Jika kita benar-benar ingin kebaikan bagi orang lain, tidak ada alasan kuat untuk menghujatnya di depan umum, kita semua pasti pernah bersalah, Oleh Karena Itu: jika kita ingin Allah mengingatkan kesalahan kita dengan lembut, maka mari berlemah lembut dalam mengingatkan kesalahan orang lain.

Allah berfirman:

فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Toha: 44)

Dhomir “hu” untuk pengganti orang tunggal/sendirian.

Ibnu Asyur berkata: Tujuan dari dakwah para Rasul adalah tercapainya petunjuk, bukan menunjukkan kebesaran dan kekasaran ucapan tanpa faedah.

Imam Yahya bin Ma’in berkata:

” ما رأيتُ على رجلٍ خطأً إلا سترته ، وأحببتُ أن أزين أمره ، وما استقبلتُ رجلاً في وجهه بأمر يكرهه ، ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه ، فإن قبل ذلك وإلاَّ تركته “.

“Setiap aku melihat kesalahan saudaraku, aku pasti menutupinya, aku senang untuk memperindah urusan dirinya. Tidaklah aku menjumpai seseorang dengan hal yang dia benci di hadapannya, kecuali aku jelaskan kesalahannya (secara sembunyi-sembunyi), hanya antara aku dan dia. Jika dia menerima penjelasanku (maka itu lebih baik), dan jika dia tidak menerima ucapanku, maka aku membiarkannya” (Siyar A’lam an Nubala’)

Sumber : http://www.muslimedianews.com

Translate »