Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz lebih dahulu menjadi datuk bandar dan hakim Madinah. Penduduk Madinah menyambut penunjukkannya dengan penuh gembira kerana mereka mendapat pemimpin yang lebih baik, meskipun usianya baru mencapai 25 tahun.
Oleh kerana itu, Umar bin Abdul Aziz bertekad untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dan akan melakukan perbaikan dalam segala bidang. Langkah awal yang ditempuhnya adalah meminta bimbingan dan arahan dari para ulama yang soleh. Para ulama tersebut dimintanya menjadi penasihat. Mereka adalah Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, Abu Bakar bin Salamah bin Abdurrahman, Urwah bin Utbah, Abu Bakar bin Khaitsamah, Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Sulaiman bin Yasar, Khariyah bin Zaid bin Tsabit, Qasim bin Muhammad bin Hazm, Salim bin Abdullah, dan Abdullah bin Amir bin Rabi’ah.
Dalam pertemuan pertamanya dengan para ulama, Umar berpesan: “Aku ajak para ulama dalam majlis ini untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dijanjikan beroleh pahala. Tuan-tuan akan menjadi pembantuku dalam menegakkan kebenaran. Atas nama Allah, aku mengharap kepada tuan-tuan, seandainya tuan-tuan melihat tindakanku bertentangan dengan hukum Allah, ingatkan aku dan tunjukkan jalan yang benar.”
Kesannya, dengan kepemimpinannya yang baik, kehidupan di kota Madinah akhirnya dapat berlangsung dengan baik pula. Masyarakat mencintai pemimpinnya, bahkan para ulama yang dulu menjauhi pemerintah kini mau mendekat lagi. Terbukti, ada seorang ulama besar pada masa itu, yakni Said bin Musaiyyab, mau meringankan kakinya mendatangi pejabat pemerintah, sesuatu yang tidak dilakukannya pada kepemimpinan sebelumnya. Kerjasama yang baik dari ulama dan umara (pemerintah) ini membuat kehidupan berjalan lebih menyenangkan kerana tercipta keamanan, keadilan, dan kesejahteraan.
Pada tahun kedua menjadi datuk bandar Madinah, Umar mendapat tugas untuk menjadi amirul hajj (pemimpin rombongan jamaah haji). Ketika sampai di Mekkah, didapatinya keadaan Mekkah yang gersang, apalagi bahaya kekeringan kerana tidak turun hujan semakin mengancam.
Maka, Umar mengajak seluruh ulama dan masyarakat untuk berkumpul di tanah lapang guna melakukan solat istisqa dan berdoa minta diturunkannya hujan. Tiba-tiba, hujan lebat betul-betul turun meskipun tidak nampak adanya awan mendung, apalagi musimnya memang bukan musim hujan. Masyarakat hampir tidak percaya terhadap turunnya hujan yang membuat kota Mekkah menjadi subur.
Suatu ketika, Umar sedang membeli pakaian yang bagus dengan harga yang mahal. Seorang yang zuhud kemudian menegurnya, “Tidakkah lebih baik bila wang sebanyak itu engkau berikan kepada fakir miskin?”
Teguran itu tidak membuat Umar menjadi marah, melainkan justru menyatakan: “Apakah menurut engkau aku mengabaikan fakir miskin?”
Umar memang pantas mengatakan hal itu kerana ia memang telah berusaha meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya, dan itu dirasakan oleh masyarakat luas.
Bimbingan ulama memang amat diperlukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kerananya, ia sangat menghormatinya. Suatu ketika, Umar mengirim utusan kepada seorang ulama yang bernama Sa’id bin Musaiyyab, untuk meminta fatwa tentang suatu masalah. Ternyata, utusannya itu salah dalam memahami perintah Umar sehingga ulama itu diperintahnya datang menghadap Umar. Sa’id menemui Umar meskipun ia belum pernah melakukan hal itu kepada siapa pun. Tentu Umar sangat terkejut dengan kedatangan sang ulama yang dihormati dan disegani itu. la lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak mengutus seseorang untuk datang menghadapku.
Aku ingin agar engkau kembali dan aku akan datang kepadamu untuk meminta fatwa.”
Setelah ulama itu kembali ke rumahnya, Umar pun kemudian berangkat untuk menemui dan bertanya kepadanya.
Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:
1. Meminta bimbingan ulama membuat seorang pemimpin semakin memahami mana yang benar dan mana yang salah dalam kepemimpinan.
2. Jika pemimpin pun memerlukan bimbingan daripada ulama, maka rakyat akan sedar betapa perlunya tunjuk ajar daripada ulama agar ulama tidak diletakkan seperti anggota bomba yang hanya diperlukan apabila berlaku kebakaran. Tapi setiap saat kita memerlukan bimbingan ulama.
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
Recent Comments