Bangsa yang besar tak lepas dari kegiatan membaca sebagai kebiasaan warganya. Hal itu dibuktikan dari berbagai negara yang sudah maju secara ekonomi maupun pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan membaca sebagai proses dari kehidupan mereka setiap hari. Melalui membacalah mereka bisa memperkaya pengetahuan dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan kegiatan setiap harinya, salah satunya menyumbang kemajuan bagi negara mereka.
Bangsa kita tidak lepas dari peran para pendiri bangsa yang tak lepas dari kesenangan dalam membaca. Seperti Ir. Soekrano dan Muh. Hatta, kedua pahlawan revolusioner tersebut bisa dikatakan sebagai maniak baca. P. Swantoro (2002) dalam bukunya, Dari Buku ke Buku Sambung-Menyambung Menjadi Satu, mengisahkan Soekarno dan Hatta sebagai dua tokoh pembaca buku yang sangat radikal membaca berbagai jenis buku.
Mengapa membaca buku harus digalakkan sejak dini? Kelly Gallagher (2003) dalam buku Reading Reasons: Motivational Mini Lessons for Middle and High School menyebutkan beberapa alasan mengapa seseorang harus membaca.
Ia mengatakan bahwa membaca itu bermanfaat, memperkaya kosakata, menjadikan diri sebagai penulis yang lebih baik, membuat lebih cerdas, membantu menghadapi dunia kerja, menguntungkan secara finansial, memudahkan masuk perguruan tinggi, dan melawan penindasan orang lain.
Kegiatan membaca tak lepas dari peran perpustakaan sebagai tempat dari sumber koleksi buku berada. Selain sebagai tempat untuk membaca, perpustakaan belakangan ini juga sudah banyak perubahan dalam hal penambahan berbagai pelayanan publik sebagai langkah untuk memanjakan para pemustaka. Dengan memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemustaka, perpustakaan akan menjadi tempat yang tak akan kehilangan tempat oleh pengunjungnya.
Hal itu, selain memberikan konsep baru dalam pelayanaan, bukan tidak mungkin dengan berbagai perkembangan teknologi yang semakin pesat kelak perpustakaan akan berubah fisik menjadi digital library yang sekarang mulai dikembangan oleh bebebrapa negara maju. Melalui pengenalan dan pendekatan kepada masyarakat tentang pentingnya perpustakaan sebagai tempat untuk mengembangan diri dengan berbagai buku bacaan juga sebagai bentuk dari tempat yang digunakan sebagai rumah untuk tugas ilahiah (membaca dan menulis).
Perpustakaan sebagai tempat dari tugas ilahiah (membaca dan menulis) mempunyai peran andil yang cukup besar dalam proses “mencerdaskan anak bangsa”. Sebagaimana yang disampaikan Hernowo dalam Mengikat Makna bahwa membaca dapat digunakan untuk merasakan kasih sayangNya yang amat melimpah dan membagikan hal tersebut dalam bentuk tulisan.
Menurutnya, membaca adalah bentuk kasih sayang Tuhan, menaikkan derajat diri, menggerakkan tubuh dan jiwa, eksis dan mengetahui banyak hal, mendaki tangga kualitas kehidupan, menyelidik kebenaran, membantu totalitas diri, menuju pengetahuan baru, bertemu para tokoh, dan bersentuhan dengan pemikiran penulis lainya.
Menjadikan perpustakaan sebagai tempat ilahiah bukan hanya untuk menjadikan istilah semata. Akan tetapi, hal itu seperti membenarkan perkataan Rene Descrates: ketika kita membaca dan mengunjungi perpustakaan, kita akan berdialog dengan cendekiawan yang paling cemerlang dari masa lampau.
Mari kita jadikan kebiasaan membaca menjadi gaya hidup. Membaca menjaga kita agar tetap berpikiran terbuka, menjauhkan kita dari sesat pikir. Karena membaca adalah tugas ilahiah yang tak pernah usai.
Sumber : qureta.com
Recent Comments