Orang zaman dulu mengira atau menganggap api itu adalah unsur (elemen). Hampir di setiap kebudayaan pandangannya seperti itu. Elemen dasar adalah air, api, tanah, dan udara. Aristoteles juga menganut paham ini. Ia mendefinisikan unsur sebagai “suatu bentuk ke mana bentuk-bentuk lain akan menjadi, dan ia tidak lagi bisa menjadi bentuk lain”.
Definisi moderen tentang unsur baru berkembang pada abad XVII, di antaranya melalui gagasan Robert Boyle, yang menggambarkan segala sesuatu terdiri dari satuan terkecil yang tidak bisa lagi terbagi.
Gagasan ini adalah salah satu gagasan awal tentang atom, yang menjadi basis bagi pemahaman moderen tentang unsur. Gagasan ini berkembang dengan kontribusi Antoine Lavoisier dan Dmitri Mendelev yang memperkenalkan tabel periodik unsur-unsur.
Lalu, apa itu api? Api bisa kita bagi menjadi 2, yaitu peristiwa (pembakaran) dan keadaan (pijar). Pembakaran adalah reaksi oksidasi yang berlangsung dalam kecepatan tinggi. Tapi apa itu oksidasi?
Oksidasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari suatu unsur, molekul atau ion. Namun dalam pengertian lain, oksidasi sering diasosiasikan sebagai peristiwa reaksi kimia suatu molekul/senyawa dengan oksigen, membentuk senyawa oksida.
Reaksi oksidasi sangat banyak jenisnya. Namun oksidasi yang digolongkan sebagai pembakaran hanyalah reaksi dengan kecepatan tinggi. Besi berkarat adalah sebuah reaksi oksidasi juga, yang terjadi antara besi dengan oksigen, mebentuk oksida besi. Sebagaimana bisa kita saksikan secara kasat mata, reaksi ini berlangsung secara sangat lambat.
Pembakaran, sekali lagi, adalah reaksi kimia antara sesuatu dengan oksigen. Artinya, senyawa/molekul tadi membentuk ikatan dengan atom-atom oksigen, membentuk senyawa baru. Pengikatan ini melepaskan energi dalam bentuk panas saat ikatan kuat, misalnya antar atom karbon berubah menjadi ikatan yang lebih lemah, dalam hal ini ikatan dengan atom oksigen. Selisih atau sisa tenaga inilah yang dilepaskan dalam bentuk panas.
Pembakaran terjadi ketika suatu bahan yang bisa terbakar (artinya bisa melepaskan ikatan internalnya untuk membentuk ikatan oksidasi) berkombinasi dengan zat pengoksidasi, yang umumnya berupa gas oksigen. Namun reaksi tidak terjadi begitu saja.
Reaksi kimia adalah pelepasan ikatan antar atom. Atom-atom itu terikat oleh suatu energi dengan nilai tertentu. Untuk bisa melepaskannya diperlukan energi dalam jumlah tertentu. Karena itu, bensin misalnya, tidak terbakar bila hanya dibuka ke udara yang mendandung oksigen. Diperlukan sejumlah energi panas untuk memicu reaksi pembakaran untuk membuat oksigen terbakar.
Reaksi pembakaran tadi menghasilkan panas. Panas ini kemudian menjadi “modal” untuk memicu reaksi selanjutnya. Maka kemudian terjadilah reaksi berantai. Empat komponen ini, bahan mudah terbakar (flammable), oksigen, panas, dan reaksi berantai, biasa disebut tetrahedron pembakaran.
Untuk memadamkan api, salah satunya harus dihilangkan. Misalnya, dengan menutup aliran oksigen ke peristiwa pembakaran. Contoh sederhananya adalah menutup lilin yang terbakar dengan gelas, yang membuat api akan mati secara perlahan.
Lalu, apa itu lidah api?
Lidah api adalah cahaya yang dilepaskan oleh reaksi pembakaran tadi. Ingat, reaksi tadi melepaskan energi, berupa energi panas. Sesuatu yang bertemperatur tinggi akan berpijar. Berpijar artinya memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu, dalam hal ini dalam wilayah panjang gelombang cahaya tampak.
Bola lampu pijar yang populer di zaman dulu adalah contoh sederhana. Kawat halus dalam lampu menjadi panas saat listrik mengalir di dalam kawat halus yang adalah sebuah hambatan. Panas menaikkan suhu kawat, lalu kawat berpijar.
Jadi, lidah api sebenarnya adalah keadaan panas, dalam hal ini panas yang dihasilkan dari reaksi kimia. Warnanya berbeda-beda, artinya panjang gelombang cahaya yang dilepaskan berbeda-beda, tergantung pada temperatur pembakaran, dan jenis zat yang terbakar.
Maksudnya adalah, sumber cahaya yang dipancarkan itu tidak hanya dari panas, namun juga berasal dari energi yang dilepaskan saat elektron dalam atom-atom pada zat yang terbakar saat elektron-elektron itu berpindah dari satu tingkat energi ke energi lain.
Intinya, api bukanlah zat. Baik pembakaran maupun pijar api bukanlah zat, melainkan peristiwa atau keadaan. Jadi secara ilmiah tidak mungkin membuat sesuatu dari keadaan atau peristiwa.
Sumber : qureta.com
Recent Comments