SYEIKH Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam dalam Kitab As-Sahwah al-Islamiyyah Bayna al-Ikhtilaf al-Masyru ‘wa at-Tafarruq al-Mazmu mencatat tiga tanda fanatisme atau fanatik buta kepada kelompok atau jamaah.
Pertama: Satu orang hanya menyebutkan kelebihan dan kekurangan kelompoknya, sedangkan untuk kelompok lain hanya disebutkan kekurangan dan kekurangannya.
Kedua: Sekaligus memuliakan tokoh-tokoh kelompoknya, sekalipun ada salah dan khilaf pada sosok yang berusaha mengingkari, dan memandang rendah tokoh lain meski ada ketinggian ilmu dan amal.
Ketiga: Bergembira dan menyebarkan kesalahan orang lain. Pada saat yang sama, menutup mata terhadap kesalahan tokoh-tokoh dari kelompok itu sendiri, dan mencari berbagai alasan untuk membela kesalahan.
Dari tiga sifat ta’sub di atas, seseorang terlihat melebih-lebihkan (ghulluw, tasyaddud) membela organisasi kelompok atau Jemaah sendiri seolah-olah itu adalah masalah ta’abbudi. Sehingga kemaslahatan dakwah Islam dan umatnya dikorbankan agar organisasi kelompok lebih terjaga.
Untuk itu, Syeikh Al-Qaradhawi mengingatkan dua hal kepada para penceramah dan pendukung gerakan Islam. Hahwa; (a) suatu kelompok atau jamaah hanyalah wasilah (atau alat) dan bukan berhala yang perlu disembah dan dimuliakan seolah-olah tidak ada dosa. (b), cara menghindari sifat ta’asub (fanatisme ekstrem/fanatik buta) dalam hal perbezaan pendapat dan ijtihad, hendaknya dilakukan;
Pertama, lihatlah isi ceramah/nasihat/teguran/percakapan, bukan fokus kepada siapa yang mengatakan, hatta, sekalipun terharap musuh.
Kedua, pengkhutbah/pendakwah/aktivis gerakan dakwah, harus berani mengkritik diri sendiri, mengakui kesalahan, menerima kritik orang lain, mencari nasihat dan evaluasi serta memanfaatkan setiap orang.
Ketiga, pendakwah sejati wajib membela sesuatu yang haq/benar. Entah itu dari dari kawan mahupun lawan.
“Dan tetaplah memberi peringatan (nasehat), karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Adz-Dzaariyaat 51:55).
Recent Comments