Dalam Bidayatul Hidayah, Imam Ghazali menyandingkan term ulama dengan kata su’ yang dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata “buruk” dan “tercela”. Ulama su‘ berarti ulama yang buruk dan tercela.

Ulama sejatinya merupakan pemuka agama yang mengayomi dan mendidik masyarakat untuk menjadi pribadi yang saleh. Namun ulama su‘ justru sebaliknya, ia menganjurkan kebaikan tapi perbuatannya tidak mencerminkan demikian.

Tentang ulama su‘ ini, Imam Ghazali kemudian mengutip sabda Rasul saw. saat berpesan kepada umatnya,

أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء

“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ke­timbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”

Ditemukan hadis serupa dalam riwayat Ahmad akan tetapi dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti yang sama.

Adapun dalam hadis lainnya yang diriwayatkan dari Tirmizi dan Abu Daud dengan sanad sahih disebutkan tanpa menyebutkan kata dajjal,

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

Artinya: Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para imam atau pemuka agama yang menyesatkan. (HR. Abu Daud)

Menurut Imam Ghazali, alasan kekhawatiran Rasulullah sebab Dajjal memang bertujuan menyesatkan, se­dangkan ulama su‘ walaupun lidah dan ucapannya me­malingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.

Adapun ciri-ciri ulama su‘ menurut Imam Ghazali di antaranya;

Pertama, ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta. Ilmunya menjadi tum­puan untuk meraih sasaran duniawi.

Kedua, ia menggunakan ilmunya untuk berbang­ga dengan kedudukannya.

Ketiga, ia menyombongkan diri de­ngan besarnya jumlah pengikut.
Baca Juga : Nasehat Imam Ghazali agar Menjaga Lisan dari Delapan Hal Ini

Keempat, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan ke­pandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.

Mereka merupakan golongan orang-orang merugi yang digambarkan dalam hadis Nabi saw., “Siapa yang ber­tambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah.”

Wallahu’alam.

Translate »