JANGAN sampai segala usahamu tidak bermakna apa-apa atau bahkan menjalani hidup tanpa keberkatan. Engkau berjuang untuk kebahagiaan hidupmu, tetapi yang kau jumpai hanya keletihan. Ada orang yang bekerja tak kenal waktu untuk mengejar material yang banyak, dia mengira kebahagiaan diukur oleh kuantiti sesuatu yang ia kejar. Tetapi seiring perjalanan waktu dia menyedari bahawa apa yang menjadi pandangannya itu keliru. Nyatanya kebahagiaan tidak berhubung-kait dengan sebanyak apa dia memperoleh sesuatu.
Kebahagiaan adalah masalah nilai, iaitu bagaimana seseorang menikmati apa yang telah ia peroleh dan bagaimana ia menguruskannya. Dengan bahasa yang sederhana, sesungguhnya kualitilah yang menentukan kebahagiaan, bukan kuantiti. Inilah rahsianya kita boleh menjumpai seseorang yang selalu berbahagia dengan kehidupannya. Tak peduli ketika ia disapa hari-hari yang sulit, atau bahkan kegagalan.
Kebahagiaan seperti ini adalah keberkatan. Bukan cuma saya yang mengatakan demikian. Ternyata Al-Farra dan Abu Mansur juga mengatakannya. Menurut keduanya, yang dimaksud dengan keberkatan dalam kalimat tasyahud yang berbunyi, “Assalamu’alaika ayyuha nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh”, adalah kebahagiaan.
Ini luar biasa, sebab kita jadi sedar bahawa semua doa yang berisikan keberkatan adalah doa untuk kebahagiaan. Dan betapa banyaknya doa yang kita panjatkan untuk mendapatkan keberkatan dalam hidup. Ketika seorang dianugerahkan seorang anak, mendapatkan keuntungan material, menempati rumah baru, atau menikah, doa yang kita lantunkan adalah agar orang itu memperoleh keberkatan.
Hal terpenting dari semua hal di atas adalah keberkatan, iaitu nilai atau kualiti dalam mendayagunakan kenikmatan tersebut. Anak yang membawa keberkatan bagi orang tuanya adalah anak yang sholeh, dia membesar di dalam keluarga yang beragama, taat kepada Allah, dan berbakti kepada orang tua. Begitu pula harta yang berkat, iaitu harta yang digunakan untuk kebaikan dan menolong orang lain.
Rumah yang dipenuhi keberkatan adalah yang berisi kedamaian, ketenangan, dan hubungan antara penghuni rumah yang harmonis. Pernikahan yang diberkati adalah pernikahan yang bertolak dari keinginan untuk menyempurnakan agama, saling membantu ketaatan, dan membentuk keluarga yang sakinah.
Doa yang dianjurkan untuk diucapkan buat pengantin baru adalah “Barakallahu laka Baraka ‘alaika…”. Sepenggal doa yang pendek namun sangat padat makna. Barakallahu laka adalah doa agar Allah SWT selalu memberi berkat-Nya pada saat keluarga dalam keadaan baik dan penuh kemudahan. Adapun barakallahu ‘alaika bererti keberkatan-Nya juga akan diperoleh pada saat keluarga ditimpa ujian, sedang dalam kesulitan dan konflik, dan sebagainya.
Di dalam kehidupan, secara manusiawi seseorang berambisi (menginginkan) untuk memperoleh hasil yang terbaik dan menorehkan prestasi demi prestasi. Tidak ada yang salah dari hal itu, namun belum cukup. Sebab hal yang lebih penting untuk dimiliki adalah bagaimana prestasi itu menjadi berkat bagi pemiliknya. Tidak semua prestasi dapat menjelma menjadi keberkatan. Banyak nikmat dan anugerah dari Allah SWT yang alih-alih membawa keberkatan, malah menjadi fitnah dan musibah bagi seseorang.
Misalnya seorang mahasiswa menorehkan prestasi akademik yang gemilang, tetapi prestasinya justeru membuatnya sombong dan meremehkan teman-teman yang lain, tentu saja keberkatan ilmu yang ia dapatkan akan menguap begitu saja, atau bahkan menjadi bencana dan mencelakakan dirinya.
Atau seorang karyawan (pekerja) sebuah perusahaan yang baru dipromosikan jabatan yang lebih tinggi dan gajinya pun naik, ketika sampai di rumah dan ia bercerita keada isterinya, langsung saja isterinya membuat daftar belanja baru yang lebih besar. Alih-alih kenaikan gajinya menjadi berkat, justeru membuat keluarganya semakin konsumtif (banyak mengguna atau berbelanja) dan bergaya hidup hedonis. Kalau seperti ini, di mana keberkatan dari prestasi yang telah diraih?
Hidup yang tidak berkat membuat apa yang telah susah payah diraih menjadi sia-sia, dan itu adalah musibah yang besar. Celakanya kita tidak cepat menyedari, bahkan sampai persoalan-persoalan besar mengepung di mana-mana. Sementara kita tidak mengetahui bahawa muara semua problematika (masalah) hidup kita hanya satu; hilangnya keberkatan. Inilah mengapa kita penting berbicara (bercakap) tentang keberkatan hidup.
Ada orang yang berbangga dengan hartanya yang melimpah, kekuasaan, dan penghormatan manusia kepadanya, berbangga dengan kepintaran dan sekolah yang tinggi, atau anak-anak yang lucu dan pintar.
Benar, bahawa itu semua adalah kenikmatan dari Allah SWT yang Mahabaik. Akan tetapi apakah semua itu telah membawa keberkatan bagi hidupnya? Mari sama-sama kita renungi perkara-perkara yang biasanya menjadi ukuran kesuksesan manusia itu, apakah ia membawa keberkatan atau di sebaliknya?
Maka orientasi kita bukan lagi prestasi yang diukur oleh faktor-faktor kebendaan semata-mata. Lebih dari itu, hidup adalah perjuangan akan sebuah nilai keimanan serta menjaga konsistensinya (kelangsungannya) dengan ketakwaan.
Bagi saya, beginilah memahami keberkatan dengan sederhana, begini pula memahami firman-Nya:
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-Araf: 96).
Semoga diberkatilah kehidupanmu, sahabat. Barakallahu fiikum.*
Sumber: Faris BQ, lc, MA, https://www.hidayatullah.com/
Recent Comments