguardian, Wallace mengungkapkan bahwa rekayasa genetika terkadang dapat membantu mengatasi masalah kesehatan, tetapi setiap proses yang mengubah susunan genetik (somatic gene therapy) akan melibatkan risiko yang sangat besar, karena sebagian besar kondisi manusia tidak semata-mata dipengaruhi oleh bawaan gen, tetapi juga oleh interaksi yang kompleks antara kondisi biologis tubuh dengan lingkungan hidupn

Sumber : qureta.com

Teknologi rekayasa genetika telah menarik banyak perhatian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir dengan munculnya pelbagai pemberitaan di media. Umumnya dalam banyak laporan kita menemukan gambaran besar manfaat positif dari rekayasa gentik.

Namun, di sisi lain, sebagian besar masyarakat juga tidak menyadari apa sebenarnya rekayasa gentik itu, atau apa kelebihan dan kekurangan yang ditawarkan oleh teknologi ini, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan manusia (Key, Ma, & Drake, 2008).

Sampai hari ini, dalam perkembangannya proses rekayasa gentik telah menimbulkan perdebatan yang terus menerus di antara para ahli dari pelbagai rumpun keilmuan oleh karena dampak yang ditimbulkan (Yang, & Chen, 2016).

Apa itu gen dan rekayasa gentika?

Dalam buku The Selfish Gene, Dawkins (1976) mengakui bahwa tidak ada definisi ‘gen’ yang disepakati secara universal. Kita sekarang tahu bahwa cetak biru untuk membentuk manusia dikodekan dalam 23 pasang kromosom, satu dari setiap pasangan diwariskan dari masing-masing orang tua.

Kode di dalam kromosom ditulis dalam molekul DNA, ‘Double Helix’ yang oleh Dawkins disebut sebagai ‘Immortal Coil’

Sementara, rekayasa genetika yang sering disebut juga dengan modifikasi genetika adalah tindakan memanipulasi langsung gen suatu organisme dengan menggunakan bioteknologi. Proses ini dilakukan dengan mengubah susunan genetik dari sel, termasuk mentransfer gen-gen yang lebih bagus kualitasnya untuk menghasilkan organisme baru yang lebih sehat, kuat, atau lebih berguna (Dictionary Cambridge)

Untuk mengubah susunan gen, terlebih dahulu dibentuk DNA (deoxyribonucleic acid) sebagai molekul dasar gen dengan mengisolasi dan menyalin materi genetik dari induk menggunakan metode DNA rekombinan atau sintesa DNA buatan. Sebuah vektor biasanya diciptakan dan digunakan untuk menyisipkan DNA ini ke organisme inang.

Molekul DNA rekombinan pertama dibuat oleh Paul Berg pada tahun 1972 dengan menggabungkan DNA virus monyet SV40 dengan virus lambda. Selain memasukkan gen, proses ini dapat digunakan untuk menghapus gen. DNA baru dapat dimasukkan secara acak, atau ditargetkan ke bagian tertentu dari genom (keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme).

Dalam catatan Dawkins (1976), molekul DNA disebut dengan replikator. Mereka berplikasi dan memproduksi protein, bahan pembangun dasar kehidupan seperti yang kita ketahui. Molekul DNA ini ketika mereproduksi atau mereplikasi akan bersaing satu sama lain untuk bertahan hidup. Seleksi alam akan menentukan mana yang bertahan dan mana yang mati.

Rekayasa genatika dan kesehatan

Sudah lama rekayasa genetika dikembangkan untuk mengatasi penyebaran penyakit. Dengan munculnya rekayasa genetika, para ilmuwan dapat mengubah bentuk genom untuk menghentikan penyakit tertentu yang terjadi sebagai akibat dari mutasi genetik (Patra & Andrew, 2015).

Saat ini dalam bidang kesehatan rekayasa genetika digunakan dalam memerangi penyakit seperti cystic fibrosis (Alton et al., 2015), diabetes (Li, 2015), penyakit paru obstruktif (Kim, 2016), kanker (Leisegang, 2016) dan beberapa penyakit lainnya. Penyakit mematikan lainnya yang sekarang sedang dirawat dengan rekayasa genetika adalah penyakit gangguan sistim kekebalan tubuh serius (Severe Combined Immunodeficiency) (Ravin et al., 2016).

