Kota Iram disebutkan sekilas dalam al-Quran. Menurut legenda Arab, Iram adalah replika syurga di bumi, yang dibuat Raja Syaddad, putra ‘Ad, untuk menandingi syurga hakiki di langit. Seperti di syurga, di Iram terdapat begitu banyak istana megah, taman, kolam, sungai, dan lainnya, yang dibangun dari batu-batu mulia, misalnya emas, perak, yaqut, zabarjud, dan mutiara. Namun, setelah selesai, Raja Syaddad belum sempat melihat hasilnya kerana telah meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke sana. Tak ada yang berhasil menemukan atau mencapai Iram, hingga sebuah nubuat menyebut bahwa pada akhir zaman akan ada seseorang yang menemukan kota itu
Orang itu adalah seorang badui bemama lbnu Qulabah yang hidup pada masa Khalifah Dinasti Umayyah Mulawiyah bin Abi Sufyan, Disebutkan, ia dan untanya tersesat di Gurun Sahara, lalu sampai di sebuah reruntuhan kota kuno yang gambarannya sama dengan yang ia ketahui dari legenda nenek moyangnya Mu’awiyah pun memanggilnya dan memintanya menceritakan apa yang la lihat dan bawa dari sana. Informasi itu lalu Mu’awiyah tanyakan kepada Ka’ab al-Ahbar yang tahu betul legenda legenda kuno Arab. Ka’ab pun memastikan bahwa itulah Iram legendaris yang hilang!
Setelah peristiwa banjir besar (The Great Flood) yang melanda bumi pada zaman Nabi Nuh a.s maka lahirlah beberapa keturunan daripada anak-anak baginda. Keturunan mereka menyebar di serata dunia dan salah keturunan yang menjadi lokasi diutuskan nabi seterusnya, iaitu Nabi Hud a.s kepada kaum Ad adalah berlaku di kota Iram yang terkenal dengan sebutan kota legenda ‘Atlantis of the Sands’, yang terhapus peradabannya daripada catatan sejarah.
Diantara ayat-ayat yang mengisahkan tentang Nabi Hud a.s bersama peradaban Ad:
- Al A’raf 25-72.
- Hud 50-60.
- Al Mu’minun 31-41.
- Asy Syu’ara’ 123-140.
- Fushilat 15-16.
- Al Ahqaf 21-25.
- Adz Dzariyat 41-42.
- An Najm 50-55.
- Al Qomar 18-22.
- Al Haqqah 6-8.
- Al Fajr 6-14.
DALIL QURAN KISAH NABI HUD A.S DAN KAUM AD
Nabi Hud a.s tinggal di negara Yaman, di sebuah tempat yang bernama Al-Ahqaaf (bukit-bukit berpasir). Di sana kaum Ad yang pertama berketurunan sampai kepada Nabi Nuh a.s. Mereka tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar sepertimana dalam surah al-Fajr ayat 7 sehingga 8:
7: (Iaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (tiangnya).
8: Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.
Kaum Ad bukan sahaja membina rumah dan bangunan yang tinggi-tinggi, bahkan mereka membina benteng pertahanan untuk melindungi kota mereka daripada serangan musuh sepertimana di dalam surah as-Syu’ara ayat 128 sehingga 129:
128: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main (bermewah-mewah).
129: Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar kamu kekal (di dunia).
Bukti kaum Ad adalah bangsa yang kuat setelah hancurnya bangsa Nabi Nuh a.s, sepertimana dinyatakan oleh Allah swt dalam firmannya surah al-A’raf ayat 69:
69: Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Allah telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu mendapat keberuntungan.
Kaum Ad yang terkenal dengan peradaban yang tangguh, sering menang dalam apa-apa pertempuran ke atas para musuh dari wilayah atau kerajaan lain. Kaum Ad disuburkan dengan keturunan yang ramai. Selain kepakaran mereka dalam menbina bangunan atau benteng dan penyusunan pasukan tentera, mereka juga berkembang dalam bidang agrikultur dengan menanam pelbagai jenis tanaman selain mengembala haiwan domestik sepertimana di dalam surah as-Syu’ara ayat 130 sehingga 134:
130: Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.
131: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
132: Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.
133: Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak dan anak-anak.
134: Dan kebun-kebun dan mata air.
Walaupun kaum Ad telah mencapai tahap keemasan dalam peradaban mereka, tetapi mereka tetap menyekutukan Allah swt sepertimana kaum Nabi Nuh a.s. Nabi Hud a.s diutuskan Allah swt ke atas bangsanya untuk mengajak mereka meninggalkan penyembahan kepada berhala dan menyembah Allah swt semata-mata. Kisah seruan Nabi Hud a.s ke atas umatnya diungkap di dalam surah al-A’raf ayat 65 sehingga 68.
Nabi Hud a.s berseru:
65: Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya.
