Nama lengkapnya Sayyid Abd Al-Shamad Al-Palembani bin Abd Al-Rahman Al-Jawi, lahir di Palembang pada tahun `11116H/1704M dan menurut pendapat yang lain ia lahir pada 1112H/1700M dan wafat pada 1204/1791.[1] Ia adalah salah satu ulama besar yang hidup pada abad 18 Masehi.
Menurut Ahmad Luthfi yang men-tahqiq Kitab Anisu al-Muttaqin, karya Abd As-Shamad bahwa Ayahnya adalah seorang ulama dan mufti di Kedah Malaysia pada tahun 1112H/1700M, ia adalah Syeikh Abdul Jalil bin Syeikh Abdul Wahab bin Syeikh Ahmad Al-Hamdani Al-Yamani.[2] Sedangkan ibunya adalah saudara wanita Sultan Mahmud dari kerajaan Palembang. [3]
Ayahnya Abd As-Shamad dikatakan berasal dari San’a Yaman, mengadakan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah Semenanjung Melayu. Kemudian pergi ke Palembang menikahi saudara perempuan Sultan Mahmud dan melahirkan Abd As-Shamad. Kemudian kembali ke Kedah dengan membawa Abd As-Shamad dikarenakan Ia diangkat sebagai Qadhi di kerajaan Kedah.
Abd As-Shamad kecil mendapat pendidikan awal di di Patani Kedah yang tidak jauh dari rumahnya.[4] Abd As-Shamad di Patani mempelajari ilmu-ilmu agama seperti: Nahwu, Sharaf, Fiqh, Tasawuf dan Ilmu Ushuludin yang bermadzhabkan Ahlu Sunnah Wa Al-Jama’ah.[5] Selanjutnya, Ia belajar ke India, Jawa, Mesir, Mekkah dan Madinah dengan menuntu ilmu serta menulis buku.[6]
Di antara ulama yang menjadi gurunya adalah Syeikh Ahmad bin Abd Al-Mun’im Ad-Damanhuri (1690-1778) di Mesir, Syeikh Muhammad As-Samani Al-Madani (1716-1776),[7] Syeikh Abd Ar-Rahman bin Abd Al-Aziz Al-Magrobi (…-1786 M), Syeikh Ibrahim Ar-Ro’is, Syeikh Muhammad Murad (1760-1791 M),[8] Syeikh Atho Al-Mishri,[9] Syeikh Muhammad Al-Jauhari (1715-1780),[10] Syeikh Muhammad Al-Kurdi (1715-1780 M).[11]
Menurut Efendi Mochtar, Abd As-Shamad adalah salah satu ulama dari Nusantara yang berpengaruh di dunia pendidikan pesantren dan mempraksarai tulisan jawa pegon selain Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Syeikh Yusuf Al-Makassari.
Selain itu, Abd As-Shamad merupakan ulama abad ke-18 yang paling giat menyebarkan lebih jauh neo-sufisme (sesudah dirintis oleh Nuruddin Ar-Raniri, Abd Rauf, Yusuf Al-Makasari). Ia dikenal ahli mengenai tasawufnya Al-Gazali, tentang kitab Ihya ‘Ulumuddin, karena itu ia menulis buku Fadha’ilul Ihya Lil Ghazali dan menjadikan kitab Ihya sebagai dasar utama karya-karyanya. Maka tidak berlebihan jika Musyfiroh Susanto menyebutnya sebagai “Sang Penerjemah” karya Al-Ghazali.[12]
Karya Abd As-Shamad yang sangat erat dengan Al-Ghazali yaitu Hidayatu as-Salikin dan Siyaru as-Salikin yang menggunakan bahasa Melayu. Diselesaikan dan dicetak di Mekkah, selanjutnya dicetak ulang di Kairo, Singapura, Malaysia dan Indonesia.[13]
Dalam karya-karya Abd As-Shamad terlihat sangat bersemangat mendamaikan mistisisme filosofis Ibn ‘Arabi dengan tasawuf Al-Ghazali. Pada saat yang sama makna penting dari syari’at terus menerus ditekankan oleh Abd As-Shamad. Terlihat di karya lain Abd As-Shamad yaitu Siyaru as-Salikin yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari ajaran-ajaran yang terdapat dalam Hidayatu as-Salikin.
Menurut Abd As-Shamad yang dikutip oleh Musyfiroh Susanto bahwa Siyaru as-Salikin adalah terjemahan dari Lubab Ihya ‘Ulumuddin. Tetapi ditambah dengan bahanbahan dari para ulama, seperti Ibn ‘Arabi, Al-Jilli, Ibn Atho’illah, Al-Burhanpuri, Al-Samani, Al-Qusyairi, juga ulama yang mendahului seperti As-Singkili, bahkan Syamsuddin As-Sumatrani. [14]
Nama lengkapnya Sayyid Abd As-Shamad Al-Palembani bin Abd Al-Rahman Al-Jawi, lahir di Palembang pada tahun `11116H/1704M dan menurut pendapat yang lain ia lahir pada 1112H/1700M dan wafat pada 1204/1791.[1] Ia adalah salah satu ulama besar yang hidup pada abad 18 Masehi.
