NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Kemunculan Yajuj dan Majuj merupakan bagian dari tanda akhir zaman.

Ketika mereka keluar, Allah menyediakan tempat yang aman bagi umat Islam untuk berlindung, hal ini telah diutarakan jauh-jauh hari oleh Nabi SAW melalui hadis yang diriwayatkan oleh An-Nawwas bin Sam’an berikut:

وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا، وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ، وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ، حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ، فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ، فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ.

“………Kemudian Allah membangkitkan Yajuj dan Majuj, di setiap tanah yang terjal dan tinggi mereka berjalan sangat cepat. Kelompok pertama mereka bergerak melalui Buhairah Thabariyyah (danau Thabariyyah), mereka minum dari tempat tersebut, kemudian kelompok selanjutnya menyusul, dan melewati tempat yang sama, sayang mereka tidak lagi menemukan air. Nabi Isa dan sahabatnya terkepung, (saking lamanya) sampai-sampai kepala sapi saat itu lebih berharga bagi tiap orang dibandingkan dengan seratus dinar. Oleh sebab itu, maka Isa dan sahabat-sahabatnya memohon kepada Allah, lalu kemudian Allah mengirimkan ulat yang biasa ada pada hidung unta dan kambing kepada Yajuj dan Majuj. Dan pada akhirnya mereka menjadi mayat, sekaligus seperti matinya jiwa yang satu…”

Secara khusus Syekh Shalih al-Munajjid memasukkan hadis di dalam karyanya, Thuba al-Syam. Hadis ini diidentifikasi oleh beliau sebagai keberkahan yang dimiliki oleh Syam. Menurutnya, Syam adalah Ma’qal al-Muslimin Min Yajuj wa Majuj (Tempat Berlindung Umat Islam dari Yajuj dan Majuj).

Riwayat di atas adalah penggalan riwayat yang sangat panjang yang ada dalam shahih Muslim, di samping itu riwayat ini juga dapat ditemukan dalam al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain karya Imam Hakim.

Secara kualitas hadis ini bisa dikatakan hadis shahih karena paling tidak ia masuk ke dalam shahih Muslim, artinya ia sesuai dengan kriteria Imam Muslim.

Dalam riwayat di atas terdapat tempat yang bernama Buhairah Thabariyyah. Merupakan sebuah danau yang terletak di antara Suriah, Lebanon, Yordania dan Palestina.

Tepatnya berada di sebelah utara Palestina Merdeka. Nama lain dari danau tersebut adalah Bahr al-Jalil, atau Buhairah al-Jalil atau Buhairah Shaghirah.

Nabi Isa sendiri dalam sebuah riwayat diutus oleh Allah untuk memimpin umat Islam dan melindungi mereka dari Yajuj dan Majuj, nabi Isa diperintahkan untuk melindungi mereka di bukit Thur atau Tursina, tepatnya di Palestina, dengan ketinggian 826 meter di atas permukaan laut.

Yajuj dan Majuj dikhabarkan merupakan anak cucu Adam, ketika satu dari mereka mati, maka akan ada 1000 lebih dari keturunan mereka yang akan menggatikannya.

Mereka sendiri terdiri dari tiga suku Tawul, Taris, dan Misk. Yajuj dan Majuj adalah sosok yang sangat berbahaya, ketika mereka dilepaskan, maka mereka akan merusak kehidupan manusia.

Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi SAW. Ciri-cirinya telah dikemukakan oleh Nabi SAW, bahwa ia memiliki wajah yang lebar, memiliki mata yang kecil, kulit rambut hitam kemerah-merahan, di setiap jalan menanjak mereka akan berjalan cepat, dan wajah mereka seperti perisai yang lebar dan bulat.

Daya jelajah Yajuj dan Majuj sendiri tidak begitu diperhitungkan. Hadis-hadis Syam, mulai dari turunnya nabi Isa, Dajjal, api yang menggiring umat Islam, dan Yajuj dan Majuj tidak memiliki latar seluruh dunia, dan hanya menyinggung tentang jazirah Arab semata.

Jika memang benar bahwa tanda-tanda akhir zaman terjadi semacam itu, maka, negara yang termasuk layak untuk dijadikan tempat berlindung akan sangat banyak. Justru Syam adalah negara paling berbahaya yang akan menjadi momok paling menakutkan pada akhir zaman.

Pertanyaan yang juga penting untuk diperhitungkan adalah bukankah banyak gunung di seluruh dunia yang dapat dijadikan tempat berlindung? Bukankah di era modern semacam ini banyak persenjataan yang sangat canggih yang mampu menghabisi jutaan umat manusia dalam sekali serang?

