Pada asalnya, Madrid bernama Madjrit. Nama ini disematkan oleh umat Islam pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah. Merujuk pada Oliver Asin, seorang sejarahwan, Madjrit ini pada mulanya adalah sebuah kota kecil yang diasaskan oleh Dinasti Umayyah pada abad ke-9.

Dalam bibliografi karya Ibnu Hayyan, disebutkan kebanyakan yang menjadi gabenor Kota Madrid pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah adalah anggota keluarga Bani Salim dari Berber.

Al-Himrayi mengatakan, pada masa itu Madrid juga memiliki sebuah kubu. Ia mengatakan, kubu ini dibina oleh Amir Umayyah dari Cordoba bernama Muhammad I yang berkuasa antara tahun 852 hingga 886 Masehi.

Kubu itu sangat kuat dan tak mudah diceroboh musuh. Pada masa itu, Madrid hanya sebuah bandar kecil, namun memiliki kegiatan ekonomi yang cukup bagus. Misalnya, ada industri pembuatan kasut, yang semula dikembangkan oleh orang-orang Romawi. Juga industri kayu.

Di bawah pemerintahan Islam, teknik pembuatan dirancakkan sehingga digunakan secara meluas di seluruh di Spanyol. Bahkan pada masa itu, kasut merupakan komoditi utama eksport negara.

Warisan lain umat Islam di Kota Madrid adalah penggunaan qanat, iaitu terowongan bawah tanah yang digunakan untuk tujuan perairan. Di sana, juga dibangun sistem penyediaan air untuk seluruh wilayah kota tersebut.

Meski pernah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, tak banyak lagi karya-karya ilmu pengetahuan kerana banyak yang hancur akibat peperangan. Pada masa kekuasaan Philip II pada abad ke-16 menubuhkan perpustakaan Escorial, ia tak banyak menemukan buku berbahasa Arab.

Di Escorial, yang kemudian menjadi perpustakaan terbesar di Spanyol pada abad ke-17, hanya 4.000 judul buku Islam yang masih selamat dari penghancuran buku terburuk dalam sejarah Spanyol. (republika.co.id)

Translate »