Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi rakyat apabila memiliki pemimpin yang memiliki dan menunjukkan keprihatinannya yang besar kepada rakyat, apalagi bila rakyat mengalami penderitaan dan berbagai kesulitan. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang pemimpin cemerlang yang dimiliki umat ini dan ia amat prihatin kepada rakyat.

Suatu ketika, seorang anaknya keluar bermain-main dengan anak-anak yang sebaya dengannya. Tiba-tiba, anaknya dilukai oleh seorang anak yang turut bermain-main itu sehingga mukanya berdarah. Khadam atau pembantunya menangkap anak yang melukai itu dan membawanya ke rumah kerajaan menanti apakah gerangan yang akan diperintahkan oleh isteri Khalifah (Fatimah binti Abdil Malik) selanjutnya. Tiba-tiba, Umar mendengar bunyi bising di rumah, la segera meninggalkan kamar kerjanya pergi guna melihat apa yang terjadi.

Di sana, ia melihat seorang anak kecil menangis sedang ibunya dengan secara merendah-rendahkan diri memintakan ampun dosa kesalahan anaknya. Umar bertanya tentang hal yang membuat heboh ini. Lantas mereka menceritakan kepadanya apa sebab musababnya. Mereka menceritakan, bahwa anak yang melukai muka putranya itu adalah seorang yatim, ibunya adalah seorang janda. Lagipula, ia seorang perempuan yang miskin yang tidak ada dosa atasnya terhadap apa yang telah dilakukan anaknya.

Mendengar cerita itu timbullah dalam hati Umar rasa santun dan kasihan kepada sang anak yatim dan ibunya itu. la kemudian berkata kepada pembantunya: “Cuba tanyakan perempuan itu, apakah anak yatim itu mandapat bantuan sosial bersama anak-anak yatim yang lain?” (yakni tanyakan kepadanya apakah dia mendapat bantuan dari baitulmal).

Perempuan itu menjawab: “Tidak.”

Maka, berkatalah Umar: “Catatkan ia dalam daftar anak yatim yang berhak menerima bantuan.”

Peristiwa lain yang menggambarkan keprihatinan Umar adalah datangnya seorang wanita Irak menemui beliau. la meminta pertolongan untuk kepentingan diri dan lima anaknya. Tatkala ia sampai di pintu rumah Umar, ia bertanya: “Apakah Amirul Mukminin mempunyai pengawal?.”

“Tidak, masuklah jika engkau suka.”

Ketika wanita itu masuk, ia mendapati isteri Khalifah, yang bernama Fatimah, sedang menenun kain. la pun dipersilahkan duduk. Ketika ia menatap sekeliling rumah Umar, tidak ada yang istimewa yang dilihatnya. la kemudian berkata, “Aku datang memohon bantuan untuk perbaikan rumahku supaya lebih baik dari rumah yang sudah usang.”

Fatimah menjawab: “Rumah ini pun menjadi usang karena banyak membantu pembangunan rumah-rumah usang seperti halnya rumahmu.”

Mendengar hal itu, Umar menangis karena prihatin dengan kondisi rakyatnya dan ia pun memberikan bantuan kepada wanita itu.

Pada kesempatan lain, Umar menerima surat dari seorang wanita Afrika, yang bernama Fartunah. Isi suratnya adalah keluhan tentang rumahnya yang terlalu rendah dan sudah rosak sehingga ayam yang dimilikinya pun sering hilang. Maka, Umar segera berkirim surat kepada Gabenor Mesir agar memberikan bantuan kepada wanita itu sehingga wanita itu pun akhirnya mendapat bantuan seperti yang diharapkannya.

Suatu ketika, datang kepadanya seorang ibu dengan lima anak gadisnya yang belum menikah. Sambil menangis, ia menulis surat kepada pegawainya, “Berilah peruntukan untuk kelima gadis itu seluruh keperluannya.”

Maka, empat dari lima gadis itu berkata, “Alhamdulillah.” Sedangkan yang satu mengatakan, “Terima kasih untukmu.”

Mendengar hal itu, Umar mengatakan, “Sesungguhnya, aku memberimu agar kamu memuji Allah. Akan tetapi, kamu berterima kasih kepadaku, maka aku tidak mempunyai apa-apa untukmu. Mintalah kepada empat saudara perempuanmu agar mereka memberimu sebahagian peruntukan mereka.”

Keprihatinan pemimpin memang amat diperlukan oleh masyarakat sehingga berbagai persoalan yang terjadi pada masyarakat akan cepat diatasi dan diselesaikan.

Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:

1. Sudah sewajarnya bila pemimpin menunjukkan keprihatinan kepada rakyatnya sehingga satu demi satu persoalan rakyat diselesaikan.

2. Pemimpin yang tidak prihatin kepada rakyat, Lebih-lebih lagi jika mereka menghadapi masalah yang tidak selesai dalam tempoh yang lama, maka pemimpin itu tidak amanah dalam jawatan kepimpinannya..

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

 

Translate »