“Allah membatasi waktu-waktu tertentu dalam ibadah, agar anda tidak terhalang oleh penundaan ibadah, dan Allah Swt juga meluaskan waktu ibadah, agar ada sesorang memiliki pilihan (mengerjakannnya).”

Diantara perilaku nafsu kita adalah menunda-nunda kebaikan, amaliyah, taat dan ibadah, sementara pada saat yang sama seseorang lebih senang berandai-andai dengan imaginasinya.

Allah Swt membuat batasan-batasan waktu dalam sholat lima waktu misalnya, agar kita tidak punya kesempatan pembiaran nafsu kita untuk menunda ibadah. Namun Allah Swt juga membuat keleluasan agar kita lebih ringan beribadah. Waktu-waktu sholat yang panjang seperti Isya’ waktunya sampai subuh, adalah cara Allah Swt menyayangi hamba-hambaNya, agar suasana ubudiyah-nya benar-benar nikmat nan indah.

Disebutkan, Allah Swt berfirman pada hambaNya, “Bukankah Aku telah mengeluarkan dirimu dari tiada menjadi ada? Lalu Aku limpahi berbagai anugerah dan kemurahan: Aku jadikan cahaya pada matamu agar kamu bisa menemukan bukti kekuasaanKu dan agungnya ayat-ayatKu. Dan Aku jadikan cahaya pada matahatimu agar kamu memahami tugas-tugas dariKu, lalu kamu bisa menjaga taat padaKu agar jauh dari ancaman siksaKu, lalu kamu berharap pahalaKu, kemudian Aku janjikan pahala dibalik taat. Aku pun mengancammu jika kamu kontra denganKu. Lalu Aku beri tugas amal menurut kemampuanmu, Aku beri keleluasaan waktu-waktunya hal-hal yang mendesak. Seandainya kamu meng-qodho’ di akhir usiamu, hal-hal yang Aku wajibkan padamu sejak awal usiamu, tentu Aku pun menerimanya. Lalu apa yang menghalangimu untuk melaksanakan perintahKu? Dan tidak ada alasan uzur bagimu, kecuali tipudaya dan kesesatan.”

Rabi’ bin Haitsam suka mengang-ulang membaca ayat di bawah ini, lalu menangis tersedu-sedu: “Apakah orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan keburukan menyangka bahwa mereka akan Kami jadikan seperti orang-orang yang beriman dan beramal saleh…”

Dan ia berteriak kencang, “Aku tidak tahu wahai diriku, dimana posisimu dari dua golongan itu…!”

Ayat ini disebut sebagai “tempat tangisan pada ahli ibadah.”

Nafsu itu hanya mencari untung. Ia pun selau menanyakan apa untungnya beribadah. Karena itu nafsu harus ditekan dan dikendalikan, agar memilik kepatuhan. Nafsu ingin terus liar dan liberal. Karenanya, harus dididik dengan ketat, dan begitu nafsu mengalami ketentraman dirinya, akan berubah menjadi semangat kebajikan.

Betapa berharganya sang waktu yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Setiap detik, waktu berlalu tanpa kembali, dan itu sering kita biarkan kosong dang nestapa. Waktu seperti pedang, jika tidak kita gunakan, ia akan memangkas kita setiap waktu.

Setiap waktu haruslah bersamaNya, karena Dia adalah sumber kebajikan nyata. Tanpa Dia Swt, kita akan terlempar oleh cepatnya waktu dalam lorong gelap nafsu kita.

– Syeikh Ibnu Ath-Thaillah As-Sakandari

Dipetik:SufiNews.Com

Translate »