BENCANA alam dan anarkisme dalam kalangan rakyat terjadi ketika elemen-elemen penting dalam masyarakat, seperti penegakan hukum mahupun bahagian dari kepemimpinan, sudah tidak lagi dipercayai mengelola dan memimpin dengan baik. Kenapa rakyat tidak percaya kepada mereka. Sebabnya, selama ini mereka tidak berlaku jujur terhadap rakyat. Terlalu banyak pemimpin di dunia ini yang bicaranya baik, pidatonya bagus, pernyataan-pernyataannya mengena akal sehat, tetapi hatinya busuk.

Dari Abu Hisyam as-Silmi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (benjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat buruk. Mereka tidak senang dengan kalian hingga kalian menilai baik (memuji) keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka, serta kalian memberi pada mereka hak yang mereka senangi.” (HR:Thabrani)

Sudah sedemikian parahkah keadaan kita?

Di antara negara-negara yang dilanda krisis, beberapa buah negara hingga sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda berlakunya pemulihan. Nilai mata wang terus merudum, inflasi meningkat, pertumbuhan ekonomi semakin rendah, sementara angka pengangguran terus membengkak. Kuasa beli rakyat terus merosot, sementara harga-harga barang terus meningkat. Bersamaan dengan itu, politik terus bergolak dan tidak stabil.

Kenapa negara-negara lain segera pulih dari krisis, sementara kita terus terkubur dalam lubang krisis? Jawabnya telah kita ketahui bersama, kerana krisis itu hanyalah krisis ekonomi, sedangkan kita mengalami krisis multi dimensi.

Untuk memulihkan keadaan ini resepinya sangat sederhana. Satu saja kata kuncinya, iaitu kejujuran, sekali lagi kejujuran. Yang diperlukan sekarang adalah dasar yang jujur, jaksa yang jujur, hakim yang jujur, birokrat yang jujur, pemimpin dan elit politik yang jujur. Rakyat juga mesti jujur.

Kemajuan dan kejayaan sesuatu bangsa dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan dari kejujuran yang dilaksanakan oleh anak bangsa itu. Apabila tahap kejujurannya tinggi, maka bangsa tersebut akan mengalami kemajuan dengan pesat. Sebaliknya, jika nilai-nilai kejujuran tidak diterapkan, maka bangsa itu akan kandas di tengah jalan. Hal itu bererti kehancuran.

Untuk menghindari kehancuran total, saatnya seluruh unsur bangsa, terutama para pemimpin negara untuk menerapkan praktik bernegara dengan kejujuran. Tanpa itu, kehancuran bangsa ini tinggal menunggu waktu. Berikut ini pesan Rasululah SAW:

“Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara. Lalu, Rasulullah ࿟ ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (Sunan Ibnu Majah).

Dajjal-dajjal itu para pemimpin kita. Yang jelas kerja Dajjal ini adalah memperbanyak kebohongan demi boleh berwujud manusia. Mungkin mereka itu tidak jauh dari kita, mungkin juga kita, atau kebohongan, data-data yang manipulatif, termasuk plesetan-plesetan yang menyesatkan. Mungkin saja plesetannya membuat orang tertawa, tetapi di balik itu semua tersimpan racun yang sangat berbahaya, berupa fitnah.

Dajjal-dajjal itu adalah sebahagian wartawan yang sengaja membuat kesalahan atau kesengajaan dalam menyiarkan berita yang membuat manusia tersesat. Boleh juga berwujud para politikus yang sengaja memberikan gambaran yang salah dan menyiarkan fitnah hanya untuk meraih sokongan rakyat.

Dajjal juga boleh jadi para pembesar negeri yang korup yang melahap wang negara untuk kepentingan peribadi atau teman-temannya sendiri. Mereka ini adalah penjahat-penjahat yang paling berbahaya.

Islam sangat keras dalam menyikapi para pembohong. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah SAW: Apakah ada di antara kaum Mumin yang pengecut, Baginda menjawab: ada. Lalu beliau ditanya lagi: apakah ada orang Mumin yang kikir? Jawab Baginda: ada. Kemudian ditanya lagi: apakah ada orang Mukmin yang pembohong? Beliau menjawab, tidak ada.

Dalam sebuah riwayat Nabi bersabda : Seorang mukmin boleh memiliki perangai apa saja kecuali khianat dan dusta.” (HR: Ahmad).

Salah satu di antaranya adalah sikap jujur dan benar. Marilah kita jaga dan pelihara kejujuran ini di manapun kita berada dan dalam situasi yang bagaimanapun juga.

Sebagai pedagang, mungkin saja kita tergiur untuk menawarkan dengan sedikit berbohong agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Tetapi bila cara-cara ini dilakukan orang dalam jumlah besar, dan sistem perniagaan telah menjelma menjadi sistem kebohongan, kedustaan dalam tempo tidak terlalu lama kehancuran.

Sebagai politikus mungkin saja tanpa kebohongan sana-sini kempen politik menjadi hambar dan tidak menarik perhatian. Tetapi kebohongan yang merambahi cara-cara kita membangun kekuatan dalam sistem bernegara dalam waktu tidak terlalu lama justeru akan merobohkan sistem itu sendiri.

Bukan saja rakyat yang tidak percaya, bahkan para politikus sendiri telah hilang kepercayaan pada apa yang telah dibangunnya. Tidak sedikit di antara mereka yang terjerat oleh kata-kata oleh perilakunya sendiri.

Dalam riwayat lain disebutkan: “Dari Shahabat Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu berkata:”Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tiga golongan yang tidak diajak bicara oleh Allah (pada hari kiamat) dan tidak disucikan-Nya dan bagi mereka adzab yang pedih ( iaitu); orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli kecuali dengan bersumpah (dengan nama-Nya) dan tidaklah ia menjual kecuali dengan bersumpah (dengan nama-Nya).” (HR: Thabrani).

Sebaik-baik di kalangan manusia adalah yang digambarkan Allah di dalam ayatnya ini:

“Wahai orang-orang Mumin, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi kerana Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak, dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kerana ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (fakta) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan.” (QS: an-Nisaa: 135).

Sumber: disesuaikan dari https://www.hidayatullah.com/

Translate »