Dalam kehidupan masyarakat, suasana aman dan damai tidak selalu bisa dipertahankan. Secara internal, mungkin hal itu bisa diwujudkan, namun bisa jadi ada negara lain yang tidak suka dengan kemajuan yang telah dicapai. Mereka berusaha untuk menghancurkan kaum muslimin. Dalam konteks ini, kadangkala terjadi peperangan secara fisik. Karena itu, pemimpin yang berani dalam menghadapi musuh dikala perang menjadi hal yang penting sehingga masyarakat yang dipimpinnya terdorong untuk memiliki keberanian sebagaimana pemimpinnya. Rasulullah saw merupakan satu diantara pemimpin yang berani itu.
Dalam medan tempur, Rasulullah saw seringkali berada pada barisan terdepan dalam menghadapi musuh. Karena itu, Ibnu Umar mengatakan, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih berani dari Nabi saw.” Sementara, Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Apabila pertempuran menjadi sengit, para sahabat mencari tempat berlindung di dekat beliau.” Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw adalah yang paling berani dari semua.”
Ketika perang Badar terjadi, pasukan Rasulullah hanya berjumlah 314 orang, termasuk anak-anak yang baru gede (ABG), sedangkan orang kafir sebanyak 1000 orang lebih, bahkan didukung oleh persenjataan yang lengkap. Keberanian Rasulullah saw telah menggelorakan semangat para sahabat sehingga perang itu berhasil dimenangkan oleh kaum Muslimin. Kemenangan ini amat berarti bagi kelangsungan Islam dan kaum Muslimin itu sendiri.
Sebaliknya, dalam perang Hunain, kekalahan hampir saja terjadi dikalangan kaum Muslimin. Pasalnya, pasukan Muslim yang kali ini jumlahnya banyak ternyata menganggap remeh lawan sehingga musuh menunjukkan kekuatannya. Alhasil, para sahabat, yang menjadi anggota pasukan, lari kocar-kacir. Dalam situasi seperti itu, sebagai pemimpin, Rasulullah saw tetap berada pada posisinya dalam menghadapi musuh, beliau terus bertempur sambil memanggil kembali para sahabat yang telah meninggalkan medan laga. Melihat dan mendengar hal itu, satu demi satu para sahabat memenuhi panggilan Rasul sebagai pemimpin dan panglima perang.
Pasukan Muslim kembali terhimpun, Rasulullah tidak hanya sekadar mengobarkan semangat dan keberanian, melainkan juga, yang lebih penting lagi, adalah memberi contoh langsung bagaimana keberanian itu harus di- tunjukkan. Alhasil, meskipun pasukan Muslim jumlahnya tinggal sedikit, kemenangan tetap bisa diraih sebagaimana yang diharapkan.
Dari kisah di atas, pelajaran yang bisa kita ambil adalah:
1. Dalam situasi genting, kehadiran pemimpin di tengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan.
2. Namun yang lebih dibutuhkan lagi adalah pemimpin yang mampu menunjukkan keberanian dalam mengambil keputusan dan menghadapi resiko.
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
Recent Comments