Dan kaum Ad membalas seruan baginda:
66: Sesungguhnya Kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
Nabi Hud a.s tetap tidak berputus asa dalam menyeru dakwah kepada umatnya:
67: Wahai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.
68: Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.
Kaum Ad semakin menjadi sombong dan menolak segala seruan baginda. Mereka menjadi lebih keras dan mengelarkan Nabi Hud a.s sebagai orang yang gila. Di dalam surah al-Hud ayat 53 sehingga 54:
53: Wahai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.
Dan mereka dengan berani mengatakan bahawasanya Nabi Hud a.s telah menjadi gila disebabkan menolak sembahan kaum Ad:
54: Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebahagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila ke atas dirimu.
Cercaan dan hinaan kaum Ad ke atas Nabi Hud a.s tidak berhenti. Mereka semakin galak dalam mengolok-olokkan kenabian baginda. Mereka tidak percaya dengan kewujudan Tuhan Nabi Hud a.s. Mereka tetap setia menyembah berhala-berhala sembahan yang mereka ukir sendiri. Kesabaran baginda mencapai puncaknya. Nabi Hud a.s berkata sepertimana dalam firman Allah swt di dalam surah al-Hud 54 sehingga 57:
54. Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahawa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan yang lain, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
55. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya.
56. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.
57. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikannya) kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu, dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepadaNya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.
Kaum Ad membalas ancaman dan nasihat Nabi Hud a.s dengan berkata sepertimana dalam surah al-A’araf ayat 70 dan 71.
70. Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.
Nabi Hud a.s pun menjawab hinaan mereka.
71: Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak membantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu berserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu.
Maka kisah ini dilanjutkan, setelah beberapa waktu, suasana kota Iram berubah secara drastik. Awan-awan yang membawa hujan tidak terlihat di langit Iram. Cuaca berubah. Kemarau semakin menghampiri. Telaga dan sumber air yang dikumpulkan atau disimpan oleh kaum Ad semakin mengering. Kebun tananam mereka tidak berbuah dan haiwan-haiwan ternakan mati kekeringan. Sumber makanan dan air di kota Iram terbatas. Mereka tidak tahu. Azab Allah swt semakin menghampiri.
Sehinggalah pada suatu hari, terlihatnya sebuah awan yang berlalu menghampiri dada langit kota Iram. Masyarakat Ad bersorak kegembiraan. Mereka menyangka awan tersebut membawa hujan rahmat. Tetapi Nabi Hud a.s berkata, ianya awan yang membawa azab yang bakal menutup dan menghapuskan peradaban Ad buat selama-lamanya. Kisah ini diambil daripada firman Allah swt di dalam surah al-Ahqaf ayat 24.
24: Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka (kaum Ad): “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”.
Nabi Hud a.s membalas dakwaan mereka dengan berkata:
“(Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta agar datang dengan segera (iaitu) angin yang mengandung azab yang pedih”.
Suasana kota Iram setelah dilanda azabNya:
“Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa”.
Bukan semua kaum Ad yang dihancurkan oleh Allah swt tetapi sebahagian bangsa Ad yang sudah beriman dan menjadi pengikut Nabi Hud a.s diselamatkan oleh Allah swt. Dalil ini dapat dilihat dalam surah al-A’raf ayat 72:
72: Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpaskan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka bukanlah orang-orang yang beriman.
Setelah kehancuran peradaban Ad di kota Iram, maka Nabi Hud a.s beserta kaum Ad yang beriman berpindah lalu menuju ke Hadramaut, Yaman.
Kemusnahan kaum Ad dan kota Iram disenaraikan sebagai ‘The Lost Civilization’ atau Peradaban Yang Lenyap.
KOTA IRAM: MELALUI TAFSIRAN IBNU KATSIR.
Daripada dalil Quran di atas, Ibnu Katsir telah menuliskan tentang segala sejarah berkaitan Nabi Hud a.s dan keadaan kota Iram pada waktu tersebut.
Menurut Ibnu Katsir di dalam Kitab Kisah Para Nabi:
1. NAMA:
Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh.
Ibnu Jarir r.a pula berpendapat, nama baginda adalah Hud a.s bin Abdullah bin Ribah bin Ad bin Aush bin Sam bin Nuh a.s.
2. KAUM:
Nabi Hud a.s berasal daripada suku kabilah yang bernama Ad. Ad bin Aush bin Sam bin Nuh a.s.
Kaum Ad merupakan generasi keempat keturunan Nabi Nuh a.s. Nabi Hud a.s juga merupakan kaum Ad. Mereka mempunyai hubungan kekerabatan yang jauh dengan kaum seterusnya iaitu kaum Thamud, Amalek, Madyan, Jurhum dan lain-lain. Setelah peristiwa banjir besar yang melanda bumi dalam sirah Nabi Nuh a.s, para keturunan baginda menyebar luas ke serata semenanjung Arab dan wilayah-wilayah yang lainnya.
Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban, Rasulullah saw menyatakan adanya empat orang nabi dari bangsa Arab iaitu Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Syuaib dan diriku (Nabi Muhammad saw). Thamud (kaum Nabi Saleh a.s) dan Madyan (kaum Nabi Syuaib a.s) setelah kemusnahan kaum Ad, telah mewarisi kemahiran dalam membina bangunan di padang pasir melalui pahatan-pahatan batu di gunung mahupun di batu yang besar.
Jadinya, tidak pelik sekiranya dikatakan mereka mempunyai hubungan kekerabatan yang tidak terlalu jauh. Ad yang dikisahkan dalam peristiwa Nabi Hud a.s merupakan generasi kedua dan terakhir yang menetap di kota Iram.
3. LOKASI:
Mereka tinggal di kawasan bukit berpasir yang terletak diantara Oman dan Hadramaut. Lebih spesifik, kawasan ini dinamakan as-Syahr yang berdekatan dengan lembah Mughits. Mereka membina penempatan dan akhirnya berjaya menaiktarafkan sebagai sebuah kota di rantau selatan Arab iaitu kota Iram.
Pendapat lain pula mengenalpasti lokasi kota Iram berkemungkinan di Damaskus atau Iskandariah (Alenxandria), Mesir. Tetapi pendapat ini ditolak kerana ketiadaan sumber dan bukti yang kukuh.
4. BAHASA:
Nabi Hud a.s dipercayai sebagai orang pertama yang bercakap dalam bahasa Arab. Tetapi dalam hal ini, ilmuwan Islam mempunyai dua pendapat lainnya, iaitu selain Nabi Hud a.s, Nabi Adam a.s dan Nabi Nuh a.s.didakwa sebagai manusia pertama yang berbicara dalam bahasa Arab.
5. SEMBAHAN:
Ibnu Katsir juga berkata, kaum Ad menjadi bangsa pertama yang menyembah berhala kembali setelah peristiwa banjir besar Nabi Nuh a.s. Nama dewa atau tuhan mereka adalah Shamda, Shamud dan Hira.
6. AZAB:
Mengikut tafsiran para ulama, kota Iram dilanda musim kemarau selama tiga tahun tanpa henti. Tatkala datangnya awan hitam ke dada langit kota, masyarakat Ad bergembira, walhal Nabi Hud a.s pada ketika itu sedang bersedih. Di dalam gumpalan awan hitam tersebut terlihatnya sebuah pusaran angin yang seakan-akan api yang bergelojak.
Kaum Ad dilanda azab ini selama tujuh malam, lapan hari tanpa henti kecuali kaum Ad yang beriman kepada Allah swt. Dari sebuah hadis shahih, dikatakan angin tersebut merupakan angin dari Barat. Angin yang sangat sejuk dan memusnahkan. Angin yang dihantarkan ini menyedut kaum Ad dan melemparkan mereka kembali ke tanah dalam keadaan yang menyayatkan hati sepertimana dari surah ad-Dzariyat ayat 42:
“..angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk”.
Daripada petikan sumber-sumber ini, ianya boleh diumpamakan seperti puting beliung atau angin ribut. Mayat-mayat kaum Ad mati bergelimpangan di atas tanah laksana pokok-pokok kurma yang menyembah ke bumi, sepertimana dalam surah al-Qamar ayat 20:
“..yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang”. -bersambung-
JIJI AZIZAN
Sumber: thepatriots.asia
_____________________________________________________________________________________________________
Perhatian sebentar…
Kami berusaha gigih menyebarkan ilmu dan menyediakan bahan bacaan bermanfaat secara percuma untuk semua lapisan masyarakat. Usaha ini akan terus diteruskan selaras dengan misi kami memperkasa pengetahuan dan kefahaman ummah.
Namun, menyediakan bacaan dan program ilmu secara percuma memerlukan kos yang berterusan. Kami amat mengalu-alukan sumbangan anda bagi memastikan usaha ini dapat diteruskan dan dikembangkan.
Tidak seperti organisasi besar yang dibiayai pihak berkepentingan, PERTUBUHAN KEARIFAN ISLAM MALAYSIA (OMIW) berdiri secara bebas, demi memastikan setiap perkongsian ilmu kekal bersih daripada pengaruh politik atau agenda tertentu.
Kini, kami memerlukan sokongan anda. Walaupun kami memahami tidak semua berkemampuan, sumbangan sekecil RM1 pun amat bermakna. Dengan sokongan anda, lebih ramai akan mendapat manfaat daripada program dan bahan bacaan percuma yang kami sediakan.
Salurkan sumbangan anda ke:
PERTUBUHAN KEARIFAN ISLAM MALAYSIA
No. Akaun: 8602859886 (CIMB BANK)
Sokongan anda adalah pelaburan untuk manfaat ilmu yang berkekalan. Terima kasih kerana bersama kami dalam perjuangan ini.