Dalam kehidupan sehari-hari pastinya kita secara tidak langsung pernah melihat perempuan yang bersikap merendahkan ataupun menjatuhkan perempuan lainnya dengan pelbagai alasan, baik melalui media sosial ataupun secara langsung.

Saat ini, secara tidak sadar kita sudah membentuk sebuah “kebiasaan” untuk saling menjatuhkan sesama perempuan. Mulai dari mengomentari atau membicarakan dari belakang bagaimana cara berpakaian, bagaimana cara berdandan teman, kerabat atau bahkan orang yang tidak mereka kenal.

Meskipun dikemas dalam konteks “candaan” tetapi tetap saja itu perbuatan yang buruk karena terlihat tidak dapat menghargai orang lain. Perempuan selalu menginginkan kesetaraan dan perlakuan yang sama atau lebih baik dari semua orang terutama dari lawan jenis, iaitu laki-laki.

Jika ada hal yang membuat perempuan merasa tidak diperlakukan dengan adil, maka akan membuat mereka merasa disaingi sehingga dapat menimbulkan rasa benci atau bahkan rasa ingin menjatuhkan wanita lainnya, hanya demi terlihat lebih baik atau lebih menarik di mata orang.

Terkadang tanpa sedar atau bahkan secara sedar dilakukan, justeru malah perempuan yang lebih sering menjatuhkan sesama perempuan lain” Kalimat yang diucapkan oleh Najwa Shihab yang biasa dikenal dengan sebutan Mbak Nana.

Namun, memang ada benarnya, kerana tidak jarang kita sebagai perempuan justeru merasa menjadi musuh terbesar untuk perempuan lainnya. Banyak dari perempuan yang menganggap terlihat lebih hebat dari perempuan lain adalah sebuah persaingan yang sangat mencabar (competition).

Kecenderungan persaingan antara perempuan memang banyak menyebabkan dampak negatif, dan sulit untuk mengubah kebiasaan “persaingan” ini.

Bahkan tidak jarang pula kita melihat atau mendengar perempuan saling menyalahkan, saling menjelekkan, saling menyerang, dan saling bersaing untuk menjadi yang lebih baik, lebih cantik, dan lebih hebat.

Perempuan selalu dituntut untuk memiliki standard (piawaian) kecantikan bahawa perempuan itu harus cantik, pintar, elegan, dan lebih hebat dari perempuan lainnya.

Selain itu, kita pun sering dibanding-bandingkan oleh perempuan lain sejak kecil, sehingga secara tidak sedar hal tersebut telah menumbuhkan rasa insecure dan menumbuhkan persaingan antara perempuan.

Sebelum kita membahas lebih lanjut mari kita bahas apa itu insecure terlebih dahulu. Apa dari kalian ada yang tahu apa itu perasaan insecure? Kata ini tentunya sudah tidak asing lagi ya? Kerana pastinya banyak dari kalian juga yang sudah atau mungkin selalu merasakannya.

Insecure adalah perasaan tidak mampu, tidak cukup baik dan kecemasan yang berlebihan membuat seseorang merasa tidak aman (tenang). Sebenarnya, perasaan tidak aman atau insecure itu normal terjadi dan boleh dialami oleh setiap orang.

Untuk sebahagian orang lain, insecure boleh terjadi terus-menerus dan bertahan lama. Ditambah, saat ini sudah banyak media sosial, salah satunya adalah Instagram menunjukkan kelebihan orang lain membuat banyak orang khususnya perempuan menjadi merasa semakin tertekan untuk mencapai kesempurnaan.

Dengan Instagram seseorang dapat mengabadikan setiap momen (detik atau masa) bahagia dan dengan Instagram pula setiap orang dapat menunjukkan potensi dalam dirinya, seperti kecantikan dan kesuksesan (kejayaan).

Sehingga, hal ini mengakibatkan perempuan memiliki rasa insecure atau rasa percaya diri yang rendah. Insecure tidak dapat dihilangkan, jika tidak ada keinginan dari dalam diri kita sendiri.

Selain itu, seperti di media sosial Tik Tok, Instagram, dan media sosial lainnya banyak sekali kita jumpai komentar yang kurang mengenakan untuk sesama perempuan.

Seperti contoh, jika ada perempuan cantik yang muncul di fyp, saya sering kali menemukan komentar seperti “ah sok di imut-imutin”(ah! itu tempelan), “apa sih iya deh yang paling cantik” (apakah saya yang paling cantik), “ohh ini yang dijadiin snap wa cowok gue, biasa aja ternyata aslinya” (Ohh ini jadinya wajah kekasih saya, cantiknya cukup asli),   dan masih banyak lagi.

Yang menurut saya kurang etis (beretika atau sopan) (be)gitu (se)seorang perempuan menjatuhkan perempuan lainnya di depan umum seperti itu. Dan sebenarnya sah saja kalau dia ingin kirim video atau foto di akaun peribadi miliknya. Justeru, menurut saya selama ini perempuanlah yang menjadi tokoh utama dalam pembulian.

Dalam hal ini pun Najwa Shihab atau yang biasa orang kenal dengan sebutan Mbak Nana ikut mengeluarkan opininya (pendapatnya) , “Karena kita sesama perempuan harus saling menguatkan bukan malah menjatuhkan.Tweet Mbak Nana dilanjut dengan ucapan Selamat Hari Perempuan Internasional di akaun Twitter peribadinya.

Dalam opini (pendapat) Mbak Nana, cukup untuk menyedarkan perempuan bahawa memang kita sesama perempuan seharusnya bersatu dan saling menguatkan. Beliau pun sangat menyayangkan kebiasaan perempuan yang secara tidak sedar menjadi sosok queen bee syndrome (sindrom ratu lebah).

Iaitu situasi dimana perempuan berpangkat tinggi dalam posisi otoritas (ketua pejabat) memperlakukan perempuan yang bekerja di bawah mereka lebih kritis daripada rakan laki-laki mereka. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab Ratu Lebah.

Mengapa kita sesama perempuan harus saling sikut (menyiku atau bertelagah)? Mengapa tidak saling menyemangati untuk menuju puncak bersama-sama? Tanpa menjatuhkan pihak yang lainnya.

Surat terbuka untuk para perempuan di luar sana. Kalian luar biasa, kalian hebat, kalian berharga. Mari bergandengan (berpegangan) tangan dan bersama-sama membuktikan pada dunia bahawa perempuan pun juga boleh.

Banyak hal yang dapat membuat kita terlihat lebih hebat daripada menjatuhkan sesama perempuan. Jangan pernah lelah menjadi perempuan hebat, jangan pernah berhenti memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, okee?!

“Jangan biarkan rasa takut atau rasa insecure menghentikan Anda dari mencoba hal-hal baru, percaya kepada dirimu sendiri. Lakukan apa yang kamu sukai. Dan yang paling penting, bersikap baik kepada orang lain, bahkan jika Anda tidak menyukainya.” – Stacy London

Sumber: Febiana Wirda Safira, https://www.qureta.com/

Translate »