Kisah Layla Majnun merupakan sebuah kisah cinta romantis klasik yang berlatar di tanah Arab. Kisah ini di tulis pada abad ke-12 dalam bahasa Persia oleh Jamaludin Ilyas bin Yusuf bin Zaki, yang sering disebut Nizami Ganjavi. Dikisahkan secara turun-temurun dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Mengisahkan tentang sepasang kekasih bernama Layla dan Majnun (Qais) yang menjalin kisah cinta abadi dengan berakhir memilukan. Sudah berabad-abad lamanya kisah ini ada dan berpindah dari tangan ke tangan, dibaca dari mata ke mata, dilisankan dari mulut ke mulut, hingga pada saat ini menjadi alasan saya menulis.

Layla dan Majnun adalah sepasang muda-mudi yang saling mencintai. Namun, cinta mereka terhalang oleh restu dari pihak keluarga Layla. Masalah sebenarnya yang terjadi di antara sepasang manusia yang saling mencintai ini terletak pada restu dari ayah Layla.

Dikisahkan bahwa keluarga Layla yang berasal dari keluarga terpandang, maka dari itu tidak ingin menikahkan Layla dengan Majnun karena menganggap Majnun yang hanya berasal dari keluarga biasa akan merusak martabat tinggi keluarga Layla. Memang, sejatinya ketika seorang anak mengalami fase jatuh cinta, takdir yang paling nyata terdapat di tangan orang tua.

Akan tetapi, pada esensi cinta itu sendiri, ia tak bisa dibelenggu, karena cinta merupakan takdir yang transenden dan mencintai merupakan fitrah yang perlu dipertahankan.

Kemudian, pada kisahnya Layla dikurung dan mendapat pengawasan yang ketat. Lalu Ia dinikahkan oleh seorang pemuda. Berita menyakitkan bahwa Layla akan dinikahkan dengan pria lain, sampai pada telinga Qais. Bisa dibayangkan, seperti apa kondisinya Qais saat mengetahui Layla akan menikah.

Kabarnya, begitu mendengar Layla menikah, Qais pingsan berhari-hari. Saat hari pernikahan Layla, Qais menuliskan ucapan selamat dalam bentuk Syair, “Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa, ada seseorang yang meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu Layla.” tulisnya.

Meskipun Layla berperan sebagai seorang istri yang baik dan mematuhi suaminya, sepanjang hidupnya Layla tak pernah sekalipun merelakan tubuhnya kepada pria tersebut.

Layla pun menjawab pesan kepada Majnun, “Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku sedemikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun, engkau mengumandangkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, sementara engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu, kini aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan padaku kekasih, mana di antara kita yang lebih di mabuk cinta?”.

Pada saat itu Qais meninggalkan sukunya, menjadi seorang pengembara di hutan belantara, menjadi budak cinta, mengasingkan diri dari kehidupan manusia. Setiap hari ia hanya melantunkan syair-syairnya yang sangat indah untuk Layla. Ia percaya angin membawa serta syair-syair tersebut dan menyingkap Layla yang juga tengah merindukannya tiap malam.

Akal sehat Qais sudah tidak berfungsi sebagaimana manusia semestinya, karena ia telah meluhurkan kekasihnya dan tak peduli akan rupa-penampilannya seperti apa dan harus bagaimana. Hanya ada cinta, cinta, cinta kepada Layla.

Sehingga orang-orang yang memperhatikannya memberikan julukan baru untuknya, yaitu Majnun. Arti dari Majnun adalah orang yang gila, karena cinta Qais sudah terlalu parah untuk Layla sehingga Ia diberi julukan Majnun.

Seiring berjalannya waktu, kesehatan Layla turun drastis karena ia sudah habis-habisan memendam rindu. Layla kemudian sakit-sakitan, dan Layla meninggal dunia. Bisa dibayangkan bagaimana kondisinya Qais, mendengar berita meninggalnya Layla.

Setelah itu, ia lari ke makamnya Layla dan tidak kemana-mana lagi. Hanya ada di makamnya Layla. Pekerjaannya tiap hari memeluk nisan dan makamnya Layla.

Qais mengatakan “Engkau telah keluar dari kehidupan yang membingungkan ini, dunia adalah rangkaian pengkhianatan dan perselisihan yang tidak pernah berakhir, dan aku berharap engkau dapat segera melepaskan belenggu di kakiku, dan memuaskan dahagaku dengan minuman cinta yang memabukkan, di sana kita akan segera bertemu dalam kebahagiaan abadi, lilin yang menyinari hidup kita akan semakin bersinar, dengan nyala yang lebih terang. Cinta kita akan bercampur dengan cahaya keabadian. Ya Allah dengarlah hamba-Mu dalam tatapan cinta, bebaskanlah dia dari segala penderitaan panjang selama ini, atas nama-Mu rengkuhlah dia dalam pelukan-Mu. Ya Allah, tunjukkanlah kasih sayang-Mu, tunjukkanlah kebesaran-Mu pada diriku ini, pertemukanlah segera aku padanya, tidak ada lagi yang dapat kupertahankan di dunia ini, setelah jiwaku satu-satunya engkau panggil.” Setelah itu Qais meninggal, sambil memeluk nisan kekasihnya Layla.

Hubungan Cinta Tuhan terhadap Manusia

Cinta yang dikisahkan dalam kisah Layla Majnun adalah cinta yang mampu menjaga dan mampu bertahan dari kedekatan yang dapat menjerumuskan ke dalam jurang yang mengerikan. Kedekatan yang terlalu dekat sangatlah berbahaya bagi sepasang kekasih.

Inilah yang coba digambarkan oleh Nizami Ganjavi, bahwasanya Tuhan menjauhkan mereka di dunia agar tidak terjerumus ke dalam penderitaan pencinta meruntas belenggu sifat kemanusiaan, memampukan mereka untuk bebas dari ‘diri’ yang terikat dengan dunia fana. Kematian adalah pintu gerbang menuju dunia ‘sejati’, ke rumah yang diinginkan oleh jiwa para pencari, dan Nizami mengungkapkannya dalam metafora-metafora yang brilian dan dinamis.

Pada akhirnya, Layla dan Majnun adalah pasangan pilihan yang dipersatukan di surga. Ketika mereka lahir ke dunia, mereka saling mencintai dan setia meskipun mereka terpisah. Hingga akhirnya, Tuhan mempertemukan mereka kembali dalam dekapan maut. Dan Nizami Ganjavi mengabadikan cintanya dalam kisah paling mempesona yang pernah ada di dunia. Cinta adalah keajaiban bagi siapa saja yang merasakannya, tidak peduli bagaimanapun menyikapinya.

Hikmah berdasarkan kisah Layla Majnun adalah jika kita sedang mengalami kesusahan, banyak masalah, kesulitan yang tidak berhenti-henti, semua itu mungkin karena Allah sangat menyayangi kita, mungkin Allah mengirimkan berbagai macam cobaan hidup agar kita selalu dekat denganNya dengan cara berdoa dan memohon padaNya.

Untuk itu, maka cintailah Allah, dekatilah Allah dengan rasa cinta, maka kita tidak akan kecewa, rencana Allah jauh lebih indah dari yang kita bayangkan.

Itulah Kisah Layla Majnun, ada banyak pelajaran cinta yang di berikan oleh Nizami lewat romannya ini.

Kisah Layla Majnun banyak di adaptasi, dengan berbagai macam versi. Ada beberapa kisah lain yang tidak ada dalam Nizami.

Sumber : Qureta.com

Translate »