Nabi Ibrahim merupakan nabi yang mendapat julukan Khalilullah, kekasih Allah.

Saat Nabi Ibrahim memperjuangkan keyakinannya melawan Raja Namrud, ia terbilang masih muda. Hal ini disampaikan oleh Syekh al-Munawi dalam Faidhul Qadir sebagaimana berikut.

وكان عمره ستة عشر سنة على ما في الكشاف وتاريخ ابن عساكر

Usia Nabi Ibrahim (saat dibakar Namrud) itu enam belas tahun, sebagaimana disebutkan dalam al-Kasyaf (karya al-Zamakhsyari) dan Tarikh (Dimasyq karya) Ibnu ‘Asakir.

Syekh al-Munawi juga menyebutkan bahwa pada masa Nabi juga ada orang yang dibakar dengan api itu tidak mempan. Ini anugerah Allah yang diberikan pada umat Nabi Muhammad yang tingkat ketauhidannya cukup tinggi.

روى ابن وهب عن ابن لهيعة أن الأسود العنسي لما ادعى النبوة وغلب على صنعاء أخذ ذؤيب بن كليب الخولاني – وكان أسلم في عهد المصطفى – فألقاه في النار فلم تضره النار فذكر المصطفى ذلك لأصحابه فقال عمر: الحمد لله الذي جعل في أمتنا مثل إبراهيم الخليل

Ibnu Wahab meriwayatkan sebuah cerita dari Ibnu Lahiah bahwa al-Aswad al-Anbasi itu pernah mengaku-aku sebagai Nabi. Saat ia berhasil mengalahkan San’a (Yaman), ia menghukum Dzuaib bin Kulaib al-Khulani. (Dzuaib) termasuk orang yang masuk Islam pada masa Nabi. Al-Aswad menyeburkan Dzuaib ke dalam api, namun api itu tak mampu membakar Dzuaib. Nabi pun menceritakan peristiwa tersebut pada sahabat-sahabatnya.

“Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sebagian di antara kita itu seperti Nabi Ibrahim (yang tak mempan dibakar api).

Sumber : bincangsyariah.com

Translate »