Kisah tentang kerajaan Nabi Sulaiman menjadi cerita yang menarik dari generasi ke generasi. Al- Quran pun menceritakan dengan lengkap, namun kita tidak sepenuhnya mampu memahami makna dan hikmah yang Allah sampaikan melalui ayat-ayat itu.
Tidak sedikit dari kita hanya menceritakan kembali apa yang pernah kita dengar dari orang tua atau saudara kiita, tanpa pernah meneliti kembali bahagian-bahagian penting dari kisah itu, sehingga boleh melepaskan diri dari kesalahan yang mungkin diwariskan secara turun-temurun.
Bahagian yang penting dan perlu diteliti adalah, mengenai siapa yang memindahkan singgahsana Ratu saba’ ke dalam Islatana Nabi Sulaiman.
Sebahagian besar berpendapat bahwa yang memindakan singgahsana itu adalah Jin Ifrit, kerana dia dikenal sebagai jin yang cerdik dan kuat fizikalnya. Akan tetapi, apabila diteliti baris-baris dari ayat al- Quran dalam surah an-Namal ayat 39-40 Allah berfirman dengan bermaksud,
“Akulah dari golongan jin berkata, ‘Akulah yang kan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.’
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’
Maka, ketika dia (Sulaiman) melihat singgahsana itu terletak dihadapannya, dia pun berkata, ‘Ini termaasuk kurnia Rabbiku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur, maka sesungguhnya dia beryukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbiku Mahakaya, Mahamulia.”
Ayat di atas jelas menayatakan bahawa, yang membawa singhsana itu ke dalam istana Nabi Sulaiman bukan jin Ifrit, kerana dia tidak cepat dan tidak cerdik dari seorang hamba Allah yang memiliki ilmu dari Kitab. Hamba Allah itu mampu membawa singghsana itu ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum dia mengedipkan mata. Sedangkan jin Ifrit hanya mampu membawanya ke hadapan Nabi Sulaiman sebelum bangkit dari tempat duduknya.
Peristiwa ini memberikan pelajaran yang tetap mengukuhkan keunggulan manusia di atas makhluk Allah yang lain, bahkan jin sekalipun. Hamba Allah yang berhasil membawa singghsana itu digambarkan dengan kata alladzi ‘indahu ‘ilmun minal kitab (yang mempunyai ilmu dari Kitab).
Mengamati kata-kata itu dengan baik dan berfikir, apakah pesan yang ingin Allah sampaikan kepada kita melalui peristiwa tersebut.
Hamba Allah itu mampu menempuh jarak antara negeri Saba’ yang di sekitar wilayah Yaman dan kerajaan Nabi Sulaiman yang berada di Wilayah Jurusalem (sekitar 2.022 km) dengan membawa singgahsana besar dengan berat ratusan kilogram, hanya dalam waktu kurang dari kerdipan mata.
Apakah ini sebuah mukjizat, atau karomah, atau mungkin sebagai bahagian dari kemajuan teknologi pengangkutan di zaman Nabi Sulaiman?
Bila peristiwa itu disebut sebagai mukjizat atau karomah, redaksi kata dalam ayat itu sangat jelas menyatakan bahawa hamba Allah itu memiliki ilmu yang digali dari kitab (alladzi indahu ilmun minal kitab). Ilmu yang membuat dia mampu melakukannya. Sehingga Nabi Sulaiman sangat bangga dengan apa yang dilakukan hamba tersebut dengan berucap, “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya), dan siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”
Apakah kemajuan teknologi saat ini sudah ada yang mampu menggabungkan kekuatan dan kecepatan seperti itu dlam satu jenis alat pengangkutan?
Allah s.w.t memberikan stimulasi untuk kita mau memperlajari dan meneliti hanya dalam beberapa ayat al-Quran. Menyingkap suatu disiplin ilmu yang belum terungkap agar boleh memberi lebih banyak manfaat bagi kehidupan. Pada setiap ayat tersebut pula, Allah s.w.t selalu menyertakan pemberitahuan bahawa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang berada di luar kendali-Nya; dan kepada Allah pula kita akan kembali dan mempertanggungjawabkan apa yang pernah kita perbuat selama hidup. Sebagaimana firmannya, “Tidakkah kamu tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tidak ada bagi kalian pelindung dan penolong selain Allah.” Surah al-Baqarah ayat 107.
Catatan : Ibnu Jauzi
Recent Comments