Sepanyol yang kita kenal hari ini adalah tempat berkumpulnya maestro bola sepak dunia, juga pernah mengangkat piala berprestij; Piala Eropa dan Piala Dunia dalam bola sepak. Maka tidak hairanlah bila mendengar Sepanyol maka yang terlintas adalah bolas sepak dan salah satu liga terbaik dunia, La Liga.
Selain bola sepak, Sepanyol juga tempat lahirnya pemikir-pemikir Islam paling berpengaruh di dunia dan namanya masih dikenang hingga sekarang. Peradaban dan nuansa Islam sungguh berwarna dengan nilai-nilai keislaman, tapi peradaban Islam tersebut telah hilang dari negeri matador (pertandinga manusia dan lembu jantan) ini, hanya tinggal kenangan dan sejarah.
Salah satu kenangan yang ditulis dengan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam adalah Sepanyol (Andalusia) tempat berkembangnya ilmu pengetahuan dan jambatan dalam menyebarkan pengetahuan ke dunia Barat. Berkembangnya Barat hari ini, tak terlepas dari peranan Andalusia sebagai jambatan menuju dunia Barat.
Pada abad pertengahan, dunia Barat mengalami krisis dan kemunduran dalam bidang intelektual kerana pengaruh autorit gereja yang memasung alam fikiran dan dunia pengetahuan sehingga abad ini dinamakan dengan abad kegelapan (the dark age) bagi dunia Barat).
Selain kemunduran dalam bidang intelektual, juga lemah dan terpecah-pecah dalam bidang politik, dari sisi sosial dan ekonomi lebih primitif bila dibandingkan dengan dunia Islam.
Keadaan ini membentuk pandangan imajinatif Barat dan Kristen mengenai Islam, pada abad ke-12 keadaan mulai berubah, penyebaran pemikiran Yunani ke Barat melalui dunia Islam, tempat penyebaran pengetahuan Islam ke dunia Barat berada di Andalusia. (Hugh Goddard, 2013: 193-196).
Andalusia dikenal sejak dikuasai Yunani, kemudian oleh kekaisaran Romawi. Pada zaman Romawi, agama Kristian meluas. Setelah itu Andalusia dikuasai kerajaanVisigoth yang pusat kekuasaanya di Toledo.
Penyaluran ilmu pengetahuan dimulai ketika Toledo jatuh ke tangan Kristian, di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan pengetahuan Islam. Ketika Toledo jatuh pada 1085, orang-orang raja Alfonso VII dari Castilia belum mengenal bahasa Arab dan tidak mampu mempergunakan peninggalan umat Islam.
Maka penduduk asli Andalus, yang dikenal dengan Muzarabes telah menjadi intelektual, guru, doktor, ahli kimia, ahli falsafah, dan lain-lain yang pernah bekerja sama dengan umat Islam sebelumnya.
Para Muzarabes ini kemudian menjalankan tugas dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam ke Eropa, namun harus mengganti agamanya (menampakkan kekristianan tetapi secara sembunyi tetap melakukan keislamannya, dalam pengertian bahawa secara ruhani Islam tetapi dipaksa masuk Kristian).
Dengan terciptanya istilah Muzarabes, ilmu-ilmu Islam sangat mudah masuk ke Eropah, untuk mempermudah penyerapan ilmu di Toledo didirikan Sekolah Tinggi Terjemahan.
Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Buku-buku yang disalin adalah buku-buku bahasa Arab yang masih tersisa dari pembakaran. Perguruan tinggi di Toledo memakai bahasa selain bahasa Arab, dengan jalan ini berbagai murid negeri Latin tumpah ruah belajar ke Toledo.
Penerjemah-penerjemah Baghdad banyak pindah ke Toledo, terutama berasal dari bangsa Yahudi. Para penerjemah menguasai bahasa Arab, Yahudi, Sepanyol, dan Latin. Di antara penerjemah yang terkenal adalah Avendeath (Ibn Daud, bangsa Yahudi) yang menyalin buku astronomi dan astrologi dalam bahasa Latin.
