BENGKULU, RBTVCAMKOHA.COM – Nama Zulkarnain sangat tersohor di kalangan umat muslim. Sosok Zulkarnain adalah seorang raja yang membangun tembok sebagai penghalang Ya’juj dan Ma’juj.

Zulkarnain adalah seorang tokoh dalam Al-Qur’an. Dia juga disebutkan dalam berbagai hikayat dan legenda rakyat. Kisah Zulkarnain biasanya berpusat pada masalah pembangunan dinding yang menghalangi jalan masuk Ya’juj dan Ma’juj dan pengembaraannya ke berbagai belahan dunia.

Beberapa penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri Zulkarnain dengan beberapa tokoh sejarah. Pendapat paling masyhur menyebutkan Zulkarnain adalah Aleksander Agung, sedangkan beberapa ulama Muslim modern mengidentifikasikannya dengan Koresy Agung ataupun Sargon Agung, seorang Raja Akkadia Kuno yang menguasai Mesopotamia Kuno meliputi Sungai Eufrat dan Sungai Tigris yang sezaman dengan Nabi Ibrahim.

Pada umumnya telah disepakati kedudukan Zulkarnain sebagai raja dan sifatnya yang saleh, tetapi masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status kenabiannya. Zulkarnain bukanlah nama pribadi, melainkan sebuah julukan.

Al-Qur’an menyebut nama Zulkarnain sebanyak tiga kali. Kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Kahfi (18): 83-102.

Al-Qur’an tidak memberikan penjelasan tersurat mengenai asal-usul Zulkarnain, waktu dia hidup, atau nama negeri-negeri yang dia kunjungi. Secara garis besar, kisahnya dalam Al-Qur’an dibagi menjadi empat bagian:

Awalan

“ (83) Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah, “Akan kubacakan kepadamu kisahnya.” (84) Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu, ”

Perjalanan ke barat

“ (85) Maka dia pun menempuh suatu jalan. (86) Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman, “Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.” (87) Dia (Zulkarnain) berkata, “Barangsiapa berbuat zalim, kami akan menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras. (88) Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.”

Perjalanan ke timur

“ (89) Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain). (90) Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu, (91) demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Zulkarnain). ”

Qatadah menyebutkan bahwa kaum yang ditemui Zulkarnain dalam perjalanan ke timur tinggal di tanah yang tidak bisa menumbuhkan sesuatu apapun. Apabila matahari telah terbit, mereka bersembunyi di liang-liang. Mereka keluar dan bekerja saat matahari terbenam.

Membangun benteng untuk kaum yang terancam Ya’juj dan Ma’juj

“ (92) Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). (93) Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. (94) Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” (95) Dia (Zulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. (96) Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).” (97) Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. (98) Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.” (99) Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya. ”

Disebutkan bahwa Zulkarnain sampai di suatu tempat yang terdapat dua gunung berdampingan. Di antara kedua gunung tersebut terdapat celah yang digunakan Ya’juj dan Ma’juj untuk masuk. Ya’juj dan Ma’juj adalah kaum yang disebutkan suka berbuat kerusakan.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Yafits bin Nuh. Kaum yang mendapat kezaliman dari Ya’juj dan Ma’juj kemudian meminta tolong Zulkarnain untuk membuatkan sebuah dinding pembatas di antara mereka agar Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa keluar mengganggu mereka.

Beberapa penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri Zulkarnain dengan beberapa tokoh sejarah.

Aleksander Agung

Pendapat paling masyhur menyebutkan bahwa Aleksander Agung adalah Zulkarnain yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Namanya biasanya dieja sebagai ‘Iskandar’ dalam literatur Muslim dan dia sering juga disebut dengan Iskandar Zulkarnain. Aleksander Agung adalah Raja Makedonia yang berkuasa pada 336–323 SM dan menjadi penguasa atas kawasan Balkan selatan, Anatolia, Syam, Iran, sebagian Asia Tengah, Mesir, dan India barat laut.

Terdapat perbedaan pendapat terkait Aleksander dan julukan Zulkarnain. Ath-Thabari menyatakan bahwa Aleksander dijuluki Zulkarnain dalam Al-Qur’an lantaran dia pergi dari satu ujung (tanduk) dunia ke ujung yang lain.

Perjalanan Zulkarnain ke barat sampai ke laut berlumpur hitam disebutkan memiliki kemiripan dengan “laut beracun” yang dijumpai Aleksander dalam Roman Aleksander.

Namun sebagian penafsir Muslim menolak bahwa Aleksander adalah Zulkarnain, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyyah, dan Naser Makarem Syirazi. Hal ini lantaran Zulkarnain menyembah satu Tuhan,

Koresy Agung

Pada masa modern, beberapa ulama berpendapat bahwa Zulkarnain adalah Koresy Agung, Kaisar Iran yang berkuasa atas Iran, Syria, Anatolia, India barat, dan Asia Tengah. Dia wafat pada tahun 1020 SM, atau sekitar dua abad sebelum Aleksander berkuasa. Di kalangan Muslim, pendapat ini disuarakan pertama kali oleh Abul Kalam Azad dan semakin diterima dari waktu ke waktu.

Koresy terkemuka, baik atas perannya sebagai negarawan maupun prajurit. Perjalanan penaklukan Koresy juga mirip dengan perjalanan Zulkarnain, yakni ke barat, kemudian ke timur, dan ke utara. Dia menghormati adat istiadat dan agama di tanah yang dia taklukkan, menjadi percontohan yang berhasil untuk administrasi terpusat dan pembangunan pemerintahan yang bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya.

Koresy juga terkenal karena capaiannya dalam hak asasi manusia, politik, dan strategi militer, serta pengaruhnya terhadap peradaban Timur dan Barat. Koresy juga mengembalikan bangsa Yahudi kembali ke Palestina setelah mereka diasingkan selama beberapa tahun. Bangsa Yahudi menghormatinya sebagai raja yang bermartabat dan adil. Dalam satu bagian Tanakh (kitab suci Yahudi), Koresy disebut sebagai Al-Masih/Mesiah.

Tim liputan

Sumber: disway.id

Translate »