HARI-HARI ini bangsa kita ditimpa musibah berupa penyakit oleh Allah SWT . Jika bukan kerana Allah SWT, cubaan berat itu tidak akan kuat kita pikul.
Hanya karena kasih sayang Allah SWT saja sampai saat ini kita masih menjadi satu bangsa. Tanpa bantuan dan pertolongan-Nya, mungkin kita sudah bercerai-berai.
Sudah berapa kali saudara-saudara kita di beberapa propinsi, baik di Sumatera, Aceh, Kalimantan ingin memproklamirkan kebebasannya. Demikian juga saudara-saudara kita di Sulawesi dan Papua.
Jika hal itu sampai terjadi, maka tidak ada lagi yang namanya Indonesia. Siapa yang menjamin besok atau lusa Indonesia tidak terpecah? Tak seorangpun yang mampu memberikan jaminan. Bahkan Allah sendiri telah menyatakan dalam firman-Nya:
“Tiap bangsa mempunyai batas waktu (ajal) maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya.” (QS al-A’raaf: 34)
Siapa yang menyangka bila negara besar seperti Uni Soviet boleh bubar secara mengenaskan? Siapa yang mengira Yugoslavia berantakan seperti sekarang?
Padahal kita tahu bahawa di kedua negara itu kekuatan militernya nombor satu di dunia. Jika negara sebesar dan sekuat itu boleh hancur, apalagi kita. Tentu saja, kita tidak menginginkan hal itu.
Kita enggan menyaksikan Indonesia hancur berkeping-keping. Kita ingin Indonesia utuh, bersatu, dan maju di bawah lindungan Allah SWT.
Menariknya, setiap kehancuran sebuah bangsa, di situ ada peranan para penguasa yang selalu mengatasnamakan kepentingan rakyat dalam setiap tindakan dan kebijakannya. Mereka adalah para elit.
Kaum elit yang berkuasa menjadi biang kerok terjadinya krisis di setiap bangsa. Ini telah dijelaskan Allah secara gambang.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada kaum elit di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS: al-Israa: 16)
Telah banyak peristiwa di muka bumi menjadi bukti akan kebenaran ayat ini. Betapa banyak bangsa besar telah dihancurlantakkan oleh Allah SWT akibat kedurhakaan mereka.
Umumnya mereka lalai, lupa, dan tidak menyedari bahawa sesungguhnya bumi, langit, dan seluruh isinya tetap dalam kontrol Allah SWT. Mereka mabuk kepayang seolah-oleh kekuasaan sudah berada di tangan.
Untuk menggugah perhatian kita, Allah SWT sengaja mencantumkan beberapa bangsa yang dihancurkan oleh Allah SWT akibat kelalaiannya. Selain beberapa bangsa yang disebutkan dalam al-Qur’an tentu saja masih banyak lagi bangsa lain yang bernasib serupa.
Allah berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum `Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah, dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan di negeri itu. Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti adzab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS: al-Fajr: 6-14)
Boleh jadi yang merusak dan merongrong negara ini adalah golongan kecil saja. Akan tetapi golongan minoriti itu telah menguasai hampir semua aset negara.
Di tangan mereka berpusat kekuasaan politik, ekonomi, sekaligus hukum. Yang salah dibela, yang benar malah dimasukkan penjara. Yang benar bisa disalahkan, yang salah bisa dibenarkan. Ciri penguasa ini ada dua, serakah dan sewenang-wenang tindakannya.
Dalam al-Qur’an figur penguasa tiranik yang paling banyak disebut adalah Fir’aun. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, ia dibantu oleh teknokrat yang direpresentasikan oleh Qarun, dan teknolog yang diwakili oleh Haman.