Apakah benar di akhir zaman nanti satu-satunya tempat berlindung paling aman adalah bukit Syam yang notaben tidak sekuat negara-negara lain secara pertahanan? Lantas bagaimana dengan negara-negara yang tidak pernah tersebut dalam jajaran malapetaka akhir zaman?

Bukankah negara-negara tersebut adalah negara yang paling pantas disebut sebagai negara yang paling layak dihuni dan dihijrahi? Pertanyaa-pertanyaan tersebut kiranya pantas untuk dijadikan pertimbangan guna menjawab segenap persoalan terkait tanda-tanda akhir zaman, terutama persoalan Yajuj dan Majuj.

Di samping bahwa Syam adalah tempat terbunuhnya Yajuj dan Majuj, Syam juga merupakan tempat terbunuhnya Dajjal, tempat terjadinya perang akhir zaman (malhamah kubra), juga tempat dikumpulkannya manusia sebelum mereka dihisab.

Bisa dikatakan bahwa bagian ini adalah bagian yang kurang tepat untuk disebut sebagai keberkahan negeri Syam, pasalnya, medan pertempuran di manapun berada di penjuru dunia adalah medan yang sangat berat bagi setiap manusia. Di sana orang akan banyak mengalami kekacauan, bencana dan malapetaka, meskipun pada akhirnya mereka dimenangkan oleh Allah SWT.

Lebih baik jika hadis-hadis predikitif semacam ini dipahami sebagai tanda-tanda akhir zaman saja dibandingkan harus dikatakan bahwa secara politis bahwa Syam adalah tempat berlindung teraman dari munculnya Yajuj dan Majuj.

Lebih baik jika dipahami bahwa hadis tersebut mengungkapkan fenomena akhir zaman, bahwa Yajuj dan Majuj akan binasa di Syam, bukan Mekah atau Madinah.

Sisi terbaik dari Syam justru terletak pada bagaimana tanah Syam adalah tanah kelahiran para nabi dan rasul, sekalipun ada nabi yang tidak dilahirkan dari tanah Syam, namun mereka pernah singgah barang sejenak di tanah tersebut.

Di samping itu, dari tanah Syam juga lahir ulama-ulama yang sangat tersohor sampai saat ini, mereka yang memegang erat ajaran agama Islam, mereka yang mendedikasikan diri mereka untuk kemajuan agama Islam.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa banyak ulama yang lahir dari Negeri Syam, sebut saja ‘Abdurrahman bin ‘Amr al-Auza’i (w. 157 H), Abu Ishaq al-Fazari (w. 186 H), Abu Zur’ah al-Dimasyqi (w. 280 H), Abu al-Qasim al-Thabrani (w. 360 H), Ibn ‘Asakir (w. 571 H), Ibn Qudamah al-Maqdisi (w. 260 H), Ibn Shalah (w. 643 H), Abu al-Hajjaj al-Mizzi (w. 742 H), al-Dzhabi (w. 748 H), dan banyak lagi yang lainnya. Setidaknya ini mengindikasikan bahwa benar, di Negeri Syam banyak sekali orang-orang yang senantiasa teguh di atas perintah Allah, teguh menjalankan syariatnya, yang berilmu dan berwawasan luas.

Itu adalah bagian terbaik dari Syam yang harus ditiru dan diakui keberkahannya. Tanah para nabi dan rasul, yang membuat banyak orang ingin menginjakkan kaki di sana.

Namun apakah menginjakkan kaki apalagi bergabung dengan tentara-tentara di sana yang tengah terlibat konflik adalah suatu hal yang baik? Sedangkan kita tidak tahu, kubu manakah yang benar dan yang salah?

Untuk itu terdapat sebuah kutipan menarik dari Abdullah bin Hubairah bahwa suatu ketika Abu Darda’ menulis surat kepada Salman. Ia mengundang Salman untuk datang ke negeri yang suci yang penuh berkah, negeri tempat berjihad di jalan Allah, negeri Syam. Saat itu Abu Darda’ adalah seorang qadhi di Syam. Kemudian Salman membalas surat tersebut, yang isinya.

وَإِنَّمَا يُقَدِّسُ الْمَرْءَ عَمَلُهُ. إِنَّ الْأَرْضَ لَا تُقَدِّسُ أَحَدًا

“Sesungguhnya bumi atau tanah, tidak akan menyucikan siapapun. Yang dapat menyucikan seseorang adalah amal perbuatannya.”  Wallahu a’lam.

Tim liputan

Sumber : rbtv.disway.id

Translate »