Benarkah semakin dalam pengetahuan seseorang terhadap agama maka semakin serius dia dalam sikap dan tingkah lakunya? Tak ada senyum lebar apalagi gelak tawa. Mereka menjelma menjadi manusia suci yang tidak lagi terjangkau oleh kehidupan sehari-hari kita. Benarkah demikian? Jikalau ini benar, mengapa terdapat beberapa ulama kita suka melontarkan joke dalam dakwahnya dan santai dalam bersikap dan berinteraksi sosial?
Bagaimana kalau kita simak penjelasan Tafsir al-Misbah yang ditulis oleh mufassir kenamaan Prof Quraish Shihab? Maha Guru ilmu tafsir ini memetik sejumlah riwayat yang menceritakan bagaimana Nabi berinteraksi dalam kesehariannya bersama para sahabat Nabi.
Nabi menggoda seorang nenek bahawa surga tidak akan dimasuki perempuan warga emas. Maka menjerit kecewa lah sang nenek, sementara Nabi merespon dengan tersenyum sambil membacakan surat al-Waqi’ah: 35-38 bahawa mereka yang lanjut usia akan kembali muda ketika di surga kelak. Sang Nenek tertawa membayangkan wajah keriputnya kembali cerah dan muda di surga kelak.
Di lain kesempatan, giliran Nabi yang diperli sahabatnya. Nu’aiman ibn Rufaah adalah sahabat Nabi yang turut dalam berbagai pertempuran bersama Nabi. Nu’aiman dikenali gemar bercanda sehingga dalam satu riwayat dikhabarkan Nabi berkata bahawa Nu’aiman akan masuk surga dengan tertawa.
Suatu ketika Nu’aiman mendatangi Nabi sambil memberi hadiah Nabi berbagai buah-buahan. Tak lama kemudian datanglah penjual buah yang meminta bayaran kepada Nabi atas harga buah-buahan tersebut. Nabi terperanjat dan bertanya kepada Nu’aiman: “Bukankah telah kamu hadiahkan buah-buahan ini kepadaku?”
Rupa-rupanya Nu’aiman berhutang terlebih dahulu kepada penjual buah dan berkata bahawa Nabi yang akan membayarnya. Nu’aiman menjawab: “Benar wahai Nabi, aku sungguh-sungguh ingin makan buah bersama dirimu, tapi aku sedang tidak punya wang”. Nabi tertawa dan lalu membayar harga buah kepada penjual buah. Lihatlah rapatnya hubungan Nabi dengan sahabat dan bagaimana beliau tidak marah “dikerjai” sahabatnya.
Menurut Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad sering tersenyum dan tertawa hingga terlihat gigi geraham beliau. Demikian kutipan sejumlah riwayat tentang Nabi yang murah senyum dan tidak segan-segan bercanda, seperti dijelaskan oleh Prof Dr M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, vol 8, halaman 319-320.
Sekarang jelas sudah: para tok guru yang senang bercanda akrab dengan santri dan jamaahnya itu sedang mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah. Bagi pada ustaz atau pihak yang selalu tampil serius dan suka menyalahkan cara tok guru menggunakan joke, sebenarnya mereka itu mengikuti siapa?
Untuk kawan-kawan yang sedang menjalin keakraban kembali dengan karib kerabat dan handai taulan di kampung halaman, diiringi senyum yang cerah dan derai tawa, tidak perlu khuatir dianggap menyalahi Islam. Islam itu agama yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan kita dan sesuai untuk semua keadaan.
Dipetik nadirhosen.net
Recent Comments