Kali ini Ustaz Ahmad Sarwat menceritakan kisah Abu Jahal yang mati dalam keadaan kafir berdasarkan catatan media sosialnya. Sebelumnya Abu Jahal dikenal sebagai seorang yang pintar dan dihormati kaum Quraisy Makkah.
Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia ini menceritakan kisah ini agar kita dapat mengambil iktibar dan hikmah berharga. Ustaz Sarwat mengatakan, tokoh antagonis yang paling populer dalam Sirah Nabawiyah adalah Abu Jahal.
Nama aslinya adalah Umar bin Hisyam. Tapi kerana dia seorang cendekiawan, laqobnya (nama ketiga selepas kunyah, nama panggilan) menjadi Abul Hakam.
Sebenarnya Nabi Muhammad SAW sangat kesengsem (gembira) kepada si Abul Hakam. Selain pintar, ilmunya banyak dan juga punya pengaruh yang kuat serta penuh pesona.
“Kalau sampai dapat hidayah dan masuk Islam, pasti besar sekali pengaruhnya dalam menguatkan barisan dakwah. Sedikit di bawahnya ada juga Umar yang lain, anaknya Al-Khattab. Nabi SAW kagum juga sebenarnya. Pintar, cerdas, smart, logis dan tegas,” kata Ustaz Sarwat.
Dua-duanya sempat masuk dalam teks doa Rasulullah SAW secara langsung. Nabi SAW berdoa meminta salah satu dari kedua Umar itu diberi hidayah. Dan ternyata Allah SWT dikabulkan dan justeru yang kecilan dapat hidayah. Abul Hakam tidak dapat hidayah.
Malah semakin lama semakin menjadi-jadi saja ulahnya. Ujung puncaknya dia merekayasa bagaimana agar seluruh kabilah Mekkah bersatu menghunus pedang untuk membunuh Nabi Muhammad SAW di malam hijrah.
“Ini sudah keteraluan. Mahu tidak mahu Jibril turun tangan. Maka dibocorkan rahsia mereka dan Nabi SAW berhasil lolos dengan taktik yang amat jitu,” terang Ustaz Sarwat.
Dan terakhir, Abu Jahal pun menemui ajalnya di Perang Badar, dua tahun kemudian. Dia tampil sebagai orang kafir harbi. Datang untuk membunuh Nabi SAW di medan perang terbuka.
Ini perang terbuka. Kalau tidak kita bunuh, kita yang dibunuh. Jadi darah Abu Jahal itu seratus peratus sudah halal.
“Jadi kalau sampai dikasih julukan oleh Nabi SAW sebagai Abu Jahal, itu sih belum seberapa. Kira-kira boleh dimaknai sebagai si bodoh, idiot, pandir, bebal, O-on, koplak, otak udang dan teruskan sendiri. Padahal aslinya dia orang pintar, cerdas, banyak akal. Tapi sayang semuanya tidak membawanya kepada hidayah,” kata Ustaz Sarwat.
Mengapa Abu Jahal Memusuhi Rasulullah?
El-Mujtaba memberi tanggapan menarik terhadap kisah Abu Jahal di atas. Pada kolom komentarnya, El Mujtaba mengemukakan ada beberapa faktor yang membuat Abu Jahal begitu memusuhi Rasulullah SAW.
Di antaranya, persaingan peribadi antara seorang Amr bin Hisyam (Abu Jahal) dan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah SAW). Juga persaingan kabilah antara Bani Abdu Manaf (leluhur Rasulullah SAW) dan Bani Makhzum (klan-nya Abu Jahal).
Ketika Bani Abdul Manaf banyak memberi makan peziarah di Mekah, Bani Makhzum juga ikut banyak bersedekah dengan memberi makan. Ketika Bani Abdul Manaf sukses berniaga, Bani Makhzum juga ikut berniaga dan juga sukses.
Ketika seorang laki-laki dari klan Bani Abdul Manaf (Rasulullah SAW) mendapatkan gelar al-Amin di usia di bawah 40 tahun, Amr bin Hisyam (Abu Jahal) dari klan Bani Makhzum juga mendapat gelar Abul Hakam di bawah usia 40 tahun.
Pokoknya kedua klan itu selalu bersaing sampai akhirnya Rasulullah SAW diangkat sebagai Nabi.
Amr bin Hisyam masih sahaja bersikap kekanak-kanakan dengan menganggap pangkat kenabian ini juga masalah yang boleh dibuat persaingan sebagaimana hal-hal remeh keduniaan yang lain.
Sebenarnya Amr bin Hisyam ini mengakui bahawa apa-apa yang dibawa Rasulullah SAW itu benar. Hanya sahaja gengsinya ini yang membuat Abu Jahal menjadi tidak boleh membedakan mana yang serius dan mana yang main-main.
Amr bin Hisyam gengsi kalau harus kalah dengan musuhnya sejak muda, Muhammad bin Abdullah.
“Intinya Abu Jahal itu tidak mahu dianggap berada di bawah kedudukan Muhammad bin Abdullah (Rasulullah SAW). Kerana tidak mungkin dia mengaku sebagai Nabi juga, maka yang dia lakukan adalah membantah atau menolak bahawa seorang Muhammad bin Abdullah adalah seorang Nabi. Begitu kurang lebih,” jelas El Mujtaba.
Sumber: https://www.eramuslim.com/
Recent Comments