BANYAK orang yang melihat sosok Rasulullah SAW dari perspektif yang berbeda. Bagi mereka yang melihat sosok Rasulullah SAW dari sudut pandang yang positif, beliau digambarkan sebagai seorang pemimipin yang adil, perajurit yang pemberani serta seorang suami yang ideal.
Sementara, banyak juga masyarakat yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang negatif, sebagai pedofil bahkan lebih kejam lagi, seorang “teroris”.
Namun dalam artikel ini, saya ingin menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW dari sudut pandang yang lain. Tentang betapa pentingnya Rasulullah SAW bagi kaum difabel (orang yang memiliki keterbatasan).
Bagi saya atau bagi kaum difabel lainnya, Rasulullah SAW dari sekedar inspirator. Bisa dikatakan, beliau adalah sosok pembela hak-hak kaum difabel. Bahkan lebih 1400 tahun yang lalu, beliau selalu berada di garis terdepan untuk memastikan bahwa orang-orang yang memiliki keterbatasan dipenuhi hak kebutuhannya.
Rasulullah SAW berusaha untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kaum difabel dengan mengajarkan bahwa tak seharusnya ada stigma atau sikap negatif bagi mereka yang berkeperluan khusus.
Beliau menekankan bahwa ‘ketidaupayaan’ tidak mempengaruhi kesempurnaan mereka di mata Allah SWT selama mereka memiliki iman yang kokoh. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan bahawa tak seperti kepercayaan banyak orang, ‘ketidakupayaan’ bukanlah hukuman dari Allah SWT tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Seperti sabda baginda, “Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW juga mengangkat harkat dan martabat kaum difabel dan menghapus kesedihan ataupun penderitaan yang mereka alami.
Baginda selalu mengingatkan bahwa sesungguhnnya Allah tidak melihat tubuh dan rupa manusia, melainkan melihat hati mereka. Rasulullah SAW benar-benar hadir sebagai penyejuk mereka yang memiliki keterbatasan, dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Tak lupa, Nabi Muhammad SAW juga melindungi hak asasi kaum difabel dan menghapuskan diskriminasi berlandaskan ‘ketidakupayaan’, yang lazim sebelum datangnya Islam. Dalam salah satu riwayat diceritakan, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menunjuk salah satu sahabat yang bernama Abdullah Bin Ummi Umm Maktum, seorang tuna netra sebagai muadzin.
Abdullah bin Ummi Maktum seorang tuna-netra yang bergabung bersama orang-orang yang telah memeluk Islam dan dekat dengan Rasululllah SAW. Meski matanya tak mampu melihat, ia diberi nikmat besar yang dikaruniakan Allah kepadanya. Ia memiliki naluri yang sangat peka untuk mengetahui waktu.
Jika menjelang fajar, berbekal tongkat ia keluar dari rumahnya, menuju masjid dan mengumandangkan azan di Masjid Rasul. Bersama Bilal bin Rabah, Abdullah selalu bergantian mengumandangkan azan.
Bahkan pernah Rasulullah SAW meminta Abdullah untuk memimpin kota Madinah saat baginda berada di luar kota. Beliau memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada kaum difabel.
Baginya, keterbatasan Abdullah bukanlah hambatan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Ia ingin mengajarkan bahwa mereka yang berkeperluan khusus tak sepatutnya direndahkan karena di sebalik kekurangan mereka itu pasti tersimpan potensi untuk berkontribusi dan bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya.
Memuliakan Julaibib
Ada kisah menarik tentang persahabatan Rasulullah SAW dengan pria bernama Julaibib. Sahabat satu ini dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya karena memiliki tubuh yang pendek nan tak menawan.
Karena fisiknya yang kurang menarik, masyarakat Kota Madinah kurang senang dengan keberadaannya di kota tersebut. Selepas peristiwa Hijrah, baginda Rasulullah SAW menjadikan ia seorang teman, merawat, dan mengangkat martabatnya.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan: “Sesungguhnya Julaibib ini sebahagian daripada aku dan aku ini sebahagian daripada dia.”
Rasulullah SAW bahkan melamarkan seorang gadis cantik untuk Julaibib. Dari Anas bin Malik menuturkan, “Ada seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Julaibib dengan wajahnya yang kurang tampan. Rasulullah SAW menawarkan pernikahan untuknya. Dia berkata, “Kalau begitu aku orang yang tidak laku?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Engkau di sisi Allah orang yang laku.” (HR Ya’la)
Nabi SAW pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya: “Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
Sikap Rasulullah SAW merupakan gambaran nyata tentang bagaimana prinsip inklusi atau kesetaraan bagi kaum difabel harus diterapkan. Baginda melakukan advokasi, tindakan nyata dalam rangka mendidik umatnya mengenai pentingnya menerima, menyejahterakan, dan memberdayakan kaum difabel.
Keteladanan lain yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah melarang umatnya untuk merendahkan atau mentertawakan mereka yang lahir tak sempurna. Suatu hari, sahabat Abdullah Ibn Mas’ud, yang juga merupakan orang yang paling pandai dalam menafsirkan al-Qur’an, memanjat sebuah pohon. Seketika angin terhembus sehingga kaki Abdullah terlihat.
Beberapa sahabat yang melihat tertawa. Namun Nabi menegur mereka dengan berkata, “Apa yang membuat kalian tertawa? Ketahuilah bahwa di hari pembalasan kedua kaki Ibn Mas’ud akan lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud.”
Dengan cara ini, Rasulullah SAW mengingatkan ummatnya agar tidak menertawakan kaum difabel, terutama terkait dengan penampilan fisik mereka. Nabi Muhammad SAW bahkan sangat memahami keperluan mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Sebagai contoh, bagi mereka yang tak mampu menunaikan Shalat sambil berdiri, diperbolehkan untuk melaksanakannya dengan duduk, dan seandainya mereka masih tak mampu, Rasulullah SAW memperbolehkan mereka untuk shalat sambil berbaring. Baginda juga bersabda bahwa yang membaca al-Qur’an dengan terbata-bata, ia akan mendapatkan dua pahala dibanding mereka yang membaca dengan sempurna.
Apa yang telah dilakukan oleh baginda seharusnya menjadi bahan renungan untuk kita semua.
Hari ini orang-orang cacat sering dijadikan bahan cemohan. Mereka dipinggirkan, diabaikan, bahkan seringkali dianggap sebagai sekelompok masyarakat yang lemah dan tidak berdaya.
Rasulullah SAW telah menjadi sumber inspirasi bagi saya dan kaum difabel di seluruh dunia. Beliau mengajak umat manusia untuk selalu peduli terhadap orang lain dengan menjanjikan bahwa siapa pun yang mampu mengatasi segala macam kesulitan yang orang hadapi di dunia ini, Allah SWT akan menghapus kesulitan nya di akhirat nanti.
Semoga cerita ini dapat menginspirasi kita semua untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad dalam bersikap terhadap mereka yang memiliki keterbatasan.
Muhammad Zulfikar, penulis adalah seorang difabel dipetik dari https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2021/05/01/78647/nabi-muhammad-pembela-kaum-difabel.html
Recent Comments