Al-Baqillani atau nama sebenar Muhammad bin Al Tayyib bin Muhammad bin Ja’afar bin Al-Qasim.Beliau lahir di Basrah dan tinggal di Baghdad. Ia juga merupakan seorang pemikir,ahli fiqh dalam mazhab Maliki bahkan menjadi imam mazhab ini pada masanya. Akan tetapi namanya lebih sering dihubungkan dengan Kalam Asy’ari.

Kelebihan dan keilmuan al-Baqillani menjadi rebutan para pengikut Syafi’e dan Ahmad bin Hambal. Ia pernah menjadi komandan pasukan tentera dalam pertempuran yang berlaku antara Dinasti ‘Abbasiyah dan Dinasti Fatimiyah. Tulisan-tilisannya yang tajam menpunyai pengaruh besar yang amat besar khususnya dalam membongkar kekeliruan kaum Fatimid dan menghancurkan kekuatan mereka. Al-Baqillani belajar dengan Abu Mujahid, abu Bakar al Abhari, Ibnu Abi Zaid dan lain-lain. Sementara murid- muridnya antara lain ialah ; Abu Zar al Harawi, Abu Imran al Fasi dn Qadi Muhammad Ibnu Nasr.

Ibnu Kasir menyebut tentangnya antara lain : “Al- Baqillani tidak akan tidur sebelum dapat menulis 20 lembar. Ini lakukannya setiap malam panjang hidupnya”. Tidak mengherankan jika karangnnya cukup banyak.Diantara karya-karya yang dihasilkanialah : Syarh Ibanah, Syarh al Luma, Al Imamah al Kabirah, al imamah al Saghirah, Al Tabsirah bi Daqa’iq al Haqa’iq, Amali.

Qadi Abu Ja’far al Samnani mengatakan bahawa al-Baqillani merupakan orang sangat dipercayai dalam bidang hadis. Dalam ilmu Kalam ia adalah pakar terkemuka pada masanya. Ini dapat dilihat dari buku-bukunya yang mengulas tentang perdebatannya dengan aliran-aliran teologi kaum Rafidah, Mu’tazilah, Jahmiyah, Khawarij dan lain-lain. Al-Baqillani pernah diutus oleh pemerentah untuk menbawa surat kepada Raja Romawi. Dalam tugas ini ia di gambarkan sebagaimana yang digambarkan dalam sebuah puisi : “jika anda mengutus orang, utuslah orang bijak, dan anda tak perlu pesan apapun.

Al Baqillani dikenali sangat cerdas orangnya. Sikap ilmiahnya sangat jelas kelihatan ketika berdiskusi dan berdebat. Ucapan-ucapanya tidak disampaikan dengan emosional. Apa yang dicari Baqillani adalah kebenaran ilmiah. Suatu ketika ia ditanya seorang Romawi: “Bagaimana tanggapan anda tentang Aisyah, isteri Nabimu ? Baqillani mengatakan : “Begini, anda tahu ada dua orang perempuan : Aisyah, isteri Nabi kami dan Maryam binti Imran. Aisyah tidak melahirkan, meski pun dia menpunyai suami. Sementara Maryam melahirkan anak walhal dia tidak bersuami. Allah membebaskan dari tuduhan seperti yang anda lakukan”. Si Romawi diam saja. Meskipun begitu, Al Baqillani tetap menghormatinya.

Abu Bakar al-Khawarizmi ketika mengulas kepakaran al-Baqillani mengatakan : “ Semua karangan masyarakat Baghdad dikutip dari buku-buku orang lain. Berbeza dengan al Baqallani, di dadanya terhimpun ilmunya dan ilmu semua orang”.

Abu Hatim Mahmud bin al Husein al Qazmaini mengatakan : “Apapun yang ada dalam keperibadian dan pikiran Abu Bakar al Baqillani jauh lebih besar dari apa yang kita lihat. Al-Baqillani meninggal dunia tahun 403 H dan di kuburkan di dalam rumahnya. Beberapa waktu kemudian dipindahkan ke pemakaman “Bab al Harb” di Baghdad.

Catatan : Ibnu Abbas

Translate »