Jakarta – Kitab Imrithi tentunya sudah tidak asing di dunia pesantren. Kitab ini penting dipelajari untuk bisa memahami ilmu nahwu atau gramatika bahasa Arab. Dengan memahami ilmu nahwu, maka santri akan mudah mengkaji kitab kuning yang menggunakan huruf Arab gundul atau tanpa harakat.
Dalam artikel ini, akan kita ulas apa itu Kitab Imrithi, mulai dari pengarang, alasan penulisan, hingga isinya, seperti dilansir dari Majalah Tebuireng Edisi 73: 33 Kitab Paling Berpengaruh di Pesantren (2021) dan situs NU Online.
Apa Itu Kitab Imrithi?
Kitab Imrithi adalah kitab yang biasa dipelajari di pesantren untuk memahami ilmu nahwu. Kitab ini termasuk kitab lanjutan setelah santri menyelesaikan kitab matan Jurumiyah.
Secara umum, kitab ini merupakan pengembangan dari kitab Jurumiyah. Kitab Imrithi ditulis dengan bentuk nazam, yaitu syair atau puisi.
Pengarang kitab ini mengolah materi-materi dalam kitab Jurumiyah yang berbentuk prosa, kemudian disusun kembali menjadi sebuah kitab dengan berbentuk nazam, lengkap dengan penjelasan yang lebih luas.
Bait-bait nazam atau puisi imrithi ini mudah untuk dihafal dan dipahami. Nazam al-‘Imrithi tersebut ditulis dengan bahasa yang ringkas, jelas, dan tidak keluar dari istilah nahwu.
-Judul kitab: al-Durrah al-Bahiyyah Nadzm al-Ajurumiyyah atau Nadzm al-‘Imrithi
-Penyusun: Syaikh Syarafuddin Yahya ibn Umairoh al-Imrithi (890/1580 M)
-Penerbit: Maktabah Ali Yasir Mesir
-Tebal: 11 halaman/234 bait
Pengarang Kitab Imrithi
Kitab Imrithi dikarang oleh Imam Syarafuddin Yahya Abil Khair Al-Imrithi As-Syafi’i Al-Anshari Al-Azhari atau yang juga dikenal Syaikh Syarafuddin Yahya ibn Syaikh Badruddin Musa bin Ramadhan bin Umairoh al-‘Imrithi, al-Faqih, al-Syafi’iy.
Beliau adalah ulama besar bermazhab Syafi’i kelahiran Amrith, sebuah kota yang berada di Mesir bagian timur. Oleh karena nama Amrith tersebut, maka nama kitab ini disebut Kitab Imrithi dan pengarangnya juga dikenal sebagai Imam Al-Imrithi.
Ia lahir pada awal abad kesembilan hijriah, dan wafat pada tahun 988 H di Mesir. Imam Al-Imrithi dikenal sangat alim, baik dalam ilmu nahwu maupun ilmu fiqih dan ushul fiqih. Namun ilmu sastra yang dia miliki sangat kuat, sehingga karangan-karangannya memiliki rasa sastra.
Selain Kitab Imrithi, Syaikh Syarafuddin Yahya juga mengarang beberapa kitab lain, yaitu:
-Tashilut Thuruqhat fi Nazhmil Waraqat, yaitu kitab tentang ilmu ushul fiqih.
-Nazhmut Tahrir, yaitu kitab ringkas tentang ilmu fiqih.
-Kitab lain seperti At-Taisir, Nazhmu Ghayatit Taqrib lil Fasyani.
Alasan Penulisan Kitab Imrithi
Abdul Wahhab Khalaf dalam Ushul Fiqh-nya mengatakan, ilmu kaidah lughawiyyah (kaidah bahasa Arab) sudah mulai muncul pada tahun 2 H untuk membantu memahami teks (Al Quran dan hadis).
Semakin meluasnya interaksi bangsa Arab dengan bangsa lain membuat bahasa Arab tercampur dengan kosakata dan gaya bahasa bangsa lain. Akibatnya kemampuan lisan (malakah lisaniyyah) menjadi hilang dan menimbulkan kemungkinan multitafsir dan keraguan dalam memahami teks. Dengan demikian, muncul ilmu nahwu dan sharaf untuk memperbaiki akurasi dalam berbicara.
Secara pribadi, Syekh Syarafuddin Al-Imrithi memiliki alasan tersendiri dalam mengarang kitab ini. Beliau terdorong untuk bisa saling menolong dalam hal kebaikan. Ia pun merasa bertanggungjawab untuk membagikan ilmu kepada orang lain. Tujuannya agar pemahaman tentang Al-Qur’an dan hadits terus terjaga
Isi Kitab Imrithi
Isi Kitab Imrithi secara garis besar bisa dibagi dalam lima pembahasan, yaitu:
1. Pembahasan Kalam dan Pembagian I’rab
Bagian awal kitab ini adalah pembahasan tentang kalam, termasuk ketentuan-ketentuan sederhana dalam membentuk suatu kalimat bahasa Arab dengan benar.
Kemudian terdapat pembagian i’rab, yaitu i’rab rafa’, i’rab nashab, i’rab jar, dan i’rab jazam.
2. Pembahasan Kalimat Fi’il
Dalam bab ini, dijelaskan bahwa kalimat fi’il dibagi menjadi tiga, yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar. Disebutkan pula semua tanda-tanda kalimat fi’il, untuk menjadi penentu bahwa kalimat tersebut benar-benar fi’il.
3. Pembahasan Isim-isim yang Dibaca Rafa’ (Marfu’atul Asma)
Berisi penjelasan semua isim-isim yang dibaca rafa’, untuk memudahkan pemula menandai suatu kalimat. Ada 7 isim-isim yang dibaca rafa’ yaitu: fail; naibul fail; mubtada; khabar; isim kana dan saudaranya; khabar inna dan sudaranya; lafal yang ikut pada lafal yang dibaca rafa’, yaitu na’at (sifat), athaf, taukid, dan badal.
4. Pembahasan Isim-isim yang Dibaca Nashab (Manshubatul Asma)
Berisi tentang semua isim-isim yang dibaca nashab, lengkap dengan definisi dan tanda-tandanya.
Ada 15 isim yang dibaca nashab, yaitu maf’ul bih; masdar; zharaf zaman; zharaf makan; hal; tamyiz; mustatsna; isim la; munada; maf’ul min ajlih; maf’ul ma’ah; khabar kana dan saudaranya; isim inna dan saudaranya; maf’ul zhanna; dan lafal yang ikut pada lafal yang dibaca nashab.
5. Pembahasan Isim-isim yang Dibaca Jar (Makhfudhzatul Asma)
Terakhir, isim-isim yang dibaca jar ada tiga, yaitu isim yang dijarkan dengan huruf; mudhaf ilaih; dan lafal yang ikut pada lafal yang dibaca jar.
Demikian tadi telah kita ketahui apa itu Kitab Imrithi, lengkap dengan pengarang, alasan pembuatan kitab, hingga isi dari Kitab Imrithi. Wallahu a’lam.
Sumber: detik.com
Recent Comments