REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH —  Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits yang biasa disebut sebagai hadits Jibril. Karena pada saat itu, Malaikat Jibril menyerupai manusia mendatangi Nabi Muhammad SAW di hadapan para sahabat Nabi, kemudian bertanya tentang iman, Islam, ihsan dan kiamat.

Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril Alaihissalam yang kemudian bertanya, “Apakah iman itu?”

Nabi SAW menjawab, “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit.”

Malaikat Jibril berkata, “Apakah Islam itu?”

Jawab Nabi SAW, “Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan sholat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan.”

Malaikat Jibril berkata, “Apakah ihsan itu?”

Nabi SAW menjawab, “Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.”

Malaikat Jibril berkata lagi, “Kapan terjadinya hari kiamat?”

Nabi SAW menjawab, “Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya, (yaitu) jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah.”

Kemudian Nabi SAW membaca, “Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS Luqman Ayat 34).

Setelah itu Malaikat Jibril pergi, kemudian Nabi SAW berkata, “Hadapkan dia ke sini.”

Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi SAW bersabda, “Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka.”

Abu Abdullah berkata: “Semua hal yang diterangkan Nabi SAW dijadikan sebagai iman. (HR Imam Bukhari)

Hadits serupa diriwayatkan Imam Ibnu Majah.

Abu Hurairah berkata bahwa suatu hari Rasulullah SAW pernah muncul di hadapan orang-orang, lalu datanglah seorang laki-laki kepada beliau seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah akan terjadi hari Kiamat?”

Nabi SAW menjawab, “Tidaklah yang ditanya itu lebih mengetahui daripada yang bertanya, namun akan aku beritahukan kepadamu tanda-tandanya, yaitu jika seorang budak melahirkan tuannya maka itulah tandanya. Apabila orang-orang yang tak beralas kaki menjadi pemimpin manusia maka itulah tandanya. Jika para penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan rumah maka itulah tandanya.”

Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim…” (QS Luqman Ayat 34). (HR Ibnu Majah)

Soal hadits ini, pakar hadis, KH Ahmad Ubaidi Hasbillah menyampaikan, secara utuh, hadits Jibril ini bicara tentang rukun agama, yaitu iman, Islam, ihsan, dan memahami realitas (idrakul waqi’). Hadist tersebut adalah salah satu hadits yang mengindikasikan tanda-tanda hari kiamat.

“Maka sebagai seorang yang beragama, punya iman, punya Islam, dan punya ihsan, kita harus bisa juga memahami realitas yang menjadi tanda-tanda kehancuran alam semesta tempat kita menjalani iman Islam dan ihsan tersebut, sebagai orang beragama, kita harus peka hal-hal yang berdampak pada kehancuran keberagamaan kita, itulah salah satu gambaran kiamat,” kata Kiai Ubaidi Hasbillah kepada Republika, Rabu (3/7/2024).

Kiai Ubaidi Hasbillah menjelaskan, ada beberapa tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Jibril.

Tanda Kiamat dalam Hadits Jibril

1. Seorang Budak Melahirkan Tuannya

Secara literal, ini berarti bahwa seorang budak perempuan akan melahirkan anak yang kemudian menjadi tuannya. Ini bisa terjadi ketika seorang budak menikah dengan tuannya dan melahirkan anak yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada ibunya.

Namun, secara simbolis, ulama juga menafsirkannya dengan fenomena pembalikan nilai-nilai sosial dan moral dalam masyarakat.

Makna seorang budak melahirkan tuannya adalah anak-anak tidak lagi menghormati orang tua mereka, dan hubungan kekeluargaan menjadi terbalik, di mana anak-anak memperlakukan orang tua mereka seperti budak. Ini simbol kiamat moral, yang kalau dibiarkan akan berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.

2. Orang-orang yang Tidak Beralas Kaki Menjadi Pemimpin Manusia

Secara literal, ini menggambarkan orang-orang miskin atau yang memiliki status sosial rendah tiba-tiba menjadi pemimpin.

Namun secara simbolis, menunjukan perubahan besar dalam struktur sosial, di mana mereka yang sebelumnya tidak memiliki kekuasaan atau status tinggi tiba-tiba memiliki otoritas besar. Ini bisa merujuk pada ketidakseimbangan atau kerusakan dalam tatanan sosial. Kiamat sosial jika dibiarkan akan berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.

Hikmah yang bisa dipetik adalah pentingnya pemimpin yang berintegritas dan kompeten, serta menjaga stabilitas sosial dan keadilan dalam masyarakat.

3. Para Penggembala Kambing Berlomba-lomba Meninggikan Bangunan Rumah

Secara literal, menggambarkan orang-orang yang dulu hidup sederhana sebagai penggembala tiba-tiba memiliki kekayaan besar dan berlomba-lomba dalam kemewahan.

Secara simbolis, menunjukkan perubahan dalam nilai-nilai masyarakat, di mana kemewahan dan materi menjadi tujuan utama hidup, dan orang berlomba-lomba dalam hal duniawi.

Ini kiamat spiritualitas yang kalau dibiarkan juga berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.

Pelajarannya, ini mengingatkan pentingnya kesederhanaan dan tidak berlebihan dalam mengejar kekayaan duniawi. Fokus pada nilai-nilai spiritual dan akhlak.

Kiai Ubaidi Hasbillah menjelaskan, hadits Jibril ini juga mengingatkan bahwa ilmu tentang waktu pasti terjadinya kiamat adalah hak prerogatif Allah SWT. Oleh karena itu, Muslim harus senantiasa berusaha menjadi hamba yang taat dan berakhlak mulia, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

“Bukan mencari-cari tahu waktu terjadinya (kiamat), tetapi meningkatkan kewaspadaan dengan mempersiapkan diri menghadapinya serta mencegah kiamat-kiamat kecil yang menjadi pendahuluan bagi kiamat besar itu,” ujar Kiai Ubaidi Hasbillah.

Sumber: republika.co.id

Translate »