Pandemik COVID-19 yang melanda sejak awal tahun 2020 diaggap belum bisa tertangani dengan baik oleh pemerintah.

Bagi ekonom Rizal Ramli, ada empat momentum yang bisa dicermati dalam kegagalan pemerintah mengatasi pandemik selama satu setengah tahun belakangan.

Pertama, sejak awal pandemik, virus corona tak pernah dianggap serius oleh pemerintah. Bahkan pada tiga bulan pertama, pemerintah lebih sibuk melakukan bantahan soal adanya COVID-19 di Indonesia.

Alih-alih mengambil kebijakan untuk mengatasi kedatangan COVID-19, pemerintah justeru menghabiskan puluhan miliar untuk memberi insentif kepada pendengung atau buzzer untuk mendatangkan turis asing.

Hal ini berbeza dengan kebijakan yang diambil negara lain di awal pandemik. Rizal Ramli lantas mencontohkan langkah yang diambil Vietnam yang langsung menutup akses perbatasan sehingga dampak COVID-19 relatif kecil.

“Demikian juga Taiwan, presidennya perempuan, teman saya, dia tutup langsung. Enggak ada turis asing masuk, sehingga di ronde pertama tidak kena COVID-19,” jelas Rizal Ramli dalam diskusi daring Secangkir Kopi bertema ‘Rakyat Merintih, Pemerintah Kibarkan Bendera Putih’, Selasa malam (13/7).

Kemudian pada momentum kedua, iaitu pada tiga bulan selanjutnya, pemerintah Indonesia mulai panik dengan menyusun anggaran yang diperbesar. Menurut KPK, kata RR, pemerintah sudah habiskan sekitar Rp 1.035 trilion untuk menyelamatkan ekonomi nasional dari COVID-19. Namun wang tersebut tidak berdampak signifikan.

“Saya enggak jelas ke mana itu wang, itu banyak loh wangnya. Tapi kok enggak ada tanda-tanda dampaknya, baik terhadap pengurangan kasus COVID-19 maupun ekonomi. Enggak ada,” tegasnya.

Pada momentum ketiga, pemerintah pusat enggan mendengar masukan pemerintah daerah dalam upaya menanggulangi COVID-19. Salah satunya menolak usulan kuarantin wilayah atau lockdown yang disuarakan beberapa kepala daerah.

“Anies Baswedan (Gubernur DKI) ingin lockdown, Bupati Pati juga sama. Tapi pemerintah ngiri, ingin ambil alih kebijakan, kerana takut gubernurnya lebih populer. Kita kehilangan kesempatan melakukan lockdown sehingga penyebaran COVID-19 tak terkendali,” tegasnya.

Momentum kempat yang membuat COVID-19 gagal diatasi yakni sikap pemerintah yang enggan mengakui ketidakmampuan mengatasi pandemik. Pemerintah mengklaim pandemik tertangani dengan baik, padahal tak sesuai dengan fakta di lapangan.

“Ada pejabat yang sebegitu dungunya bahawa COVID-19 terkendali, faktanya dikibulin (tertipu/bohong) , datanya bohong lagi. Yang jelas dong, apa masalahnya, apa solusinya, tapi malah kelihatan panik,” tandasnya (RMOL)

Sumber: https://www.eramuslim.com/

Translate »