Manusia sejatinya akan mati. Ya, memang manusia akan mati di kemudian hari. Tetapi, apa itu kematian? Apakah kematian hanya sekadar seperti tidak begerak, tidak bernafas saja?

Pada tulisan ini, penulis akan membagikan kematian dalam beberapa pandangan agama. Selain padangan agama, penulis akan memberikan dua perspektif ateis dan New Ages

Sebelum melangkah lebih jauh mengenai kematian, penulis akan memberikan penjelasan mengenai kehidupan. Salah satu filsuf terkenal pada zaman Yunani kuno Plato mengatakan bahwa tubuh dapat bergerak atau hidup karena ada jiwa yang terkurung di dalam badan. Jadi, menurut Plato, hidup merupakan kesatuan antara badan dan jiwa.

Plato berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan nyata bila hidup mereka dipusatkan pada tuntutan fisik. Menurutnya, badan adalah penjara bagi jiwa. Jika badan telah mati, maka jiwa yang ada di dalam badan (manusia) akan bebas. Jiwa, menurut Plato, adalah abadi, sedangkan badan hanya sementara atau bersifat fana.

Pandangan mengenai jiwa diteruskan pada zaman abad pertengahan. Zaman ini dikenal sebagai zaman lahirnya kristianitas. Salah satu filsuf yang berbicara mengenai jiwa yaitu Santo Thomas Aquino. Menurutnya, jiwa merupakan substansi, namun jiwa bisa dibagi menjadi dua hal, yaitu materi dan immateri

Dikatakan sebagai materi oleh St. Thomas Aquino karena jiwa tersusun atas materi-materi, sehingga aktivitasnya atau eksistensinya dari jiwa bergantung dari yang materi. Contohnya, hewan memiliki jiwa yang ditentukan oleh materi (tubuh, kaki, mata) untuk begerak ke mana pun yang ia mau.

Kedua, jiwa dikatakan sebagai yang Immateri bahwa jiwa manusia bersifat spiritual dan jiwa dapat beraktivitas sendiri tanpa bantuan dari tubuh (materi). Dalam hal ini St. Thomas Aquino adalah jiwa merupakan satu individu yang dapat melaksakan kehendaknya tanpa bantuan dari tubuh. Misal ketika tubuh telah mati, jiwa bisa bebas melaksanakan sesuai dengan kehendaknya.

Lalu, apa itu kematian? Kematian adalah pemisahan antara susbtansi jiwa dengan tubuh sebagai materinya. Jiwa manusia merupakan substansi murni yang mampu melakukan aktivitas tanpa bergantung pada tubuh. Hal inilah yang disebutkan dalam jiwa adalah immateri. Setiap manusia memiliki jiwa di dalam tubuhnya. Berarti tubuh yang ada pada manusia adalah materi, kemudian jiwa adalah substansi.

Pandangan dalam beberapa agama mengenai kematian dibagi menjadi dua, yakni reinkarnasi dan juga ganjaran yang kekal (surga dan neraka). Dalam agama Hindu dan Budha, meyakini adanya reinkarnasi. Reinkarnasi adalah proses kelahiran kembali hingga mencapai kesempurnaan.

Reinkarnasi berarti setelah manusia mati, jiwa yang ada di dalam diri manusia akan kembali lahir menjadi hal yang lain. Hal ini dikarenakan jiwa manusia haruslah murni sehingga layak masuk dalam Nirvana. Reinkarnasi dapat berubah menjadi hewan, tumbuhan , bahkan manusia. Selama manusia belum lepas dari penderitaan, ia akan terus berada di dalam lingkaran reinkarnasi.

Kemudian di dalam agama abrahamik (Yahudi, Katolik, Kristen Protestan, dan Islam) mempercayai adanya ganjaran hidup yang kekal. Maksudnya apa? Di dalam ajaran Kristen katolik, manusia yang telah mati akan menuju hidup di surga atau neraka. Agar dapat masuk surga, manusia harus hidup seuturut dengan perintah Tuhan.

Manusia yang hidup di dalam ajaran Tuhan akan memperoleh kehidupan yang kekal nantinya. Segala tindakan yang ada di dalam dunia akan dicatat oleh malaikat yang nantinya akan diadili oleh Tuhan sendiri. Jika perbuatan manusia buruk, maka manusia akan masuk ke dalam neraka. Begitu sebaliknya.

Kemudian pandangan Ateis melihat suatu kematian adalah sebagai kondisi yang alami. Ia tidak memepercayai kehidupan setelah kematian. Ia juga tidak mempercayai surga, nirvana, dan juga neraka. Pada intinya, Ateis (tidak percaya akan adanya Tuhan) kematian merupakan unsur biologi yang ada di dalam diri makhluk hidup.

Berbeda dengan pandangan Ateis, pandangan New Ages yang merupakan agama zaman baru mengatakan bahwa kamatian merupakan penyatuan dari kekalan energi. Setelah manusia hidup dan mati akhirnya, maka jiwa akan bersatu dengan energi. Energi apa? Energi di dalam New Ages, yakni Energi Feminim (Allahnya New Ages).

Melihat kematian merupakan hal yang sangat menyeramkan, banyak manusia tidak meinginkan adanya kematian. Banyak pandangan mengenai kematian. Tujuan dari banyaknya pandangan yakni adalah memperingatkan kita untuk tidak takut terhadap kematian. Kematian merupakan suatu hal yang harus dipersiapkan mulai saat ini.

Maka dari itulah, sebagai manusia yang beriman, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Cepat atau lambat manusia akan dipanggil menghadap-Nya. Bagaimana caranya? Caranya cukup memberikan sesuatu yang baik kepada sesama. Selain itu, kita hendaknya melaksanakan perintah Nabi yang telah dipercayai oleh sesamanya

Lalu bagaimana yang tidak beragama? Memang, kematian merupakan unsur biologis, tetapi alangkah baiknya juga mempersiapkan diri. Kita tidak tahu akan ke mana jiwa kita pergi. Tetapi, semua jiwa mempunyai tujuan akhir, yakni bertemu dengan pencipta manusia yang sesungguhnya. Pencipta yang sesungguhnya menurut pandangan Ateiis bukanlah Tuhan tetapi entah siapa. Penulis tidak mengetahuinya.

Sumber : qureta.com

Translate »