REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ulama tafsir asal Indonesia Prof Quraish Shihab menyampaikan penjelasan ihwal mengapa Firaun menyetujui usul istrinya, untuk mengadopsi Nabi Musa AS yang masih kecil. Padahal nantinya di saat dewasa, Nabi Musa AS menjadi musuh bagi Firaun.

Hal itu dijelaskan Prof Quraish dalam Tafsir Al Mishbah saat menafsirkan Surat Az Zariyat ayat 56, yang kemudian memiliki keterkaitan dengan Surat Al Qasas ayat 8.

Pada ayat 56 Az Zariyat, Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az Zariyat ayat 56)

Adapun pada ayat 8 Surat Al Qasas, Allah SWT berfirman:

فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ

“Maka dia dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.” (QS. Al Qasas ayat 8)

Prof Quraish menjelaskan, huruf lam pada kata “liya’budun” bukan bermakna “agar”. Sebab, tentu tidak ada orang yang mau mengadopsi dan memelihara musuhnya sendiri.

“Tujuan Firaun ketika menyetujui usul istrinya agar mengambil Musa adalah supaya menjadi penyejuk mata mereka dan untuk memanfaatkan serta menjadikannya sebagai anak,” jelas Prof Quraish. Namun, kuasa Allah menjadikan musuh memelihara musuhnya sendiri.

Ada huruf lam pada kata “Li yakuuna” pada ayat 8 Surat Al Qasas, dan kata “Li ya’buduun” pada ayat 56 Surat Az Zariyat, disebut oleh pakar-pakar bahasa sebagai Lam Al Aqibah. Makna “lam” ini mengacu pada dampak dan akibat dari sesuatu.

Kisah Firaun dan kekejamannya terhadap Bani Israil meninggalkan hikmah yang besar bagi umat Islam. Firaun adalah sosok yang sombong hingga mengaku sebagai tuhan. Pada akhirnya, dia dilaknat Allah SWT. Tewas di Laut Merah bersama tentaranya saat mengejar Nabi Musa AS.

Firaun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Berdasarkan catatan sejarah, Firaun di masa Nabi Musa adalah Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II. Setelah sekian ribu tahun, mumi Firaun Minephtah ditemukan pada tahun 1898 M oleh Loret di Thebes di Lembah Raja-raja (Wadi al Muluk).

Allah SWT berfirman:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لِمَنْ خَلْفَكَ اٰيَةً ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ اٰيٰتِنَا لَغٰفِلُوْنَ ࣖ

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (QS. Yunus ayat 92)

 Sumber: iqra.republika.co.id

Translate »