Pada masa Abu Bakar Ash Shiddik menjadi khalifah,  terjadi musim kemarau panjang yang berakibat tanah-tanah pertanian tidak menghasilkan apa-apa. Hal ini menyebabkan terjadinya musim kekurangan bahan makanan. Masyarakat di sana-sini dilanda kekurangan hasil makanan sehingga kelaparan tidak boleh dihindari.

Sebagai khalifah, Abu Bakar sangat khawatir dengan keadaan ini. Beliau amat khawatir bila hal ini disebabkan oleh kesalahan dirinya. Karenanya, setiap harinya beliau tidak luput dari memanjatkan doa dan bertaubat. Abu Bakar semakin sedih bila melihat rakyatnya kelaparan, apalagi rakyat sampai tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi masalah ini, kecuali harus menyampaikan keluhan kepada Sang Khalifah.

Akibatnya, ketika rakyatnya betul-betul datang ke rumahnya pada pagi hari, beliau menjadi semakin sedih sehingga hanya air mata yang boleh ditunjukkannya, sedangkan karung-karung gandum sudah tidak berisi karena beliau juga sudah tidak makan, bahkan lebih dahulu dari rakyatnya. Namun, menjadi kewajiban beliau untuk menenangkan rakyatnya. la berkata: “Sekarang pulanglah kalian ke rumah masing-masing, insya Allah nanti petang Allah akan meringankan beban kita.”

Hati rakyat menjadi tenang mendengar perkataan Sang Khalifah, mereka menjadi sedar bahwa Abu Bakar juga sangat menderita, bahkan melebihi penderitaan yang mereka alami. Mereka berdoa agar apa yang dinyatakan sang Khalifah betul-betul menjadi kenyataan. Sementara, Abu Bakar semakin gundah. la khawatir bila harapan rakyatnya itu tidak boleh terpenuhi.

Sebagai seorang pedagang dan pembantu dalam kekhalifahan Abu Bakar, Usman bin Affan tidak kalah sibuknya. Wang dan harta yang dimilikinya terasa tidak berguna karena yang diperlukan adalah makanan. Usman juga terus berdoa agar hujan segera diturunkan Allah swt untuk menghidupkan kembali bumi yang seolah-olah telah mati. Meskipun Usman sudah memesan bahan makanan dari daerah lain, kafilah yang membawanya belum juga muncul meskipun telah disusul oleh pembantunya.

Kota Madinah semakin berduka, pemimpin dan rakyatnya menangis dan lapar. Kendati demikian, tidak ada yang boleh mereka perbuat, kecuali bersabar dan berdoa seperti yang diajarkan Khalifah Abu Bakar.

Abu Bakar dan Usman terus mengamati keadaan rakyatnya. Keduanya menjadi semakin sedih ketika mendapati masih adanya pedagang yang licik, di mana mereka dengan sengaja mengeluarkan simpanan barangnya sedikit dean sedikit untuk dijual dengan harga yang mahal. Hal ini membuat rakyat yang sudah miskin menjadi bertambah miskin

Saat zuhur tiba, kesabaran dan doa mereka tidak sia-sia, seribu unta dengan membawa bahan-bahan makanan masuk ke kota Madinah. Seluruh penduduk amat bersyukur kepada Allah swt karena apa yang dijanjikan oleh Khalifah Abu Bakar akan segera menjadi kenyataan. Rasa lapar seperti hilang dan tubuh yang lemas menjadi segar dan bersemangat kembali. Padahal, Abu Bakar sendiri tidak tahu milik siapa bahan-bahan makanan yang dibawa oleh seribu ekor unta itu.

Ternyata, kafilah itu berhenti di depan rumah Usman bin Affan. Semua orang berkerumun, termasuk para pedagang yang licik itu. Di antara mereka ada yang berkata, “Aku beli lebih, wahai Usman, dengan harga dua kali lipat.” Sementara, yang lainnya mengatakan, “Aku beli dengan harga tiga kali, empat kali, atau lima kali lipat.” Bahkan, ada pula pedagang-pedagang lain yang siap membeli dengan harga yang lebih mahal lagi.

Akan tetapi, Usman mengatakan: “Sudah ada yang akan membelinya dengan harga yang jauh lebih mahal dengan harga yang kalian tawarkan. Aku akan menjualnya kepada Allah swt, semua bahan makanan ini akan kuberikan kepada rakyat yang menderita guna mendapatkan keuntungan dari Allah swt.”

Sudah barang tentu, para pedagang itu menjadi tertunduk malu. Mereka akui betapa mulianya Usman dan betapa hinanya mereka sebagai pedagang yang rakus, Sementara keuntungan yang mereka peroleh tidak ada kebaikannya bagi orang lain.

Alhasil, setelah itu, seluruh masyarakat mendapatkan bahagian masing-masing. Mereka amat gembira dengan kedermawanan Usman sebagai salah seorang pemimpin dalam masyarakat, sementara Abu Bakar sendiri amat terharu dengan cara Usman yang mengatasi kelaparan dengan kedermawanan.

Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:

1. Pengorbanan, apalagi dalam situasi sukar amat dinantikan oleh masyarakat.

2. Kedermawanan yang didasari pada keikhlasan membuat persoalan dapat segera diatasi.

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

 

Translate »