Jakarta, CNBC Indonesia – Penyelidikan keuangan Hamas yang dilakukan Israel menyebut sumbangan kepada badan-badan amal yang terkait dengan kelompok asal Palestina itu telah mengalami peningkatan signifikan selama serangan sejak 7 Oktober.
“Kami melihat peningkatan sebesar 70% dalam dana yang diberikan kepada badan amal yang terkait dengan Hamas,” kata Uzi Shaya, mantan perwira tinggi di Mossad, badan intelijen Israel, seperti dikutip CNBC International.
Sementara itu, menurut pejabat Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Israel yang tidak ingin disebutkan namanya dengan alasan sensitivitas, jumlah ini setara dengan peningkatan sekitar US$100 juta (Rp1,5 triliun) dalam tujuh minggu terakhir jika dihitung dalam jumlah dolar murni.
Klaim jumlah uang yang mengalir ke badan amal yang terkait dengan Hamas tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Namun, para pejabat dan mantan pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan Israel mampu melacak data ini.
Sejak serangan 7 Oktober, kampanye pembalasan Israel telah menghentikan perdagangan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, sehingga bantuan internasional, yang baru saja mulai mengalir, menjadi satu-satunya bantuan yang bisa menyelamatkan mereka.
Selain melancarkan perang di darat, laut, dan udara, Israel juga berperang di bidang keempat: sistem keuangan internasional.
Meski begitu, menghentikan aliran masuk uang ke Hamas sulit dilakukan Israel, sebab kelompok amal yang mengumpulkan dana tersebut tersebar di seluruh dunia dan strukturnya dikatakan dapat berubah-ubah.
Menurut Israel, badan-badan amal yang dicurigai menyalurkan uang ke Hamas juga sering mengubah nama mereka, sehingga membuat mereka semakin sulit untuk dipantau.
Secara tradisional, Israel menyebut uang asing mengalir ke rekening Hamas dari salah satu dari tiga sumber utama, yakni Iran, sistem perbankan Islam yang dikenal sebagai Hawala, dan mata uang kripto.
Uang dari Iran
Meskipun Iran terkadang secara langsung memasok senjata kepada sekutunya, selama empat tahun terakhir, Iran telah memberi Hamas antara US$70 juta hingga US$100 juta (Rp1-1,5 triliun) per tahun dalam bentuk tunai untuk senjata, rudal, sistem komunikasi, dan keperluan militer lainnya.
Menurut para pejabat Israel, uang ini diyakini digunakan untuk membayar sebagian besar rudal dan senjata ringan yang digunakan dalam serangan 7 Oktober.
Hamas juga telah menyedot bantuan asing dari negara-negara lain yang diperuntukkan bagi warga Gaza dan menggunakan uang tersebut untuk membangun jaringan terowongan serta bunker bawah tanah yang besar yang telah menghalangi tentara Israel. Banyak dari sandera yang disandera pada 7 Oktober diyakini disekap di dalam terowongan tersebut.
Hawala
Sumber pendanaan penting lainnya berasal dari sistem transfer uang Islam kuno yang disebut Hawala, yang didasarkan pada kepercayaan dan bukan aset tetap. Mirip dengan jaringan IOU, Hawala membantu perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lain, melewati bank-bank gaya Barat.
Uang amal yang disalurkan ke Hamas melalui Hawala terkadang dimaksudkan untuk kebutuhan kemanusiaan yang sah di Gaza seperti perawatan medis, makanan, dan pendidikan. Namun Israel mengatakan sebagian besar dana tersebut akhirnya digunakan oleh Hamas untuk tujuan militer.
Pergerakan uang di jaringan kepulauan Gaza sangat cair dan tidak jelas, menjadikan tugas pelacak keuangan Israel jauh lebih menantang.
“Kami menyadari bahwa masyarakat di Gaza putus asa, dan terdapat tekanan dan kesulitan yang parah,” kata seorang pejabat Israel. “Komplikasinya adalah memastikan amal disalurkan ke tempat yang tepat, karena di masa lalu hal ini tidak pernah terjadi.”
Mata uang kripto
Selain uang dari Iran dan via Hawala, Israel juga mengatakan sumber pendanaan utama ketiga untuk Hamas berasal dari amal dan kontribusi langsung melalui cryptocurrency atau mata uang kripto.
Shaya mengatakan para pejabat di AS dan Israel belum sepenuhnya mengetahui sejauh mana transfer tersebut karena Hamas dan donornya tidak menggunakan mata uang kripto yang biasanya dipantau oleh pejabat Barat, seperti bitcoin dan ethereum. Sebaliknya, jaringan donor Hamas menggunakan mata uang kripto yang lebih kecil.
Shaya secara khusus mengutip perusahaan Crypto Tron, yang dia tuduh menghindari permintaan dari Israel untuk memotong akun. Menurut laporan Reuters, Tron baru-baru ini muncul sebagai operator kripto besar di Iran.
Sumber: cnbcindonesia.com
Recent Comments