Setelah berakhirnya Bani Umayyah (1031), Andalusia terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, muluk al-tawa’if (raja-raja kelompok). Dinasti-dinasti kecil tersebut, antara lain: Bani Abbad di Sevilla, Bani Hud di Zaragoza, Bani Zun Nun di Toledo, Bani Ziri di Granada, dan Bani Hammud di Cordova dan Malaga.
Sesudah muluk al-tawa’if, muncul Dinasti Murabitun yang berkuasa pada tahun 1090-1147, kemudian Dinasti al-Muwahhidun pada 1147-1232, dan Dinasti Bani Nasir pada tahun 1232-1492.
Ketiga dinasti tersebut mencapai kemajuan di pelbagai bidang dan mengalami zaman keemasan ilmu pengetahuan dengan berhasil memunculkan institusi-institusi pendidikan terkenal yang kemudian melahirkan para ilmuwan ternama.
Ilmu pengetahuan berkembang dengan perantaraan bahasa Arab. Orang-orang Andalusia, baik Muslim maupun Non-Muslim mempelajari bahasa Arab sehingga lahir ahli bahasa, di antaranya Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Hasan, Ibnu Asfur, Ibnu Hayyan al-Garnati, dan Ibnu Malik.
Di samping itu juga para filosof besar lahir dalam period ini, seperti Ibnu Bajjah. Di dunia Barat dikenal dengan Avenpace, lahir pada 1802 M di Zaragoza. Ibnu Bajjah adalah filosof muslim dari Spanyol yang pertama dan utama dalam sejarah falsafah Andalusia, Ibnu Bajjah wafat pada 138 M di Fez, Maroko.
Ibnu Thufaillahi, lahir di Granada pada 506 H/1110 M dan wafat pada 581 H/1185 M di Maroko. Selain kedua filosof tersebut, ada Ibnu Rusyd yang dikenal dengan nama Averros dan paling banyak jasanya dengan karyanya kitab al-Kulliyyat fi al-Thibb, suatu kitab referensi yang dipakai berabad-abad di Eropa.
Andalusia bagaikan jambatan dalam penyeberan ilmu pengetahuan ke dunia Barat hingga berada dalam kemajuan dan perkembangan yang pesat. Namun, dunia Barat melupakan dan memutuskan jambatan tersebut dalam hal ini dunia Islam, terlebih khususnya Andalusia sebagai jambatan.
Pada abad pertengahan terjadi Perang Salib. Namun, di saat bersamaan sedang terjadi pertukaran intelektual antara umat Islam dan umat Kristian dengan kegiatan penterjemahan buku. Di sinilah orang Barat mengenal para filsuf Yunani Kuno dan filsuf dunia Islam lainnya seperti al-Kindi, al-Farabi, dan lain-lain.
Kerana itu, sebagai generasi Islam saat ini yang sedang duduk di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal jangan sampai melupakan sejarah peradaban Islam. Dalam hal ini peranan Andalusia yang telah membawa sinar pengetahuan, baik di dunia Islam mahupun di dunia Barat. ke dunia Barat.
Perkembangan pengetahuan masa itu berangkat dari pemikiran-pemikiran (falsafah) para filosof yang menghidupkan semangat dan kegairahan jiwa dalam belajar dan mencintai segala yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Dewasa ini, orang berbondong-bondong masuk ke perguruan tinggi dengan nama mahasiswa dan ribuan orang juga keluar dari perguruan tinggi dengan gelar sarjana. Pertanyaannya adalah berapa banyak yang benar-benar mencintai ilmu pengetahuan dan mengikuti kegairahan belajar seperti masa-masa di Andalusia.
Jangan sekali-kali melupkan sejarah, sejarah peradaban Islam. Dari sejarah peradaban Islam tersebut ada Andalusia yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam mahupun di dunia Barat.
Referensi:
Hugh Goddard. Sejarah Perjumpaan Islam Kristen: Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di Dunia, Terjemahan Zaimuddin dan Zaimul Am. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013.
– Kafwari Ridwam. Dkk. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
– Musyrifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Kencana, 2011.
Sumber: Husaini Algayoni , https://www.qureta.com/
Recent Comments