Ketua Pengarah Pertubuhan Kesihatan Dunia  (WHO) meminta pemerintah di seluruh dunia menunda pemberian vaksin dos  ketiga COVID-19 atau vaksin booster. Penundaan setidak-tidaknya dilakukan sehingga September untuk memastikan ketersediaan vaksin bagi negara yang jumlah penerima vaksinnya masih sedikit.

Kenyataan yang disampaikan Setiasusaha Agung WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (4/8) itu ditujukan kepada negara-negara kaya. Alasannya, tahap vaksinasi mereka jauh meninggalkan negara miskin dan sedang membangun.

“Kita perlu segera memutar balik tujuan yang selama ini sebahagian besar vaksin adalah untuk negara berpendapatan tinggi, menjadi diarahkan untuk negara berpendapatan rendah,” kata Tedros.

Seruan moratorium atau penghentian sementara ini adalah pernyataan paling tegas yang disampaikan Tedros. Ia mengatakan, belum terbukti secara ilmiah apakah memberikan vaksin booster pada orang yang sudah menerima dua dos vaksin berkesan untuk mencegah penyebaran virus corona.

WHO berulang kali meminta negara kaya untuk membantu negara miskin mendapatkan vaksin. Israel, Perancis, Jerman dan banyak negara Timur Tengah yang kaya sudah memberikan vaksin booster.

Bulan lalu, misalnya, Presiden Israel, Isaac Herzog menerima suntikan vaksin untuk ketiga kalinya. Ini menandai awal kempen vaksin booster untuk warga Israel berusia di atas 60 tahun.

Sedangkan, Jerman dan Perancis akan tetap memberikan vaksin ketiga untuk warganya tanpa mengendahkan seruan moratorium dari WHO. Keputusan ini menandakan tentangan berat untuk menangani pandemik global, sementara masing-masing negara fokus mencuba melindungi warga mereka.

Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, Perancis akan membidik vaksin ketiga untuk warga berusia lanjut dan rentan penyakit mulai September. “Dos  ketiga tampaknya diperlukan, memang bukan untuk setiap orang, namun untuk orang yang rentan dan berusia lanjut,” katanya di Instagram.

Sedangkan, Jerman akan membidik vaksin ketiga untuk pasien immunocompromised atau yang terganggu kekebalan tubuhnya. Sasaran lainnya adalah warga berusia lanjut, penghuni panti wreda (pusat jagaan orang tua). Semua dilakukan mulai September.

Negara-negara lain, seperti Amerika Syarikat dan Inggeris mempertimbangkan untuk melakukan vaksin booster di tengah peningkatan risiko penyebaran virus varian Delta. Pada Julai, AS menandatangani perjanjian dengan Pfizer dan BioNTech untuk membeli tambahan 200 juta dos tambahan. Vaksin ini akan digunakan untuk vaksinasi kanak-kanak (remaja)  dan kemungkinan untuk vaksin booster.

“Kenyataan bahawa kita memvaksinasi orang dewasa yang sehat dengan vaksin booster Covid-19 adalah cara berfikir dangkal,” ujar Elin Hoffmann Dahl, penasihat penyakit berjangkit di Medecins Sans Frontieres.

“Dengan munculnya varian-varian baru, jika kita terus membiarkan majoriti bahagian dunia tanpa vaksinasi, maka besar kemungkinan kita akan memerlukan vaksin baru lagi di masa depan,” kata Dahl kepada Reuters.

Adapun Pemerintah Indonesia menegaskan, vaksin booster hanya untuk tenaga kerja kesihatan. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesihatan sekaligus Pengarah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Dr Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, vaksinasi booster hanya diberikan kepada tenaga kerja kesihatan dan tenaga pendukungnya,

Diperkirakan jumlah petugas kesihatan dan pendukungnya ada sekitar 1,5 juta orang, yang tersebar di seluruh Indonesia. “Suntikan ketiga atau booster hanya diperuntukan bagi tenaga kesihatan, termasuk tenaga pendukung kesihatan,” kata Nadia.

Kementerian Kesehatan menegaskan, vaksin booster tidak untuk khalayak umum. Sebab, pasukan vaksin terbatas dan masih ada lebih dari 160 juta penduduk sasaran vaksinasi yang belum mendapatkan suntikan.

Sumber : Reuters, dipetik dari https://republika.co.id/

Translate »