Hujan mempunyai beragam perspektif. Ia boleh jadi azab, bencana atau rahmat. Perbedaan ini dalam sudut keimanan akan ditemukan bahwa Allah akan memberikan adzab kepada orang-orang kafir. Hujan menjadi peringatan keras akan kekuasaan-Nya. Ia juga menjadi musibah bagi seorang muslim. saat ia sabar menerimanya, ia mendapatkan pahala. Ia juga rahmat bagi kaum beriman, saat ia bersyukur juga menjadi pahala. Q.S. Al-Baqarah ayat 19-20 sebagai berikut:
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ ١
Artinya:
Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْاۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌࣖ ٢٠
Artinya:
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dua ayat tersebut di atas menunjukan perumpanan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Mereka tidak mempunyai sandaran kuat untuk mengekpresikan suara hati. seperti saat berada di tengah laut. Tiba-tiba langit sangat gelap. Mendung hitam pekat. Petir menyambar-nyambar. Gelombang laut sangat kuat. Terasa kapal yang kita naiki seperti mau tenggelam atau terbalik.
Semua penumpang menjerit. Itu sikap manusiawi. Hanya saja, orang-orang yang beriman mempunyai solusi, yaitu memanjatkan doa kepada Allah. Sedangkan orang kafir, pikiran sudat mentok. Kalut. Khawatir terhadap kemungkinan-kemungkinan kematian yang akan menimpa nya. Ketakutan yang mendalam merupakan bentuk siksa dari Allah SWT.
Penulis boleh membayangkan psikologis kedua golongan tersebut menghadapi suatu bencana. Orang beriman jauh lebih siap menerima realita daripada orang kafir. Sebab orang beriman sudah yakin akan janji-janji Allah dan kenikmatan-kenikmatan di akhirat nanti.
Air, hujan dan laut merupakan simbol-simbol kemakmuran. Tidak sedikit juga, ia simbol dari kedurhakaan orang-orang kafir. Contoh pada masa nabi nuh. Ia telah berdakwah sekitar 950 tahun. Betapa sulit dan jahat atas perilaku kaum nya. Itu sebabnya, nabi nuh berdoa agar semua orang kafir binasa. Akibat mereka, anak dan cucunya tidak beriman kepada-Nya (Ar-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, 1981: juz XXX, h. 146). Berikut doa Nabi Nuh yang diabadikan dalam Q.S. Nuh ayat 26-27 sebagai berikut: “Nuh Berkata:”Ya Tuhanku, janganlah engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksia lagi sangat kafir”.
Doa tersebut mengisyaratkan bahwa Allah juga menggunakan alam semesta sebagai peringatan kepada orang-orang kafir akan segala perbuatannya. Hujan bukan sebatas fenomena alam. Tapi ia bagian dari dari rekayasa Tuhan untuk menghadzab mereka. Percikan api, dan angin yang terlihat lembut sudah cukup untuk menghabiskan seluruh kota-kota dan menghancurkan segala isi kota tersebut. Namun, karena sudah watak orang kafir, mereka tetap tidak beriman. Hanya sebagian dari mereka yang benar-benar mendapat hidayah dari-Nya.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Sumber :imamghozali.id
Recent Comments