Allah Ta’ala menurunkan hujan sebagai salah satu tanda kuasa-Nya. Melalui hujan, bumi dan semua makhluk hidup yang ada di atasnya menjadi hidup, tumbuh dan beranak pinak. Hujan dan proses penumbuhan makhluk hidup yang terjadi adalah tamsil dari Kuasa Allah Ta’ala yang kelak membangkitkan manusia di kehidupan akhirat.

Ketika hujan turun, ada banyak keberkahan yang menyertainya. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, masing-masing tetes air hujan dikawal oleh malaikat. Oleh karenanya pula, umat Muhammad Saw disunnahkan memperbanyak doa kala hujan turun. Sebagaimana disampaikan oleh Abdullah bin Abbas, “ Perbanyaklah doa di kala hujan turun.”

Diantara alasan anjuran untuk memperbanyak doa saat butiran-butiran air itu menyapa bumi dengan kesegaran dan kehidupan, “Sebab ketika itu pintu-pintu langit terbuka.” Maka Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita doa yang amat mulia, “Allahumma shayyiban nafi’an. Ya Allah, jadikan hujan ini penuh kemanfaatan.”

Kesadaaran inilah yang penting untuk dibangun dalam pemahaman kita. Pasalnya, hujan diturunkan oleh Allah Ta’ala dengan membawa manfaat dan keberkahan. Namun, fakta yang terjadi saat ini di banyak tempat, justru sebaliknya. Ketika hujan baru mengguyur beberapa hari saja dengan intensitas yang tercurah, maka yang terjadi adalah banjir bandang, longsor, dan bencana-bencana lainnya.

Tentu, yang salah bukan hujannya. Tetapi perbuatan kebanyakan manusia yang justru merusak alam sehingga berbalik menjadi musuh baginya. Selain itu-barangkali-yang menjadi penyebabnya adalah jarangnya kita memanjatkan doa yang disunnahkan Rasulullah Saw itu. Kita lupa untuk melafalkannya, sebab banyak faktor, atau bisa jadi diri ini sengaja tak melantunkannya.

Kemudian, saat hujan turun disunnahkan untuk memanfaatkan airnya dengan berbasah-basahan. Duh, nampaknya ini kebalikan dengan kebiasaan kita saat ini. Pasalnya, kebanyakan kita justru anti dengan hujan bahkan enggan untuk sekedar bepergian –ke masid sekalipun- saat hujan turun.

Dr. Nashir bin Abdurrahman al-Juda’i sebagaimana dikutip Salim A. Fillah dalam “Lapis-Lapis Keberkahan” mengatakan, “Disunnahkan berbasah-basahan dengan hujan ketika ia turun, serta mengeluarkan pakaian, perkakas, dan kendaraan agar terkena hujan.”

Perkataan beliau ini bukan asal. Sebab ketika itu, Rasulullah Saw pernah menyingkap pakaiannya sehingga air hujan mengenai tubuh mulia beliau. Saat ditanya mengapa beliau melakukan hal itu, Rasulullah Saw bersabda, “Sebab hujan itu diturunkan dari sisi Rabbnya.”

Maka jangan heran ketika Imam Bukhari menyebutkan dalam satu riwayatnya bahwa Ibnu Abbas ikut berhujan-hujanan sesaat sambil membaca ayat kesembilan surah Qaaf. “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (Qs. Qaaf [50]: 9)

Sumber: https://www.eramuslim.com/

Translate »