Menurut Ahmad Luthfi yang men-tahqiq Kitab Anisu al-Muttaqin, karya Abd As-Shamad bahwa Ayahnya adalah seorang ulama dan mufti di Kedah Malaysia pada tahun 1112H/1700M, ia adalah Syeikh Abdul Jalil bin Syeikh Abdul Wahab bin Syeikh Ahmad Al-Hamdani Al-Yamani.[2] Sedangkan ibunya adalah saudara wanita Sultan Mahmud dari kerajaan Palembang. [3]
Ayahnya Abd As-Shamad dikatakan berasal dari San’a Yaman, mengadakan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah Semenanjung Melayu. Kemudian pergi ke Palembang menikahi saudara perempuan Sultan Mahmud dan melahirkan Abd As-Shamad. Kemudian kembali ke Kedah dengan membawa Abd As-Shamad dikarenakan Ia diangkat sebagai Qadhi di kerajaan Kedah.
Abd As-Shamad kecil mendapat pendidikan awal di di Patani Kedah yang tidak jauh dari rumahnya.[4] Abd As-Shamad di Patani mempelajari ilmu-ilmu agama seperti: Nahwu, Sharaf, Fiqh, Tasawuf dan Ilmu Ushuludin yang bermadzhabkan Ahlu Sunnah Wa Al-Jama’ah.[5] Selanjutnya, Ia belajar ke India, Jawa, Mesir, Mekkah dan Madinah dengan menuntu ilmu serta menulis buku.[6]
Diantara ulama yang menjadi gurunya adalah Syeikh Ahmad bin Abd Al-Mun’im Ad-Damanhuri (1690-1778) di Mesir, Syeikh Muhammad As-Samani Al-Madani (1716-1776),[7] Syeikh Abd Ar-Rahman bin Abd Al-Aziz Al-Magrobi (…-1786 M), Syeikh Ibrahim Ar-Ro’is, Syeikh Muhammad Murad (1760-1791 M),[8] Syeikh Atho Al-Mishri,[9] Syeikh Muhammad Al-Jauhari (1715-1780),[10] Syeikh Muhammad Al-Kurdi (1715-1780 M).[11]
Menurut Efendi Mochtar, Abd As-Shamad adalah salah satu ulama dari Nusantara yang berpengaruh di dunia pendidikan pesantren dan mempraksarai tulisan jawa pegon selain Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Syeikh Yusuf Al-Makassari.
Selain itu, Abd As-Shamad merupakan ulama abad ke-18 yang paling giat menyebarkan lebih jauh neo-sufisme (sesudah dirintis oleh Nuruddin Ar-Raniri, Abd Rauf, Yusuf Al-Makasari). Ia dikenal ahli mengenai tasawufnya Al-Gazali, tentang kitab Ihya ‘Ulumuddin, karena itu ia menulis buku Fadha’ilul Ihya Lil Ghazali dan menjadikan kitab Ihya sebagai dasar utama karya-karyanya. Maka tidak berlebihan jika Musyfiroh Susanto menyebutnya sebagai “Sang Penerjemah” karya Al-Ghazali.[12]
Karya Abd As-Shamad yang sangat erat dengan Al-Ghazali yaitu Hidayatu as-Salikin dan Siyaru as-Salikin yang menggunakan bahasa Melayu. Diselesaikan dan dicetak di Mekkah, selanjutnya dicetak ulang di Kairo, Singapura, Malaysia dan Indonesia.[13]
Dalam karya-karya Abd As-Shamad terlihat sangat bersemangat mendamaikan mistisisme filosofis Ibn ‘Arabi dengan tasawuf Al-Ghazali. Pada saat yang sama makna penting dari syari’at terus menerus ditekankan oleh Abd As-Shamad. Terlihat di karya lain Abd As-Shamad yaitu Siyaru as-Salikin yang merupakan penjelasan lebih lanjut dari ajaran-ajaran yang terdapat dalam Hidayatu as-Salikin.
Menurut Abd As-Shamad yang dikutip oleh Musyfiroh Susanto bahwa Siyaru as-Salikin adalah terjemahan dari Lubab Ihya ‘Ulumuddin. Tetapi ditambah dengan bahanbahan dari para ulama, seperti Ibn ‘Arabi, Al-Jilli, Ibn Atho’illah, Al-Burhanpuri, Al-Samani, Al-Qusyairi, juga ulama yang mendahului seperti As-Singkili, bahkan Syamsuddin As-Sumatrani. [14]
[1] Chatib Quzwain, Mengenal Allah: Suatu Studi Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hal. 9.
[2] Abd As-Shamad Al-Palembani, Anisul Muttaqin, (Jakarta: KEMENAG RI, 2009), hal. 7. Kitab ini di tahqiq oleh Ahmad Luthfi
[3] Musyfiroh Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hal. 231
[4] Ibid, hal. 232
[5] Abd As-Shamad Al-Palembani, op.cit., hal. 8
[6] Ahmad Bachrun Rifa’i dan Hasan Mud’i, Filsafat Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 268
[7] Nama aslinya adalah Syeikh Muhammad bin Abd Al-Karim Al-Madani As-Syafi’i, ia adalah pendiri tarekat samaniyyah.
[8] Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Kholil bin Ali bin Muhammad bin Muhammad Mirad Al-Husaini, ia adalah seorang mufti di Syam.
[9] Nama lengkapnya adalah Atho’ilah bin Ahmad bin Atho’illah bin Ahmad Al-Azhar Al-Makki, ia adalah seorang sastrawan dan ahli mantiq.
[10] Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Al-Hasan bin Abd Al-Karim Al-Kholidi Al-Jauhari, ia adalah seorang guru besar di Mesir.
[11] Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Ia adalah seorang ahli fiqh bermadzhab Syafi’i.
[12] Musfiroh Susanto, Op. cit., hal. 233
[13] Loc.Cit.,
[14] Ibid., hal. 234
Sumber : qureta.com
Recent Comments