Yukabid, ialah seorang perempuan yang melahirkan seorang Nabi Musa Alaihissalaam. Tersebutlah pada zaman Firaun yang entah keberapa sekian. Firaun adalah penyebutan untuk raja pada zaman itu. Firaun yang berkuasa pada zaman itu dialah raja yang zalim, otoriter, dan mengaku sebagai tuhan. Sebab dia merasa menemukan sifat-sifat Tuhan pada dirinya yang ia baca melalui kitab-kitab agama terdahulu.

Menurut penuturan beberapa ulama, jikalau hari ini ada manusia seperti Firaun maka mungkin orang tersebut akan mengaku Tuhan pula. Sebab semua ucapannya selalu benar, terkabul. Jika dia bilang hujan, maka turunlah hujan. Seperti kekuasaan Tuhan yang mengatakan “jadilah” maka akan terjadi.

Suatu hari Firaun bermimpi bahwa akan ada seorang lelaki yang mampu menghancurkan kerajaannya. Takutlah ia, dan merasa begitu cemas. Ah, adakah Tuhan memiliki rasa cemas? Keesokan harinya ia memerintahkan kepada seluruh pasukan istananya untuk segera membunuh bayi lelaki yang terlahir pada hari itu. Bukan hanya hari itu saja. Tapi juga membunuh semua lelaki yang lahir pada tahun itu dan membiarkan bayi perempuan hidup.

Di hari yang sama lahirlah sosok bayi lelaki dari rahim Yukabid yang kelak menjadi seorang Nabi dan Rasul. Saat pasukan Firaun berkeliling mencari bayi lelaki di setiap rumah dan Yukabid mengetahui perihal rencana Firaun dia merasa takut dan kebingungan. Yukabid adalah sosok perempuan yang Sholihah, menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Saat itu pula ia memohon petunjuk kepada Allah tentang apa yang sebaiknya ia lakukan.

Allah memberi jawaban melalui ilham (semacam wahyu atau perintah yang hanya diberikan kepada orang-orang sholeh) agar Yukabid menaruh bayi Musa di dalam kuali yang menyala kemudian ditutup. Bayangkan, takkan mungkin seorang hamba biasa melakukan hal semacam itu. Tapi Allah punya rencana hebat setelah itu. Setelah Yukabid meletakkan bayi Musa, masuklah pasukan istana Firaun dan menggeledah rumah Yukabid. Mereka tak mungkin sama sekali menduga bahwa ada bayi lelaki yang sedang disembunyikan di balik kuali yang sedang menyala. Setelah lelah mencari-cari akhirnya merekapun keluar dari rumah Yukabid. Tenanglah hatinya untuk saat itu.

Tak berhenti sampai di situ. Yukabid masih bingung, bagaimana caranya untuk terus menyembunyikan Musa Alaihissalaam hingga membesarkannya. Yukabid lagi-lagi menyerahkan urusannya kepada Allah. Ia kemudian sholat istikhoroh, memohon bimbingan Allah. Allah perintahkan kepada Yukabid untuk menghanyutkan Musa ke sungai Nil. Suatu perintah yang di luar akal manusia. Bagaimana bisa seorang hamba memohon keselamatan sedangkan Allah memberi jawaban dengan perintah yang membahayakan menurut akal manusia. Tapi tanpa ragu Yukabid mematuhi perintah Allah.

Segeralah ia menghanyutkan Musa ke sungai Nil dan memerintahkan kakak lelaki Musa untuk mengikuti ke mana aliran sungai itu membawa bayi Musa. Ternyata sampailah ia ke sungai dekat istana Firaun dan ditemukan oleh Asiyah, istri Firaun. Kakaknya Musa memberitahukan kepada Ibundanya tentang hal tersebut. Yukabid merasa hawatir, tapi lagi-lagi Yukabid percaya bahwa Allah telah merencanakan semua ini.

Dibawalah bayi Musa ke dalam istana dengan perasaan gembira karena telah menemukan sosok bayi yang lucu. Firaun heran mengapa ia malah membawa bayi lelaki ke dalam istana. Waktu itu Firaun ingin segera membunuhnya, tapi dicegah oleh Asiyah. Firaun khawatir jikalau bayi itu yang kelak akan menghancurkan kekuasaannya. Asiyah dengan cerdas menjawab, “Jika dia memang benar adalah lelaki yang akan mengancurkan kerajaanmu seperti yang kau lihat dalam mimpimu, bukankah akan mudah bagimu untuk membunuhnya kapanpun kau mau?”. Padahal itu hanyalah alasan Asiyah agar tak membunuhnya, meskipun jawabannya memang tepat.

Dalam asuhan Asiyah Musa dirawat dengan penuh kasih sayang. Sebab Musa masih bayi dan membutuhkan ASI maka Asiyah mengadakan sayembara kepada seluruh perempuan menyusui untuk mendaftarkan diri sebagai ibu susu Musa dengan iming-iming imbalan yang besar.
Baca Juga : Keutamaan dan Intisari Surat An-Nisa

Mendengar berita itu, Yukabid bergembira, dan berharap Musa takkan menerima ASI dari ibu manapun kecuali dirinya. Ia bergegas menuju istana. Para ibu menyusui ternyata sudah berkumpul untuk mencoba menyusui bayai Musa. Ternyata tak satupun ASI yang diinginkan bayi Musa. Hingga tibalah giliran Yukabid menyusui Musa. Musapun mau menyusu karena ia adalah ibu kandungnya. Yukabid sangat gembira, dengan begitu ia bisa tetap bersama Musa dalam keadaan aman. Disusuilah Musa hingga usia dua tahun. Hingga akhirnya Yukabid telah merasa aman untuk melepaskan Musa karena Asiyah merawat Musa dengan penuh kasih sayang.

Kemudian Musa menjadi seorang Nabi dan Rasul yang mampu mengalahkan Firaun, ayah angkatnya sendiri yang zalim.

Terkadang Allah memberi ujian kepada hamba-Nya di luar nalar manusia. Bisa jadi apa yang tidak kita sukai, di balik itu Allah menyimpan rahasia yang indah. Rahasia yang tak terduga oleh akal manusia. Jangan tanyakan pada hatimu jikalau hendak mengambil sebuah keputusan, sebab hatimu belum tentu bersih dari dosa. Meski Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mintalah fatwa pada hatimu.” Namun hati yang bagaimana yang pantas diminta suatu nasihat? Jangan pula kau serahkan pada akalmu, sebab akalmu lemah dan terbatas. Tapi, mintalah bimbingan dan petunjuk kepada Allah agar senantiasa Allah membimbing hati kita agar merasa sesuai yang Allah mau. Mintalah agar Allah membimbing akal kita agar berpikir sesuai yang Allah mau.

Sumber : bincangsyariah.com

Translate »