Bagi Khalifah Umar bin Khattab, tidak ada kompromi bagi kebohongan kerana ini akan merosakkan akhlak dan ekonomi masyarakat dan negara. Sebab itu, dia mengambil tindakan tegas terhadap sesiapa yang cuba berbohong.

Beberapa bulan sebelum wafat, Khalifah Umar menyempatkan diri untuk berkunjung ke sejumlah wilayah seperti Syam, Mesir, Bahrain, Kufah, dan Bashrah. Umar tinggal di daerah itu masing-masing dua bulan lamanya untuk mengetahui dan melihat terus keadaan masyarakat yang sebenarnya.

Disamping itu, kadangkala beliau memeriksa langsung orang-orang yang dicurigainya telah melakukan penggelapan. Suatu ketika, Abu Sufyan baru kembali dari Syam usai mengunjungi anaknya, Muawiyah, yang menjadi gabenor di sana. Umar curiga akan kemungkinan Muawiyah memberikan banyak wang kepada ayahnya itu. Ketika Khalifah Umar mendatangi Abu Sufyan, beliau berkata, “Berikanlah barang-barang yang engkau bawa, wahai Abu Sufyan.”

“Aku tidak menerima apa pun. Oleh itu, apa yang perlu saya berikan kepada anda?,” jawab Abu Sufyan meyakinkan.

Khalifah Umar tidak percaya dengan jawapannya itu. Beliau pun lalu mengambil cincin yang dipakai Abu Sufyan dan menyerahkan kepada pembantunya untuk diserahkan kepada isteri Abu Sufyan. Selanjutnya, Umar meminta Abu Sufyan menyerahkan dua karung yang dibawanya dari Syam, dan ternyata ditemukan wang sebanyak 10.000 dirham. Khalifah Umar pun mengambil wang itu serta menyerahkannya kepada baitulmal.

Oleh karena itu, siapa saja yang jujur, Khalifah Umar sangat menghargainya. Hal ini sebagaimana yang sudah ia tunjukkan kepada seorang gadis anak penjual susu murni, yang tidak mau mencampur air dengan susu. Padahal, itu atas perintah ibunya sendiri hingga akhirnya ia dijadikan sebagai menantu beliau. Begitu pula dengan kekaguman Umar kepada seorang penggembala kambing yang tidak mau menjual kambing gembalaannya itu karena kambing itu milik majikannya, dan ia sudah mendapatkan upah untuk menggembala.

Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:

1. Pemimpin yang jujur, menekankan kejujuran dan menghargai orang yang jujur akan dapat menyelesaikan banyak masalah dalam kehidupan umat.

2. Masyarakat dan bangsa kita amat memerlukan kehadiran pemimpin yang jujur agar ia juga boleh menegakkan kejujuran demi mengatasi kemelut yang masih membelenggu bangsa ini.

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

 

Translate »