Di negeriku tercinta ini, Indonesia, masyarakat mengenal orang-orang yang disebut “Wali Songo” atau wali sembilan. Para santri menyebut mereka awliya’ Allah. Kata awliya dalam bahasa Arab adalah kata jamak dari kata wali. Masyarakat umum mengenal mereka sebagai para penyebar Islam di Nusantara. Namun beberapa meyakini arti awliya dalam Alquran adalah pemimpin.
Karena itu seorang teman bertanya: apa makna awliya’ itu? Bagaimana mereka digambarkan dalam Alquran?
Aku segera ingat ayat Alquran yang mengatakan,
اَلَا اِنَّ اَوْلِيآءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ .
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus [10]: 62).
Apa arti wali-wali Allah itu? Guru besar para ahli tafsir, al-Thabari, memberikan komentar atau tafsir ayat ini:
أَلَا إِنَّ أَنْصَارَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ فِي اْلآخِرَةِ مِنْ عَقَابِ اللهِ، لِأَنَّ اللهَ رضي عنهم فَآمَنَهُمْ مِنْ عِقَابِهِ، وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ عَلَى مَا فَاتَهُمْ مِنَ الدُّنْيَا.
Ingatlah bahwa para penolong (agama) Allah itu, tak ada rasa takut akan siksa Allah di akhirat karena Allah menyelamatkan mereka. Dan mereka tidak pula bersedih hati atas dunia yang mereka tidak dapatkan.
Di tempat lain, Alquran menyatakan,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih, dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah awliya kalian (pelindung-pelindungmu) dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Fusshilat [41]: 30-32).
Mengomentari ayat ini, Ibn Katsir menulis:
وَقَوْلُهُ: (نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ) أَيْ: تَقُوْلُ الْمَلَائِكَةُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ عِنْدَ الْاِحْتِضَارِ نَحْنُ كُنَّا أَوْلِيَاؤُكُمْ، أَيْ: قُرَنَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا، نُسَدِّدُكُمْ وَنُوَفِّقُكُمْ، وَنَحْفَظُكُمْ بِأَمْرِ اللهِ، وَكَذَلِكَ نَكُوْنُ مَعَكُمْ فِي الْآخِرَةِ نُؤْنِسُ مِنْكُمْ الْوَحْشَةَ فِي الْقُبُوْرِ، وَعِنْدَ النَّفْخَةِ فِي الصُّوْرِ، وَنُؤَمِّنُكُمْ يَوْمَ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ، وَنُجَاوِزُ بِكُمْ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ، وَنُوْصِلُكُمْ إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ.
Firman Allah “Kami (para malaikat) adalah awliya kalian dalam kehidupan di dunia,” maksudnya kami adalah teman-teman setia kalian di dunia. Kami menuntun kalian ke jalan lurus, dan menjaga kalian atas perintah Allah. Kami bersama kalian di akhirat yang akan menenteramkan hati kalian saat menghadapi kesusahan di dalam kubur dan kecemasan ketika terompet kebangkitan dari kubur ditiupkan. Kami akan membuat kalian tenang saat dibangkitkan dan menyeberangkan kalian menuju surga yang penuh kenikmatan.
Al-Qurthubi memaknai kata awliya’ di sini sebagai “teman setia” dengan mengutip Imam Mujahid. Ia menulis:
قال مجاهد: أي نَحْنُ قُرَنَاؤُكمُ الذِينَ كُنَّا مَعَكُمْ فِي الدُّنْيَا، فَإِذَا كَانَ يَومُ الْقِيَامَةِ قَالُوا لاَ نُفَارِقُكُمْ حَتَّى نُدْخِلَكُمْ الَجَنَّةَ.
Imam Mujahid mengatakan, “Kami adalah teman-teman setia (qurana’ukum) kalian yang selalu bersama di dunia. Dan di akhirat kami tidak akan meninggalkan kalian sampai kalian masuk surga.
Begitulah makna kata awliya’ yang terdapat dalam ayat suci Alquran. Jelas sudah bahwa arti kata awliya bukanlah pemimpin sebagaimana diyakini beberapa orang. Saya tidak tahu bagaimana dan dari mana segelintir orang itu memaknainya demikian.[]
[Tulisan ini disadur dari buku Lawaamii’ al-Hikmah ‘Pendar-pendar Kebijaksanaan’]
Sumber : bincangsyariah.com
Recent Comments