Kita mungkin sering mendengar istilah pencarian jati diri, kehilangan jati diri atau lain sebagainya yang menyiratkan proses seseorang dalam memahami dan mengenali diri sendiri. Pencarian ini akan menenjukkan tentang apa yang paling dibutuhkan manusia dalam hidup. Kebahagiaan.
Mungkin kita juga sering mendengar nasehat, ‘mendekatlah kepada Allah agar kau merasa bahagia’, tapi tidakkah Anda lihat berapa banyak orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah tapi tidak merasa bahagia? Maka apa yang salah?
Hal itu karena sebelum berusaha mengenal Tuhan kita alpa mengenali diri kita sendiri. Padahal, sebagaimana pendapat Imam Ghazali dalam Kimiyaa’ al-Sa’adah, pengetahuan tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, sesuai dengan hadis, “Dia yang mengetahui dirinya sendiri akan mengetahui Tuhan,” hal ini sejalan dengan firman Allah dalam ayat berikut ini
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Akan Kami tunjukkan ayat-ayat Kami di dunia dan di dalam diri mereka, agar kebenaran tampak bagi mereka.” (QS. Fussilat [41]; 53)
Nah, tidak ada yang lebih dekat kepada Anda, kecuali diri Anda sendiri. Jika Anda tidak mengetahui diri Anda sendiri bagaimana Anda bisa mengetahui segala sesuatu yang lain? Tentu saja yang dimaksud mengenal diri sendiri di sini bukan pengetahuan secara lahiriyah, yang berarti bentuk luar Anda seperti, badan, muka dan anggota badan lainnya.
Sebab pengetahuan semacam itu tidak akan mengantarkan kita mengenal Tuhan kita, Allah. Demikian juga jika pengetahuan Anda hanyalah sekedar kalau lapar Anda makan, atau kalau bad mood Anda akan melemparkan amarah ke setiap orang yang Anda temui saat itu.
Menurut Imam Ghazali, pengetahuan tentang diri yang sebenarnya ada dalam pengetahuan tentang hal-hal berikut ini; Siapakah kita dan dari mana kita datang? Kemana kita akan pergi dan apa tujuan kita datang kemudian tinggal sejenak di sini? Lalu dimanakah kebahagiaan dan kesedihan Anda sebenarnya berada?
Selain itu, perlu juga kita ketahui bahwa sebagian sifat manusia adalah sifat-sifat binatang, sebagian lain sifat-sifat setan dan selebihnya sifat-sifat malaikat. Maka mesti kita temukan maka di antara sifat-sifat ini yang bersifat aksidental dan mana yang essensial atau pokok. Sebab sebelum kita temukan dan ketahui hal ini, maka tidak akan bisa kita mengenali diri sediri dan menemukan letak kebahagian kita yang sebenarnya. Wallahu’alam.
Sumber : bincangsyariah.com
Recent Comments