Di ujung malam menjelang subuh
Aku tertunduk menahan keluh
Khawatir negeri kalau rubuh
Menangislah pahlawan yang telah berpeluh

Peluh keringat berairmata
Darah terserak basahi persada
Kini mereka berhati duka
Lihat negeri banyak bencana

Alam yang dulu teduh dan sejuk
Burung bermain beriang-riang
Kini berubah menjadi gersang
Hampir semua telah menghilang

Entah dimana cerita bermula
Entah apa sebab musababnya
Negeriku kini dilanda duka
Inikah pertanda kiamat kan tiba

Kiamat kecil atau kubra
Tidak ada yang tahu selain Dia
Tapi kenapa manusia lupa
Terus berbuat sesuka suka

Seakan tak percaya akan Tuhannya
Dunia dikejar ke mana-mana
Tapi tak pernah ada puasnya
Keserakahan mengelora tak kunjung reda

Jasa pahlawan dilupakan
Hidup berburu harta kekayaan
Pangkat jabatan menjadi tujuan
Seakan telah menjadi tuhan

Manusia menghamba hilang kesadaran
Malu dah terbang dari badan
Iman hanya ada di lisan.
Tidak terlihat dalam perbuatan

Berburu jabatan tiap kesempatan
Anak menantu dilibatkan
Tak terkecuali ipar dan bisan
Orang lain tak diberi kesempatan

Habis sudah rasa perisa
Tak kenal lagi bertenggang rasa
Seakan hidup untuk selama
Malu dah hilang entah kemana

Kini pahlawan berpilu hati
Jasad terkubur di dalam bumi
Negeri ditinggal digeroti
Oleh orang lain sesuka hati

Wahai Allah Khalikul ‘alam
Masihkah kami punya kesempatan
Perbaiki diri sebelum tenggelam
Seperti orang dahulu yang Engkau hancurkan

Di pagi ini kutengadahkan tangan
Berilah kami kesadaran
Janganlah kami Engkau biarkan
Hanyut di dalam kesesatan

Bumi Riau, 15 November 2020
Alaiddin Koto

Translate »