Pandemik Covid-19 membuat 200 lebih negara di dunia terpapar oleh wabah mematikan itu. Tak hanya berefek pada krisis kesehatan, Corona juga membuat perekonomian dunia tidak stabil.

Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya mengonfirmasi bahwa kemunculan Corona lebih berdampak pada perekonomian dunia, ketimbang epidemi virus SARS di periode 2002-2003. “Dampak ekonomi dari virus korona akan sangat diperhatikan pelaku pasar dan menjadi tekanan bagi pasar keuangan dunia bila wabah korona belum dapat ditanggulangi.”

Tak peduli negara kaya seperti Amerika Serikat, atau negara baru kaya seperti RRC, negara berkembang menuju maju seperti Indonesia, dan negara nyaris di ambang kebangkrutan seperti Venezuela, karena hiperinflasi, jebloknya harga minyak dunia, dan mismanajemen politik dan ekonomi. Mereka semua terserang wabah virus yang sama: Corona.

Ke depan, bakal tercatat dalam sejarah peradaban dunia bahwa virus corona telah mengiringi globalisasi era masyarakat industri 4.0.

Hanya Benua Antartika yang belum terjamah virus corona. Benua Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia disapa corona. Manajemen politik pemerintahan masing-masing negara yang terpapar corona pusing tujuh keliling dan berpikir keras membentengi rakyatnya agar hidupnya tak berakhir karena corona.

Virus corona yang terus mewabah di seluruh dunia telah menebar ketakutan bagi investor. Ada ancaman krisis global yang dibayangkan oleh para pemilik modal dampak dari kebijakan isolasi yang memutus mata rantai ekonomi dunia.

Wabah Covid ini menjadi petaka disejumlah deretan orang-orang terkaya di dunia. Khususnya para investor kelas kakap yg begerak disektor pasar modal yang banyak kehilangan harta.

Mengutip data Bloomberg Billionaires Index. Akibat Covid, harta kekayaan para miliarder dunia morosot hingga 30%.

Tidak hanya miliarder dunia. Nasib apes yg sama juga dirasakan oleh para Taipan Indonesia. Sebut saja Budi Hartono pemilik Djarum Grup yg juga harus menelan pil pahit gegara Virus Corona.

Dari data Bloomberg per Selasa (17/3), kekayaan Budi Hartono Pemilik Grup Djarum lenyap hingga 4,7 miliar dolar AS atau setara Rp 71,3 triliun (kurs Rp 15.174 per dolar AS).

Begitu juga nasib Prajogo Pangestu, Michael Hartono, Tan Siok Tjien Pendiri Gudang Garam, dan Prakash Lohia. Kekayaan mereka sempat tertera dalam daftar konglomerat di dunia menurut versi Bloomberg kini sudah tidak ada lagi dalam daftar.

Walau Covid-19 menjadi mimpi buruk para taipan-taipan dunia. Tetapi tidak bagi dua miliarder ini. Bagai mereka, Covid-19 adalah Berkah dari langit. Hanya dalam sekejap mereka bergemilang harta sebanyak dua kali lipat.

Siapakah mereka..?

Jeff Bezos adalah satu-satunya org paling beruntung di lima besar di Bloomberg Billionaires Index yg tidak kehilangan uang pada pandemik Covid 19.

Pendapatan Jef Bazos bersumber dari sebuah perusahaan yg didirikannya sejak tahun 1994. Sebuah perusahaan teknologi multinasional Amerika yang berbasis di Seattle, Washington, yang berfokus pada e-commerce, komputasi awan, streaming digital, dan kecerdasan buatan. Ini dianggap sebagai salah satu perusahaan teknologi Big Four bersama dengan Google, Apple, dan Facebook.

Sehingga berkah berupa rezeki kekayaan atas usaha Jeff Bazos sebagai pemilik 57.5 saham Amazon meraup keuntungan bersih USD 8 Miliar atau Rp. 112 Triliun.

Mengutip data Bloomberg, hanya dalam bulan maret, total kekayaan bersih Bezos saat ini sebesar 124 miliar dollar AS (Silahkan anda konversi ke Rupiah).

Eric Yuan juga merupakan manusia yg mendapat takdir yg sama seperti Jeff Bazos.

Kekayaan Yuan pun bertambah karena banyaknya orang yg melakukan aktifitas konfrensi video untuk berkerja dan bersosialisasi. Hal itu disebabkan karena kebijakan sosial distancing sebagai strategi dalam menekan pandemik Covid.

Rezki pun Eric Yuan mengalir sebagai pendiri dan CEO startup Zoom Technologies, Inc. Setelah layanan Zoom naik daun ketika dunia menghadapi pandemi COVID-19.

Kekayaan miliarder berusia 49 tahun itu melonjak 112% dalam tiga bulan terakhir. Total kekayaan Yuan sebanyak USD 7,57 atau setara Rp 121,12 triliun (asumsi kurs Rp 16.000 per dolar) didapat dari 19 persen sahamnya di Zoom..

Sebagai penutup. Belajar dari fenomena Pandemik Covid-19. Bahwa secara matematik, ekonomi sangat dipengaruhi oleh gejolak alam dan dinamika kehidupan masyarakat.

Bahwa setiap perubahan dinamika Sosial-Ekonomi, maka akan menciptakan sistem kepemilikan modal baru yang sentralistik.

Memetik pelajaran pada Bazos dan Yuan bahwa terdapat siklus moderenitas ekonomi yang baru. Bukti bahwa Wabah Virus Corona bukanlah bagian akhir dari cerita yg akan menyudahi kehidupan manusia di planet bumi ini. Karena masih terdapat media baru bagi manusia untuk mempertahankan suprateritorial ekonominya.

Dalam prespektif teologis, mungkin beginilah Sang Pemilik Bumi mengajarkan kita tentang kehidupan, bahwa setiap musibah pasti ada keberkahan yg hadir. Tentang siapa yg mendapatkannyan.

Sumber : qureta.com

Translate »