Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ketiga puluh lima, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan sedikit tertawa yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.
Hadis Pertama:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {كَثْرَةُ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ}.
Nabi saw. bersabda, “Banyaknya tertawa itu dapat mematikan hati.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini adalah potongan dari riwayat imam Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah r.a. sebagai berikut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ: لاَ تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian memperbanyak tertawa, karena sungguh banyaknya tertawa itu dapat menyebabkan matinya hati.” Atau potongan hadis dari riwayat imam Ahmad dan imam At-Tirmidzi dengan redaksi yang berbeda. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari tertawa itu dapat mematikan hati adalah disebabkan karena tertawa itu dapat menyebabkan lalai dari akhirat.
Hadis Kedua:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {الضَّحِكُ فِى الْمَسْجِدِ ظُلْمَةٌ فِى الْقَبْرِ}.
Nabi saw. bersabda, “Tertawa di dalam masjid itu dapat menyebabkan kegelapan di dalam kuburan.” Hadis ini diriwayatkan dari imam Ad-Dailami dari sahabat Anas bin Malik r.a. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa tertawa di dalam masjid dapat menyebabkan gelapnya di kuburan adalah disebabkan karena tertawa itu menyebabkan lalai dari akhirat.
Hadis Ketiga:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ ضَحِكَ قَهْقَهَةً فَقَدْ نَسِيَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tertawa dengan terbahak-bahak, maka sungguh ia telah lupa dengan pintu dari suatu ilmu.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Keempat:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ ضَحِكَ قَهْقَهَةً فَقَدْ مَجَّ مِنَ الْعَقْلِ مَجَّةً}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tertawa dengan terbahak-bahak, maka sungguh ia telah mengeluarkan ludah dari otaknya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kelima:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ ضَحِكَ كَثِيْرًا فِى الدُّنْيَا بَكَى كَثِيْرًا فِى الْآخِرَةِ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang banyak tertawanya di dunia maka ia banyak menangis di akhirat.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya
Hadis Keenam:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ ضَحِكَ قَهْقَهَةً لَعَنَهُ الْجَبَّارُ وَمَنْ ضَحِكَ كَثِيْرًا اسْتَحَقَّ بِهِ النَّارَ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tertawa dengan terbahak-bahak maka Dzat yang Maha Pemaksa (Allah swt.) akan melaknatnya, dan siapa yang banyak tertawa maka berhak baginya neraka.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya. Hanya saja imam An-Nawawi menjelaskan bahwa tertawa itu terbagi menjadi dua. Tertawa yang disenangi Allah dan tertawa yang dibenci Allah. Adapun tertawa yang disenangi Allah adalah tertawanya seseorang yang terlihat giginya dan tersenyum kepada saudara seagamanya karena bertemu dengannya dan rindu menatapnya. Sementara itu, tertawa yang dibenci Allah adalah tertawa yang disebabkan dari bicaranya seseorang dengan kata-kata yang buruk untuk menertawakannya atau menertawakan orang selainnya. Jadi, tertawa itu bisa baik atau buruk tergantung dari hal yang menyebabkannya.
Hadis Ketujuh:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ كَثُرَ ضِحْكُهُ كَثُرَ خَطَؤُهُ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang banyak tertawanya maka banyak pula salahnya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kedelapan:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ كَثُرَ ضِحْكُهُ يَسْتَخِفُّ بِهِ النَّاسُ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang banyak tertawanya maka orang-orang akan menghinakannya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya. Hanya saja, imam An-Nawawi menjelaskan hadis lain riwayat imam Ahmad, imam Abu Daud, imam At-Tirmidzi, dan imam Al-Hakim dari sahabat Muawiyah bin Hidah r.a. sebagai berikut.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Nabi saw. bersabda, “Celakalah bagi orang yang bercerita, lalu ia berbohong agar ditertawakan oleh suatu kaum, celakalah baginya, celakalah baginya.”
Hadis Kesembilan:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ حَتَّى يَضْحَكَ بِهَا جُلَسَائُهُ عَذَّبَهُ اللهُ تَعَالَى فِى النَّارِ}.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang berkata dengan kata yang sampai orang-orang yang duduk itu tertawa karenanya, maka Allah akan mengadzabnya di neraka.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Hadis Kesepuluh:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {ضَحِكُ الْأَنْبِيَاءِ تَبَسُّمٌ، وَضَحِكُ الشَّيْطَانِ قَهْقَهَةٌ}.
Nabi saw. bersabda, “Tertawanya para nabi itu tersenyum dan tertawanya setan itu terbahak-bahak.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.
Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang keutamaan sedikit tertawa di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau menuliskan sepuluh hadis dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang mempelajarinya. Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama). Wa Allahu A’lam bis Shawab.
Sumber : bincangsyariah.com
Recent Comments