Surga dan neraka adalah tempat-tempat yang dijanjikan oleh Allah untuk hamba-hambaNya. Dua tempat tersebut akan dihuni oleh manusia sesuai dengan amal dan karunia Allah swt. Lalu apakah penghuni surga masih bisa bercakap-cakap dengan penghuni neraka?

Allah swt. berfirman di dalam surah Al-A’raf ayat 44

وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا ۖ قَالُوا نَعَمْ ۚ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.”

Berdasarkan ayat tersebut, maka penghuni surga bisa bercakap-cakap dengan penghuni neraka. Namun, di satu sisi Allah swt. juga berfirman bahwa penghuni neraka itu tidak mampu mendengar apa-apa.

لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ

Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya’: 100).

Lalu, apakah sebenarnya mereka mampu bercakap-cakap seperti maksud ayat pertama, atau tidak seperti makna ayat kedua?

Ayat Al-Qur’an tidak mungkin ada pertentangan di dalamnya sebagaimana telah difirmankan Allah swt. dalam surah Fussilat ayat 41-42 dan surah An-Nisa’ ayat 82.

Syekh Ali Jumah, ulama terkemuka dari Mesir memberikan penjelasan terkait hal ini. Yakni menurut beliau dua ayat tersebut sangatlah tidak bertentangan. Melainkan penduduk neraka bisa mendengar di satu tempat/waktu dan kadang kala tidak dapat mendengar di tempat yang lain. Tergantung kondisi yang berbeda. Kadang kala mereka dikumpulkan dalam keadaan tuli dan buta dengan tambahan azab untuk mereka. Hal ini berdasarkan firman Allah swt.
Baca Juga : Siksaan yang Paling Ringan di Neraka

وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا

Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. (Q.S. Al-Isra:97).

Dan kadang juga Allah swt. memberikan mereka para penghuni neraka kesempatan dapat mendengar dan menjawab seruan dari para penghuni surga. Dan kadang mereka berada di dalam peti yang terbuat dari api. Hal ini sebagaimana riwayat imam Al-Baihaqi yang menukil perkataan Ibnu Mas’ud sebagai berikut.

“إِذَا بَقِيَ فِي النَّارِ مَنْ يُخَلَّدُ فِيهَا جُعِلُوا فِي تَوَابِيتَ مِنْ نَارٍ، فِيهَا مَسَامِيرُ مِنْ نَارٍ، ثُمَّ جُعِلَتْ تِلْكَ التَّوَابِيتُ فِي تَوَابِيتَ مِنْ نَارٍ، ثُمَّ جُعِلَتْ تِلْكَ التَّوَابِيتُ فِي تَوَابِيتَ مِنْ نَارٍ، ثُمَّ قُذِفُوا فِي أَسْفَلَ الْجَحِيمِ، فَيَرَوْا أَنَّهُ لَا يُعَذَّبُ فِي النَّارِ أَحَدٌ غَيْرَهُمْ، ثُمَّ تَلَا قولَه تعالى: ﴿لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ﴾ [الأنبياء: 100]” رواه البيهقي في “البعث والنشور”.

Ketika orang itu kekal di dalam neraka, maka mereka ditempatkan di dalam peti dari api, yang di dalamnya terdapat paku-paku. Kemudian peti-peti itu ditempatkan lagi di dalam peti-peti dari neraka. Kemudian peti-peti tersebut ditempatkan lagi di dalam peti-peti dari api. Lalu, mereka dilemparkan ke dalam paling bawahnya neraka jahim. Maka, mereka pun tidak melihat seorang pun yang diazab di dalam neraka kecuali mereka. Lalu Ibnu Mas’ud membaca firman Allah swt.

لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ

Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya’: 100).

Oleh karena itu, karena mereka berada di dalam peti yang berisi penghuni neraka saja, maka mereka pun tidak dapat mendengar apapun yang bisa mendatangkan manfaat. Mereka hanya mendengar suara azab atau suara malaikat yang mengazab mereka. Inilah yang dimaksudkan di dalam surah Al-Anbiya’ tersebut, yakni penduduk neraka tidak dapat mendengar apapun.
Baca Juga : Ibnu Taimiyah yang Bukan Salafi

Adakalanya juga mereka tidak dapat mendengar sebagaimana di dalam ayat Al-Anbiya’ tersebut dikembalikan kepada sesembahan mereka semasa di dunia pun. Hal ini sebagaimana pendapat imam Abu Muslim Al-Ashfihani. Yakni mereka tidak dapat mendengar jeritan dan aduan penghuni neraka yang menginginkan pertolongan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt.

﴿وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ اللهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ ۞ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ﴾

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Q.S. Al-Ahqaf: 5-6).

Jadi, penghuni neraka dan surga bisa bercakap-cakap dan saling menjawab di satu waktu. Namun, di satu waktu mereka tidak mampu mendengar apapun kecuali suara azab mereka atau suara malaikat yang mengazab mereka. Hal ini dikarenakan mereka berada di peti khusus penghuni neraka. Sehingga antara dua firman Allah swt. tersebut di atas Al-A’raf dan surah Al-Anbiya’ tidak saling bertentangan. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

Sumber : bincangsyariah.com

Translate »