Manfaat rekayasa genetik untuk pengobatan pelbagai penyakit tengah menunjukan bahwa rekayasa genetika memiliki potensi dan manfaat penting untuk meningkatkan kualitas dan rentang hidup yang lebih lama dari para penderita.

Dibalik manfaat yang ditunjukan terhadap kesehatan seperti diatas, ternyata tidak sedikit resiko yang juga dihasilkan oleh rekayasa genetik. Ada beberapa dampak bagi kesehatan yang perlu untuk dilihat berkaitan dengan rekayasa gentika

Efek kesehatan lingkungan

Meskipun dampak positif dari bidang rekayasa gentik bisa sangat besar namun, organisme baru yang diciptakan oleh rekayasa genetika diyakini dapat menghadirkan masalah ekologis. Seseorang tidak dapat memprediksi dengan mudah setiap perubahan yang akan terjadi pada spesies yang direkayasa secara genetis terhadap lingkungannya.

Pelepasan spesies baru yang direkayasa secara genetika akan memiliki kemungkinan untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekologi suatu wilayah. Kecelakaan dalam rekayasa genetika virus atau bakteri misalnya dapat menghasilkanvirus atau bakteri jenis baru yang lebih kuat dan dapat menyebabkan masalah epidemi serius (Mercer et al., 1999; Paoletti & Pimentel, 2000)

Efek pada manusia

Fakta bahwa rekayasa genetika menggunakan vektor virus yang membawa gen fungsional di dalam tubuh manusia sampai saat ini dampaknya masih terus diperdebatkan. Tidak ada petunjuk pasti di mana gen fungsional ini mampu menjadi pengganti.

Gen hasil rekayasa dicurigai justru dapat menggantikan gen penting, bukan gen yang bermasalah dalam tubuh manusia. Dengan demikian, hal ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan atau penyakit lain pada manusia. Juga, karena gen yang cacat diganti dengan gen fungsional, maka kemungkinan akan terjadi pengurangan keragaman genetic. Hal ini jelas berbahaya karena, jika manusia memiliki genom yang identik, populasi secara keseluruhan akan rentan terhadap virus atau segala bentuk penyakit (Fleischmann, 1996)

Selain itu, rekayasa genetika juga dapat menciptakan efek samping yang tidak diketahui. Perubahan tertentu pada tanaman atau hewan dapat menyebabkan reaksi alergi dan toksisitas suatu organisme terhadap manusia yang mengkonsumsinya (Pusztai, 2001; Verma et al., 2011)

Resistensi antibiotik

Rekayasa genetika sering menggunakan gen yang resisten antibiotik sebagai penanda yang membantu mengidentifikasi sel hasil rekayasa. Masalahnya, meskipun tidak lagi digunakan, gen yang resisten akan terus berada dalam jaringan tanaman sehingga sebagian besar makanan nabati yang direkayasa secara genetika membawa gen yang resisten terhadap antibiotik.

Kehadiran gen resistensi antibiotik dalam makanan bisa memiliki efek mematikan. Karena makanan ini bisa mengurangi efektivitas antibiotik untuk melawan penyakit, ketika antibiotik dikonsumsi oleh manusia bersamaan dengan makanan yang telah resisten antibiotik.

Lebih dari itu, gen resisten antibiotik dapat ditransfer ke dalam tubuh manusia yang membuat manusia kebal terhadap antibiotik. Jika pemindahan itu terjadi, maka dapat menghasilkan masalah kesehatan yang lebih serius (Mepham, 2000).

Kesimpulan

Terlepas dari semua dampak yang timbul, potensi rekayasa genetika sungguh luar biasa. Namun, pengujian dan penelitian lebih lanjut harus terus dilakukan untuk mendidik masyarakat tentang keuntungan maupun kerugian dari upaya rekaya genetika.

Dalam kolom theguardian, Wallace mengungkapkan bahwa rekayasa genetika terkadang dapat membantu mengatasi masalah kesehatan, tetapi setiap proses yang mengubah susunan genetik (somatic gene therapy) akan melibatkan risiko yang sangat besar, karena sebagian besar kondisi manusia tidak semata-mata dipengaruhi oleh bawaan gen, tetapi juga oleh interaksi yang kompleks antara kondisi biologis tubuh dengan lingkungan hidupn

Sumber : qureta.com

Translate »