Denpasar -Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Arti kata maulid atau milad dalam bahasa Arab mempunyai arti hari lahir.

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang terus berkembang di masyarakat Islam. Adanya peringatan Maulid Nabi ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW saat lahir ke dunia.

 

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW diyakini telah dikenal sejak tahun kedua hijriah. Namun, ada juga yang meyakininya telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Mengutip dari laman baznas.go.id, Ahmad Tsauri dalam buku ‘Sejarah Maulid Nabi’ menurutnya perayaan maulid Nabi SAW sudah dilakukan masyarakat muslim sejak tahun kedua Hijriah. Catatan tersebut juga merujuk pada kitab “Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa” karangan Nuruddin.

Seorang Jenderal dan pejuang muslim asal Kurdi bernama Salahuddin Ayyubi ingin merayakan maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat islam di seluruh dunia. Namun, gagasan Salahuddin ditentang oleh banyak ulama, Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid Nabi hanyalah kegiatan menyemarakkan syiar agama.

Maka pada bulan Dzulhijjah yang bertepatan dengan bulan ibadah haji, Salahuddin yang pada saat itu sebagai penguasa Haramain mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji agar segera mensosialisasikan kepada masyarakat islam yang berada di kampung halamannya untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Akhirnya pada tahun 580 Hijriah atau 1184 Masehi bertepatan tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakannya Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Pada saat itu Salahuddin mengadakan sayembara penulisan sejarah Nabi dan dimenangkan oleh Syeikh Al-Barzanji. Sejak saat itu maulid nabi dirayakan di seluruh dunia.

 

Tujuan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW layak diperingati oleh seluruh umat Islam baik sebagai bentuk cinta rasul atau sebagai rasa syukur kepada Allah. Umat Islam merayakan peringatan maulid Nabi dengan rasa gembira dan penuh sukacita dikarenakan telah dilahirkannya seorang pemimpin yang rahmatan lil alamin.

Banyak kegiatan yang yang dapat dilaksanakan untuk memperingati Maulid Nabi SAW seperti ibadah, zikir, shalawat, sedekah makanan, baca Al-Quran dan biasanya ceramah agama. Semasa hidupnya, Nabi Muhammad sendiri juga memperingati kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin.

 

Dalil Memperingati Maulid Nabi SAW

Peringatan maulid Nabi adalah sebuah ungkapan cinta dan gembira kepada Nabi Muhammad SAW. Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi kecintaan pada diri sendiri. Berikut dalil yang menunjukkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW :
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين

Artinya: “Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori Muslim).

Merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan perkara besar dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam yang merayakan dan memperingatinya akan diberikan kejayaan dunia dan akhirat. Firman Allah Taala:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.** Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang beruntung.” (Q.S. al-A’araf: 157).

Artikel ini ditulis oleh Rizky Wanda Yuliana peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Sumber: detik.com

Translate »