Ketiganya bersatu-padu merusak negara, tanpa menyadari bahwa yang diperbuatnya justru merusak dan memporakporandakannya. Mereka mengira telah membangun, padahal sesungguhnya merusak. Mereka menyangka melakukan reformasi, padahal sebenarnya yang mereka lakukan adalah destruksi. Allah menggambarkan perbuatan mereka dengan firman-Nya:
“Dan bila dikatakan kepada mereka, `Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi,’ mereka menjawab, `Sesungguhnya kami sedang membangun.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang merusak, tetapi mereka tidak sadar.” (QS al-Baqarah: 11-12)
Selama 75 tahun ini kita telah berganti kekuasaan. Orde Lama menggunakan jargon revolusi, sedangkan Orde Baru mengunakan jargon pembangunan, begitu seterusnya.
Untuk kesekian kalinya kita tidak ingin terjerumus dalam lubang yang sama. Untuk itu, ummat Islam harus terus mengingatkan para penguasa, pejabat dengan cara yang bijak.
Tak peduli apakah yang sedang berkuasa militer, sipil bahkan kiai. Jangan sampai kita lengah dan terhibur hanya dengan permainan kata-kata, jargon politik, atau pidato yang mempesona.
Kita harus selalu ingat peringatan Rasulullah SAW: “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR ath-Thabrani).
Setiap orang –terutama para pemimpin dan ulamanya tidak efektif melakukan kontrol terhadap kekuasaan, tidak melakukan sapaan dan teguran, tidak beramar ma’ruf nahi mungkar— maka kita khawatirkan janji Allah mengirimkan siksa. Karena Rasulullah ﷺ telah memberi ultimatum kepada kita tentang hal ini.
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah; telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari ‘Amr bin Abu ‘Amrah dari ‘Abdullah Al Anshari dari Hudzaifah bin Al Yaman dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, hendaknya kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar atau jika tidak niscaya Allah akan mengirimkan siksa-NYa dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian kalian memohon kepada-Nya namun do’a kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR: Ath Thirmidzi)
Kita tidak boleh sekadar menyalahkan para penguasa. Masing-masing orang juga mesti bermuhasabah, kenapa pada saat itu kita tidak berbuat yang optimal dalam beramar ma’ruf nahi munkar?
Yang lalu biarkan berlalu. Saatnya kini kita menatap masa depan. Kesalahan masa lalu jangan diulang. Kita bertekad bersama-sama menjadi kelompok yang terdepan dalam menggerakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, siapapun yang berkuasa, dari unsur manapun datangnya.
“Jihad paling afdhal (utama) adalah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang dzalim.” (HR: Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Segenap bangsa Indonesia saat ini sedang menanti solusi atas semua masalah yang dihadapi. Selain persoalan disintegrasi dan kerusuhan, ada masalah moral yang sangat mengganggu seperti judi, prostitusi, pornografi, dan narkoba yang jauh lebih berat dan kompleks.
Kita terancam akan mengalami hilangnya generasi. Mari sejak sekarang kita intensifkan amar ma’ruf dan nahi munkar, kita jaga anak-anak kita, keluarga, lingkungan, dan negara kita dari gempuran kemaksiatan, baik yang datang melalui media elektronik maupun media cetak.
Kita nyatakan perang terhadap segala bentuk kemaksiatan, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sebagaimana perintah Nabi, “Barangsiapa melihat kemunkaran, maka hendaklah diubah dengan tangannya. Jika tidak sanggup, dengan lisannya. Jika tidak mampu, dengan hatinya. Yang demikian itu selemah-lemah iman.”
Juga firman Allah: “Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: al-A’raaf: 96).
Semoga kita semua bisa membangun negeri ini bersama-sama dengan menghindari kesombongan, agar kita tidak merasa seolah-olah bisa membangun tanpa keterlibatan Allah di dalamnya. Hal ini semata-mata agar Allah menurunkan keberkahan dan menghindari beragam masalah yang datang silih bergati tanpa bisa diurai. Wallahua’lam.*/
Sumber: HM Tohari, diambil dari majalah Hidayatullah, https://www.hidayatullah.com/
Recent Comments