Perintah menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah wajib bagi tiap-tiap orang yang beriman. (QS. 3: 104): “Adakanlah tiap-tiap kamu ummat yang mengajak kebaikan menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat yang salah. Mereka itulah oranga-orang yang beruntung.”

Ayat ini dapat dilaksanakan jika dakwah Islam disiarkan secara teratur luas, selaras dengan tempat, masa keadaan untuk membawa ummat manusia ke jalan kebaikan. Menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang melakukan yang salah.

Penyiaran (dakwah) ini bukan saja ditujukan kepada umat Islam, melainkan juga untuk yang belum memeluk Islam dan buat segenap bangsa-bangsa di dunia. Umat Islam seharusnya tidak hanya pandai menerima kedatangan penyiar-penyiar agama dari negara lain saja. Tetapi adalah suatu keharusan pula untuk mengirimkan para juru dakwah ke negara lain.

Kemungkaran yang semakin mengikat kita saat ini, sehingga kita tidak mampu lagi menyuruh berbuat kebaikan adalah karena rosaknya akidah kita. Kembali kita telusuri kenapa akidah umat Islam jadi merosot. Bahkan di antara kita akidahnya betul-betul tak boleh dinilai.

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahawa kelompok di luar Islam tidak akan senang kepada kita umat Islam sebelum kita mengikuti cara mereka ( QS. 2:120). Mereka sangat menginginkan kita berpecah belah. Kemudian mereka mencoba merusak akidah umat Islam dengan bacaan-bacaan, tontonan dan idea-idea yang membuat umat Islam semakin tidak berdaya.

Dan untuk memperbaiki hal ini tentulah tergantung usaha kita dengan mencoba tetap berusaha agar cara yang kita ambil tidak menimbulkan permusuhan dengan mereka. Tapi andainya mereka menginginkan kekerasan ataupun bahkan perang kita tidak mungkin tetap mengajukan cara lunak.

Nampaknya umat Islam di seluruh pelosok dunia harus cepat-cepat menyedari bahawa hal pertama yang harus dilakukan agar umat Islam kuat adalah melaksanakan perintah “bilma’ruf wayanhauna anil munkar“.

Seandainya “bil ma’ruf wayanhauna ‘anil munkar” mampu dilaksanakan tiap-tiap umat Islam, maka secara mendunia akan tercipta Islam yang kuat. Tapi, apakah umat Islam mampu mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah, atau bahkan menolak bekerjasama dengan pemimpin yang tidak benar? Masih jadi pertanyaan.

Masih menjadi keperihatinan bagi ramai orang. Mengapa dalam kalangan umat Islam rasa cinta terhadap ajaran agamanya sangat tipis? Aneka produk (barang), seni musik, atau apa saja yang merupakan buah karya umat Islam akan terasa asing bagi umat Islam sendiri. Bahkan mereka merasa bangga dan rendah diri memakai apa saja yang berjenama Islam. Betapa memperihatinkannya.

Di sudut kota, baik kota besar mahupun kota kecil terpampang poster porno di depan pawagam, tanpa kita mampu mencegahnya sama sekali. Padahal ini jelas-jelas iklan motivasi berlomba dalam kemaksiatan. Dan hal ini merupakan kemungkaran yang belum dicegah umat Islam sampai zaman reformasi saat ini.

Mungkin untuk menegakkan kebenaran kita sudah bayak berkorban. Tapi apakah menegakkan kebenaran tanpa mencegah kemungkaran dapat membuat umat merasa damai?

Konteks teoritisnya menyatakan mesti harus saling seiring dan sejalan. Harus diikuti yang satu dengan yang lainnya. “Bilma’ruf wayanha anil munkar” merupakan perintah Allah yang harus dikerjakan sekaligus.

Keadilan dan kebenaran yang ditegakkan tanpa mencegah atau bahkan menghancurkan kemungkaran akan tetap membawa kita ke alam kesesatan. Karena kerosakan moral timbul akibat rosaknya moral yang dilandasi oleh agama yang tipis.

Seandainya dipimpin oleh orang yang tidak mengerti Allah SWT dan agama dan tetap berkiblat kemungkaran, maka sia-sialah reformasi yang diperjuangkan selama ini.

Mungkin karena kita terus dipaksa berpikir politik oleh para pengamat politik atau orang-orang yang merasa bahawa permasalahan negeri ini boleh diselesaikan dengan politik, membuat kita lupa ada hal utama yang jauh lebih penting bagi bangsa. Moral yang bejat, telah menciptakan banyak kemungkaran di mana-mana.

Kebenaranpun ditertawakan dan diinjak-injak. Akibatnya, negara ini terluka dan teramat sulit diubati.

Adalah yang terpenting saat ini, bagaimana kita boleh menciptakan Islam yang kuat dalam diri masing-masing. Sehingga pandangan kita terhadap politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan sesuai dengan kerangka dan bingkai pandangan Allah SWT juga (al-Qur’an dan Sunnah).

Semoga para pemimpin cepat menyadari sehingga rakyat jadi puas dan kebenaran dapat ditegakkan dengan mencegah sekuat mungkin arus kemungkaran.

Sumber: Hudiya Nadrah, https://www.hidayatullah.com/

Translate »